Anda di halaman 1dari 2

LIES MIRA

3. METODE SPREAD, POUR, DAN ROLL TUBE


Metode pour plate
Metode ini dilakukan dengan menginokulasikan suspensi bahan yang mengandung
bakteri dengan bantuan mikropipet untuk disemprotkan ke dalam medium agar yang
sedang mencair dan menuangkannya pada petridish. Pada metode ini, volume
suspensi yang digunakan lebih dari 0,1 ml, biasanya 1 ml. Suspensi bakteri tersebut
diambil dengan mikropipet dan disemprotkan ke dalam petridish yang berisi medium.
Setelah diinkubasi akan terlihat koloni bakteri yang bermacam-macam, kemudian
satu koloni dipilih dan diambil dengan ose, kemudian dilanjutkan dengan pengecatan
gram. Kelebihan metode pour plate ini adalah mudah diamati, tidak ada persaingan
antarbakteri untuk mengambil O2 karena letaknya tersebar, koloninya terpisah.
Kekurangan bakteri ini adalah boros waktu dan bahan, mudah terkontaminasi.
Metode spread plate
Spread plate adalah metode isolasi bakteri dengan cara menginokulasikan suspensi
bahan yang mengandung bakteri ke atas medium agar lalu diratakan dengan
menggunakan trigalski. Setelah diinokulasikan akan terlihat koloni-koloni bakteri yang
tumbuh tersebar dipermukaan medium agar sehingga dapat diisolasi lebih lanjut
untuk mendapatkan biakan murni. Kelebihan metode ini adalah diperoleh koloni
bakteri yang terpisah, labih mudah dilakukan dan membutuhkan medium yang
sedikit. Kekurangannya adalah waktu yang digunakan lebih lama dan mudah
terkontaminasi.
4. A. DETEKSI PERTUMBUHAN MIKROBIA AMILOLITIK / SELULOLITIK
Pendeteksian bakteri amilolitik yang terdapat didalam rumen harus
dilakukan pada media yang penanamannya disimpan pada keadaan yang aerobik.
Hal tersebut dikarenakan bakteri yang ada didalam rumen termasuk kelompok bakteri
anaerobik. Sehingga penanaman bakteri disimpan menggunakan anaerob jar, yang
bertujuan agar bakteri amilolitik dan proteolitik dapat tumbuh pada media starch agar
dan skim agar. Menurut Arora (1999: 7), kondisi dalam rumen adalah anaerobik dan
mikroorganisme yang paling sesuai dan dapat hidup ditemukan di dalamnya.
Kebutuhan CO2 bakteri anaerobik sangat besar dan rumen memberi kondisi
anaerobik secara sempurna.
Untuk mendeteksi keberadaan bakteri amilolitik dan proteolitik digunakan
enzim amilase dan metoe pour plate. Karena mikroba bersifat anaerob.
2. CHEMOLITOTROP DAN PHOTOORGANOTROP
Chemolithotroph adalah organisme yang menggunakan bahan anorganik
sebagai sumber energinya. bakteri Banyak chemolithotrophs,karena mereka baik
menggunakan hidrogen, nitrogen, besi, atau belerang sebagai sumber energi milik
mereka.Khamir termasuk dalam chemoorganothrop karena menggunakan senyawa
organik sebagai sumber energi dan tidak membutuhkan cahaya matahari untuk
pertumbuhannya. Dimana sebagian besar karbon yang didapat oleh khamir dari gula
heksosa seperti glukosa dan fruktosa, atau disakarida seperti sukrosa dan maltosa
akan dirombak dan dioksidasi.
Photoorganotrop adalah organisme yang menggunakan cahaya untuk
energi, tetapi tidak dapat menggunakan karbon dioksida sebagai sumber karbon
tunggal mereka. Akibatnya, mereka menggunakan senyawa organik dari lingkungan
untuk memenuhi kebutuhan karbon mereka; Senyawa ini termasuk karbohidrat, asam
lemak, dan alkohol. Contoh organisme photoheterotrophic termasuk bakteri ungu
non-sulfur, bakteri non-sulfur hijau, dan heliobacteria.

5. VITAMIN KOENZM
1. Tiamin (vitamin B1)

2. Riboflavin (Vitamin B2)

1. FASE PERTUMBUHAN MIKROBIA


1. Fase Adaptasi (Lag Phase)
Merupakan periode penyesuaian diri bakteri terhadap lingkungan dan lamanya mulai
dari satu jam hingga beberapa hari. Lama waktu ini tergantung pada macam bakteri,
umur biakan, dan nutrien yang terdapat dalam medium yang disediakan. Pada fase
ini bakteri beradaptasi dengan lingkungan, belum mampu mengadakan pembiakan,
terapi metabolisme sel bakteri meningkat dan terjadi perbesaran ukuran sel bakteri.
2. Fase Pertumbuhan (Log Phase)
Fase ini merupakan periode pembiakan yang cepat dan merupakan periode yang
didalamnya dapat teramati ciri khas sel-sel yang aktif. Selama fase ini pembiakan
bakteri berlangsung cepat, sel-sel membelah dan jumlahnya meningkat secara
logaritma sesuai dengan pertambahan waktu, beberapa bakteri pada fase ini
biasanya menghasilkan senyawa metabolit primer, seperti karbohidrat dan protein.
Pada kurva, fase ini ditandai dengan adanya garis lurus pada plot jumlah sel
terhadap waktu.
3. Fase Stasioner (Stationer Phase)
Fase ini merupakan suatu keadaan seimbang antara laju peryumbuhan dengan laju
kematian, sehingga jumlah keseluruah bakteri yang hidup akan tetap. Beberapa
bakteri biasanya menghasilkan senyawa metabolit sekunder seperti antibiotika dan
polimer pada fase ini.
4. Fase Kematian (Death Phase)
Pada fase ini, laju kematian bakteri melampaui laju pembiakan bakteri. Hal ini
disebakan karena habisnya jumlah makanan dalam medium sehingga pembiakan
bakteri terhenti dan keadaan lingkungan yang jelek karena semakin banyaknya hasil
metabolit yang tidak berguna dan mengganggu pertumbuhan bakteri.

3. PERAN OKSIGEN RESPIRASI AEROB


Bakteri aerob adalah bakteri yang membutuhkan oksigen untuk hidupnya.
Bila tidak ada oksigen, maka bakteri akan mati. Bakteri aerob menggunakan glukosa
atau zat organik lainnya (misalnya etanol) untuk dioksidasi menjadi CO2 (karbon
dioksida), H2O (air), dan sejumlah energi.
4. SIKLUS GLIOKSILAT
Siklus glikosilat adalah siklus yang ditembuh apabila suatu organisme tidak
mampu menyuplai intermediet yang dibutuhkan dalam Siklus Krebs karena
ketidakmampuan organisme tersebut melakukan metabolisme yang menghasilkan
PEP atau asam piruvat via sekuens anaplerotik.

Anda mungkin juga menyukai