CY Referat ANC
CY Referat ANC
Antenatal Care
Oleh :
Jancolin Yani
07120110029
Pembimbing :
Dr. Sanny Santana Sp.OG
DEFINISI
Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk
optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama
kehamilan.
Esensi yang diuraikan oleh American Academy of Pediatrics dan American College of
Obstetricians and Gynecologists (2007) sebagai Suatu program perawatan antepartum paripurna
yang melibatkan pendekatan terpadu terhadap perawatan medis dan dukungan psikososial yang
secara optimal dimulai sebelum konsepsi dan berlanjut sepanjang periode antepartum. (3)
Yang diharapkan pada Antenatal Care adalah perawatan yang ditujukan kepada ibu hamil,
yang bukan saja bila ibu sakit dan memerlukan perawatan, tetapi juga pengawasan dan penjagaan
wanita hamil agar tidak terjadi kelainan sehingga mendapatkan ibu dan anak yang sehat.
Antenatal care meliputi:
1. Antenatal Care (ANC) adalah Pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada
pertumbuhan dan perkembangan janindalam rahim.
2. Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan
penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan
persalinan yang aman dan memuaskan.
TUJUAN
Dalam pelayanan ANC dikemukakan beberapa tujuan antara lain :
1.
2.
3.
4.
FASE KEHAMILAN
Dalam pertumbuhan janin ada beberapa fase yaitu :
A. Fase 0 4 Minggu
Pada minggu-minggu awal ini, janin memiliki panjang tubuh kurang lebih 2 mm.
Perkembangannya juga ditandai dengan munculnya cikal bakal otak, sumsum tulang
belakang yang masih sederhana, dan tanda-tanda wajah yang akan terbentuk.
B. Fase 4 8 Minggu
Ketika usia kehamilan mulai mencapai usia 6 minggu, jantung janin mulai berdetak, dan
semua organ tubuh lainnya mulai terbentuk. Muncul tulang-tulang wajah, mata, jari kaki,
dan tangan.
C. Fase 8 12 Minggu
Saat memasuki minggu-minggu ini, organ-organ tubuh utama janin telah terbentuk.
Kepalanya berukuran lebih besar daripada badannya, sehingga dapat menampung otak
yang terus berkembang dengan pesat. Ia juga telah memiliki dagu, hidung, dan kelopak
mata yang jelas. Di dalam rahim, janin mulai diliputi cairan ketuban dan dapat
melakukan aktifitas seperti menendang dengan lembut. Organ-organ tubuh utama janin
kini telah terbentuk.
D. Fase 12 16 Minggu
Paru-paru janin mulai berkembang dan detak jantungnya dapat didengar melalui alat
ultrasonografi (USG). Wajahnya mulai dapat membentuk ekspresi tertentu dan mulai
tumbuh alis dan bulu mata. Kini ia dapat memutar kepalanya dan membuka mulut.
Rambutnya mulai tumbuh kasar dan berwarna.
E. Fase 16 20 Minggu
Ia mulai dapat bereaksi terhadap suara ibunya. Akar-akar gigi tetap telah muncul di
belakang gigi susu. Tubuhnya ditutupi rambut halus yang disebut lanugo. Si kecil kini
mulai lebih teratur dan terkoordinasi. Ia bisa mengisap jempol dan bereaksi terhadap
suara ibunya. Ujung-ujung indera pengecap mulai berkembang dan bisa membedakan
rasa manis dan pahit dan sidik jarinya mulai nampak.
F. Fase 20 24 Minggu
Pada saat ini, ternyata besar tubuh si kecil sudah sebanding dengan badannya. Alat
kelaminnya mulai terbentuk, cuping hidungnya terbuka, dan ia mulai melakukan gerakan
pernapasan. Pusat-pusat tulangnya pun mulai mengeras. Selain itu, kini ia mulai memiliki
waktu-waktu tertentu untuk tidur.
G. Fase 24 28 Minggu
3
Di bawah kulit, lemak sudah mulai menumpuk, sedangkan di kulit kepalanya rambut
mulai bertumbuhan, kelopak matanya membuka, dan otaknya mulai aktif. Ia dapat
mendengar sekarang, baik suara dari dalam maupun dari luar (lingkungan). Ia dapat
mengenali suara ibunya dan detak jantungnya bertambah cepat jika ibunya berbicara.
Atau boleh dikatakan bahwa pada saat ini merupakan masa-masa bagi sang janin mulai
mempersiapkan diri menghadapi hari kelahirannya.
H. Fase 28 32 Minggu
Walaupun gerakannya sudah mulai terbatas karena beratnya yang semakin bertambah,
namun matanya sudah mulai bisa berkedip bila melihat cahaya melalui dinding perut
ibunya. Kepalanya sudah mengarah ke bawah. Paru-parunya belum sempurna, namun
jika saat ini ia terlahir ke dunia, si kecil kemungkinan besar telah dapat bertahan hidup.
PELAYANAN ANTENATAL
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan dijelaskan pada Antenatal Care, antara lain :
1. Makanan (diet) ibu hamil harus mendapat perhatian terutama mengenai jumlah kalori dan
protein yang berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Jumlah kalori yang
dibutuhkan oleh ibu hamil setiap harinya adalah 2.500 kalori. Pengetahuan berbagai jenis
makanan yang dapat memberikan kecukupan kalori tersebut sebaiknya dapat dijelaskan
secara rinci dan bahasa yang dimengerti oleh ibu hamil dan keluarganya. Jumlah kalori yang
berlebih dapat menyebabkan obesitas dan hal ini merupakan faktor predisposisi untuk
terjadinya preeklampsia. Jumlah pertambahan berat badan sebaiknya tidak melebihi 10-12
kg selama hamil.
-
Protein
Jumlah protein yang diperlukan ibu hamil adalah 85 gram per hari. Jumlah ini lebih
banyak dari kebutuhan protein wanita tidak hamil, karena pada wanita hamil
metabolisme bertambah untuk pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim, pertumbuhan
buah dada, dan untuk pertambahan volume darah. Sumber protein dapat diperoleh dari
tumbuh-tumbuhan (kacang-kacangan) atau hewani (ikan, ayam, keju, telur).Defisiensi
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari. Kalsium dibutuhkan untuk
pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot dan rangka. Sumber kalsium yang
mudah diperoleh adalah susu, keju, yogurt, dan kalsium karbonat. Defisiensi kalsium
-
besi.
Vitamin
Pada binatang percobaan kekurangan vitamin dapat menimbulkan kelainan bawaan dan
abortus. Pada manusia pengaruh tersebut belum terbukti namun vitamin perlu untuk
i.
ii.
2. Merokok
Bayi dari ibu-ibu yang merokok mempunyai berat badan lebih kecil, sehingga ibu hamil
sangat tidak diperbolehkan untuk merokok.
3. Obat - obatan
untuk ibu hamil, pemakaian obat-obatan selama kehamilan terutama pada triwulan I perlu
dipertanyakan mana yang lebih besar manfaatnya dibandingkan bahaya terhadap janin.
4. Pekerjaan
Ibu hamil boleh melakukan pekerjaannya sehari-hari di rumah, kantor, atau pabrik. Asalkan
semua pekerjaannya bersifat ringan. Kelelahan harus dicegah dengan cara diselingi istirahat.
Di Indonesia wanita hamil diberi cuti hamil selama 3 bulan, 1,5 bulan sebelum bersalin dan
1,5 bulan sesudahnya. Tidak ada gunanya wanita hamil berbaring terus-menerus seperti
orang sakit, karena istirahat yang lama akan melemahkan otot. Istirahat yang diperlukan
adalah 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.
5. Perawatan tubuh dan pakaian
Wanita hamil harus menggunakan pakaian yang longgar, bersih dan tidak ada ikatan yang
ketat pada daerah perut. Kebersihan tubuh harus terjaga selama kehamilan. Perubahan
anatomik pada perut, area genitalia/ lipat paha, dan payudara menyebabkan lipatan-lipatan
kulit menjadi lebih lembab dan mudah terinvasi oleh mikroorganisme. Sebaiknya gunakan
pancuran atau gayung saat mandi, tidak dianjurkan berendam dalam bathtub dan melakukan
vaginal touch. Gunakan pakaian yang longgar, bersih, dan nyaman dan hindarkan sepatu
berhak tinggi dan alas kaki keras (tidak elastis) serta korset penahan perut.
6. Buang air besar
Pada wanita hamil apat terjadi obstipasi karena kurang gerak badan, peristaltik usus kurang
karena pengaruh hormon, dan tekanan rektum oleh kepala. Akibat obstipasi, panggul terisi
penuh oleh usus yang berisi feces dan uterus yang membesar, maka hal tersebut dapat
menimbulkan bendungan di dalam panggul. Bendungan ini memudahkan timbulnya
haemorroid dan pyelitis. Pencegahannya ialah dengan minum banyak air, gerak badan yang
cukup, makan yang banyak mengandung serat seperti sayur dan buah.
7. Coitus
Pada wanita yang mudah keguguran sebaiknya tidak melakukan coitus pada hamil muda.
Jika ingin melakukan coitus pada hamil muda, harus dilakukan secara hati-hati. Coitus pada
akhir kehamilan juga lebih baik dihindarkan, karena kadang-kadang menimbulkan infeksi
pada persalinan dan nifas serta dapat memecahkan ketuban pada multipara. Selain itu
sperma mengandung prostaglandin yang dapat menimbulkan kontraksi uterus.
8. Kesehatan jiwa
karena ketenangan jiwa sangatlah penting dalam menghadapi persalinan sehingga bukan saja
dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan fisik tetapi juga latihan kejiwaan.
STANDAR PELAYANAN
Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada tujuh standar pelayanan yang harus
dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal dengan 7 T, yaitu :
1. Taksiran berat badan
Taksiran berat janin dapat ditentukan berdasarkan rumus Johnson Toshack.Perhitungan
penting sebagai pertimbangan memutuskan rencana persalinan secara spontan. Rumus tersebut
adalah :
Taksiran Berat Janin (TBJ) = (Tinggi fundus uteri (dalam cm) - N) x 155
Dengan interpretasi hasil :
N = 11 bila kepala masih berada di bawah spina ischiadika
N = 12 bila kepala masih berada di atas spina ischiadika
N = 13 bila kepala belum lewat PAP
2. Mengukur Tekanan darah, untuk mengetahui apakah ada hipertensi atau tidak. Karena
hipertensi dapat menimbulkan preeklampsia, solusio plasenta, IUGR, IUFD dan lainnya.
3. Ukur tinggi fundus uteri (TFU)
Umur
Kehamilan
12 minggu
16 minggu
simpisis-pusat
20 minggu
24 minggu
Setinggi pusat
28 minggu
34 minggu
pusat-prosessus xifoideus
36 minggu
40 minggu
b.
c.
d.
e.
TT5 diberikan 1 tahun setelah TT4, lama perlindungan 25 tahun / seumur hidup.
2. Pemberian Tablet Fe
a. Tablet Fe dapat diberikan setelah rasa mual hilang.
b. Pemberian minimal 90 tablet selama kehamilan.
c. Tablet Fe tidak boleh diminum bersama kopi atau teh.
d. Tablet Fe bisa diberikan secara bersamaan dengan vitamin C.
3. Tes terhadap penyakit menular seksual. (TORCH)
4. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
FUNGSI ANC
Untuk dapat mendeteksi sedini mungkin segala kelainan yang terdapat pada ibu dan
janinnya, dilakukan pemeriksaan fisik diagnostik mulai dari anamnesa yang teliti sampai dapat
ditegakkan diagnosa diferensial dan diagnosa sementara beserta prognosisnya, sehingga dapat
memilah apakah ibu ini dan janinnya tergolong Kehamilan Resiko Tinggi / non Kehamilan
Resiko Tinggi dan apakah perlu segera dirawat untuk pertolongan selanjutnya, sehingga
didapatkan hasil ibu dan anak sehat fisik serta mental yang optimal.
a. Anamnesa
9
Anamnesa dimulai dari anamnesa pribadi seperti nama, umur, pendidikan, suku/ bangsa,
pendapatan perbulan, alamat, baik ibu maupun suaminya. Dari anamnesa pribadi dapat diambil
sesuatu mengenai nilai sosial, budaya, ekonomi, agama dan lingkungannya, yang dapat
mempengaruhi kondisi ibu dan keluarganya. Umur penting, karena ikut menentukan prognosa
kehamilan.Kalau umur terlalu lanjut atau terlalu muda maka persalinan lebih banyak resikonya.
Kondisi lingkungan seta kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan, misalnya tempat
tinggal (daerah kumuh/miskin), kita dapat memprediksi apakah ibu ini tergolong Kehamilan
Resiko Tinggi non Kehamilan Resiko Tinggi.
Anamnesa keluhan utama yang dirasakan saat ini dan keluhan tambahan ditanyakan jenis
dan sifat gangguan yang dirasakan serta lamanya mengalami gangguan tersebut, kemudian
ditelaah anamnese utama tersebut lebih rinci. Juga dianamnese mengenai riwayat hamil muda,
apakah ada pening, mual, muntah, hipersalivasi (emesis gravidarum) dan hiperemesis
gravidarum.
Riwayat hamil yang sekarang, apakah ada mual, muntah, hipersalivasi, bagaimana
dengan nafsu makan, miksi (kencing), defekasi (BAB), tidur, apakah ada trauma abdomen
(perut), Bila mulai merasa pergerakan anak, kalau kehamilan masih muda adakah mual, muntah,
sakit kepala, perdarahan, kalau kehamilan sudah tua adakah bengkak di kaki atau muka, sakit
kepala, perdarahan, sakit pinggang, dll. Edema dalam kehamilan dapat disebabkan oleh toxaemia
gravidarum atau oleh tekanan rahim yang membesar pada vena-vena dalam panggul yang
mengalirkan darah dari kaki, tetapi juga oleh defisiensi vitamin B1, hipoproteinemia, dan
penyakit jantung.
Anamnesa
mengenai
riwayat
persalinan
sebelumnya
dan
bagaimana
proses
persalinannya, apakah spontan atau operatif obstetri, apakah pernah abortus, partus immaturus,
prematurus sebelumnya. Kemudian apakah anaknya masih hidup sampai sekarang, atau
meninggal disebabkan penyakit apa, apakah pernah melahirkan anak kembar, kelainan
kongenital (cacat bawaan), dan lain-lain, sehingga kita dapat menyimpulkan apakah ibu
tergolong dalam Bad Obstetrics History (BOH) / riwayat obstetri yang jelek.
Anamnesa mengenai haid, menarche, teratur atau tidak, siklus, banyaknya, lamanya,
apakah ada dismenorea, fluor albus, pruritus vulvae ( gatal pada kemaluan ),usia kehamilan,
kapan hari pertama haid terakhir, sehingga kita dapat menentukan taksiran tanggal persalinannya
10
(TTP). Bila hari pertama haid terakhir diketahui, maka dapat dijabarkan taksiran tanggal
persalinan memakai rumus Naegele :
TTP = hari+7 , bulan -3 , tahun + 1 HT
Anamnesa mengenai penyakit-penyakit yang pernah diderita sebelum dan selama hamil
ini Apakah pernah DM, Tifus, Hepatitis, HIV, Sifilis, Herpes Genitalia Rubella, sakit Jantung,
sakit Paru, sakit Ginjal, sakit Tiroid, Anemia, apakah ibu ini perokok, alkoholism dan obatobatan terutama narkoba, dan lain-lain.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Status Present (kondisi saat ini): Keadaan umum Kesadaran, keadaan
emosional, gizi, nadi, TD, Pernafasan, Cyanose, Dyspnoe, suhu, anemis, turgor, berat
badan,tinggi badan.Bila ada tanda-tanda kedaruratan, maka ibu segera dikirim ke ruang rawat
inap untuk penanganan selanjutnya.
Pemeriksaan status lokalis : kepala, muka, cloasma gravidarum, mulut, gigi (apakah
ada caries), tonsil/faring (apakah ada tonsilitis/faringitis), hal ini perlu diperhatikan karena
merupakan infeksi fokal yang dapat menyebabkan gangguan pada ibu hamil dan janinnya yang
lebih serius, pemeriksaan mata, kuping, hidung, rambut, kelenjar tiroid, dan lain-lain.
Pada pemeriksaan inspeksi abdomen diperiksa bentuk dan ukuran abdomen, varises,
jaringan parut, gerakan janin dan lain-lain. Selain itu juga perlu dilakukan pemeriksaan palpasi
dimana diminta berbaring terlentang, kepala dan bahu sedikit lebih tinggi dengan memakai
bantal. Pemeriksa berdiri di sebelahkanan ibu hamil. Dengan sikap hormat lakukanlah palpasi
bimanual terutama pada pemeriksaan perut dan payudara. Palpasi abdomen dilakukan untuk
menentukan besar dan konsistensi rahim (tinggi fundus), bagian-bagian janin, letak dan
presentasi, gerakan janin, sejauh mana bagian terbawah bayi masuk pintu atas panggul, dan
kontraksi Rahim Braxton-Hicks dan hiss. Palpasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
1. Knebel
Palpasi dilakukan guna menentukan letak kepala dengan cara bagian bawah dipegang dan
fundus uteri digerakkan ke kiri dan kanan.Jika gerakan bagian bawah negatif, maka
artinya kepala.Bila positif, artinya bokong.
2. Budin
11
Palpasi dilakukan guna menentukan letak punggung anak dengan cara tangan kiri
menekan fundus uteri ke bawah, akan dirasakan bagian mana yang memberi tahanan
besar.
3. Leopold
Pemeriksaan presentasi dan posisi janin : Pasien diminta mengosongkan kandung kemih
dan kemudian diminta untuk berbaring telentang dengan lutut semifleksi.
LEOPOLD I
-
Pemeriksa berdiri sebelah kanan penderita, dan melihat ke arah muka penderita
Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan dan tentukan
konsistensi uterus
Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus (bokong atau kepala atau
kosong).Sifat kepala ialah keras, bundar, dan melenting, sifat bokong ialah lunak,
kurang bundar, dan kurang melenting, pada letak lintang fundus uteri kosong.
Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai disamping kiri dan
kanan umbilikus.
Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi denyut jantung
janin nantinya.
12
Tentukan bagian-bagian kecil janin, pada letak lintang tentukan ketak kepala janin.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat menyebabkan perasaan
tak nyaman bagi pasien
Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan untuk
menentukan bagian terbawah janin
Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan apakah sudah
mengalami engagement atau belum.
Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian terendah janin.
Ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam pintu atas panggul, dan
berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul.
Jika kita rapatkan kedua tangan pada permukaan dari bagian terbawah dari kepala
yang masih teraba dari luar dan :
a. Kedua tangan itu convergent, hanya bagian kecil dari kepala turun ke dalam
rongga.
b. Jika kedua tangan itu sejajar, maka separuh dari kepala masuk ke dalam rongga
panggul.
c. Jika kedua tangan divergent, maka bagian terbesar dari kepala masuk ke dalam
rongga panggul dan ukuran terbesar dari kepala sudah melewati pintu atas
panggul.
14
Sebelum bulan ke VI biasanya bagian-bagian anak belum jelas, jadi kepala belum dapat
ditentukan begitu pula punggung anak.Sebelum bulan ke VI cukuplah untuk menentukan
apakah ada benda (janin) yang melenting ke seluruhannya di dalam rahim (ballottement
in toto).Ballottement di dalam rahim boleh dianggap tanda kehamilan pasti.Sebelum
bulan ke III uterus tak dapat diraba dari luar dan untuk mencari perubahan dalam
besarnya, bentuknya, dan konsistensinya dilakukan toucher atau pemeriksaan dalam.
Selain palpasi juga diperlukan pemeriksaan auskultasi.Pemeriksaan melalui auskultasi
digunakan untuk mendengar denyut jantung janin. Alat yang digunakan adalah stetoskop
monokuler yang dapat mendengar denyut jantung janin pada pada usia kehamilan 18-20 minggu
ke atas. Dengan adanya denyut jantung janin dapat memastikan adanya kehamilan, janin hidup
serta letak janin di dalam uterus.Suara auskultasi yang berasal dari janin dapat berupa, denyut
jantung janin, gerakan janin dan bising tali pusat. Sedangkan suara yang berasal dari ibu dapat
berupa, denyut aorta, bising uterus, bising usus.
Cara menghitung denyut jantung janin :
Dihitung dalam 5 detik dan dilakukan sampai 3 kali. Hasilnya dijumlah dan dikalikan 4.
Daerah yang terjelas guna mendengarkan denyut jantung janin disebut punctum
maksimum. Ketika mendengarkan denyut jantung janin, perhatikan frekuensi dan irama.
Pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh pada genitalia eksterna dan bila perlu dapat
pula dilakukan pemeriksaan dalam untuk kasus-kasus tertentuyang tidak memiliki kontra
indikasi seperti dugaan plasenta previa untuk mengetahui keadaan panggul dan turunnya bagian
bawah anak, apakah dalam keadaan inpartu, dan lain sebagainya.
Pemeriksaan dalam biasanya dilakukan pada pemeriksaan pertama pada hamil muda dan
sekali lagi pada kehamilan 8 bulan untuk menentukan keadaan panggul. Fungsi pemeriksaan
dalam adalah :
1. Menentukan bagian terbawah janin.
2. Kalau bagian yang terbawah adalah kepala dapat ditentukan posisi uuk, uub, dagu,
hidung, orbita dan mulut.
15
3. Kalau letak sungsang dapat teraba anus, sacrum dan tuber ischii.
4. Menentukan pembukaan serviks.
5. Mengevaluasi keadaan vagina, serviksa dan panggul.
Indikasi pemeriksaan dalam :
1. Jika pemeriksaan luar, kedudukan janin tidak dapat ditentukan.
2. Jika ada sangkaan kesempitan panggul atau CPD.
3. Jika persalinan tidak maju.
4. Untuk menentukan nilai pelvis :
Pendataran serviks.
Pembukaan serviks.
Konsistensi serviks.
Kondisi panggul sangatlah penting, terutama pada primigravida. Hal tersebut dikarenakan
panggul belum pernah teruji dalam proses persalinan. Sebaliknya, pada multigravida, anamnesa
mengenai persalinan sebelumnya dapat memberikan gambaran mengenai kondisi panggul.
Seorang multipara yang sudah beberapa kali melahirkan anak aterm serta spontan, dapat
disimpulkan memilki panggul yang cukup luas.Walaupun begitu dalam keadaan tertentu pada
beberapa multipara, dapat terjadi penyempitan jalan lahir yang disebabkan oleh tumor tulang
(osteoma, osteofibroma) yang berasal dari daerah panggul ataupun yang berasal dari daerah
jaringan lunak disekitar jalan lahir.
Ciri-ciri panggul sempit :
1. Pada primigravida kepala belum turun pada bulan terakhir.
2. Pada multipara jika dalam anamnesis, proses persalinan yang terdahulu sukar (riwayat
obstetrik jelek).
3. Jika terdapat kelainan letak pada hamil tua.
4. Jika tubuh ibu menunjukkan kelainan seperti kifosis, skoliosis ataupun kelainan pada
tulang-tulang ekstremitas.
5. Jika ukuran luar sempit
16
17
Hodge 1 : Bidang yang dibentuk sejajar dengan pintu atas panggul antara bagian atas
symphysis dan promotorium.
c.
Hodge 2
Hodge 3
Hodge 4
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium (darah, urin, feses) rutin, bila ada indikasi, kita dapat melakukan
pemeriksaan skrining untuk Sifilis, Triponema Pallidum, VDRL, HIV.Fetal anomalies dengan
amniosintesis, Urine terutama diperiksa atas glukosa, zat putih telur, dan sedimen. Adanya
glukosa dalam urine orang hamil harus dianggap sebagai gejala penyakit diabetes kecuali
kalau kita dapat membuktikan bahwa hal-hal lain yang menyebabkannya. Pada akhir
kehamilan dan dalam nifas reaksi reduksi dapat menjadi positif oleh adanya laktosa dalam
urine.Zat putih telur positif dalam urine pada nefritis, toxaemia gravidarum, dan radang dari
saluran kencing.
Darah perlu ditentukan Hb 3 bulan sekali karena pada orang hamil sering timbul anemia
karena defisiensi Fe. Selanjutnya perlu diperiksa reaksi serologis (WR), golongan darah, dan
18
kadar gula darah. Golongan darah ditentukan supaya kita cepat dapat mencarikan darah yang
cocok jika penderita memerlukannya.Feses diperiksa atas telur-telur cacing.
USG (dapat mengetahui kelainan kongenital, jumlah air ketuban, posisi anak, keadaan
plasenta, dan lain-lain).Skrining untuk infeksi saluran kencing dan penyakit hubungan
seksual. Pemeriksaan radiologi, kardiotokografi, amnioskopi, dan pemeriksaan penunjang
lain.
Dari seluruh pemeriksaan diatas, dapat dibuat kesimpulan untuk menegakkan
diagnosa.Kehamilannya normal atau tidak.Kemudian dapat melakukan penyaringan pasien
apakah termasuk golongan Kehamilan Resiko Tinggi atau normal, atau perlu segera rawat
inap atas indikasi ibu dan anak.Hal tersebut penting agar kita dapat mendeteksi kelainan
sedini mungkin.
Pada ibu hamil pemeriksaan antenatal memegang peranan penting dalam perjalanan
kehamilan dan persalinannya. Ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya pada tenaga
medis akan mengalami resiko kematian 3-7 kali dibandingkan dengan ibu yang
memeriksakan kehamilannya.
19
JADWAL KUNJUNGAN
a. Jadwal melakukan pemeriksaan Antenatal Care sebanyak 12 - 13 kali selama kehamilan.
1) Pemeriksaan pertama dilaksanakan segera setelah diketahui terlambat haidnya satu
bulan.
2) Pemeriksaan ulang setiap dua minggu sampai umur kehamilan delapan bulan.
3) Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah umur kehamilan delapan bulan sampai
terjadinya persalinan.
Di negara berkembang, untuk kehamilan normal, pemeriksaan Antenatal Care dilakukan
sebanyak 4 kali sudah cukup sebagai kasus tercatat.
b. Kunjungan Antenatal Care sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan yaitu trimester
pertama 1 kali, trimester kedua 1 kali dan trimester ketiga 2 kali.
c. Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dilaksanakan ada gangguan atau bila janin
tidak bergerak lebih dari 12 jam.
d. Pada kehamilan tanpa penyulit jadwal kunjungan cukup 4 kali selama kehamilan.
Kunjungan pertama dilakukan 1 kali hingga usia kehamilan 28 minggu, lalu 1 kali
kunjungan selama kehamilan 28-36 minggu, dan 2 kali kunjungan pada usia kehamilan
diatas 36 minggu. Tetapi bila kehamilan dengan resiko tinggi atau dengan penyulit
perhatian dan jadwal kunjungan harus lebih sering.
21
22
Bila mendekati saat persalinan, perdarahan dapat disebabkan oleh solusio plasenta (40 %)
atau vasa previa (5 %) dari keseluruhan perdarah anterpartum.
Preeklampsia
Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20 minggu disertai dengan peningkatan
tekanan darah di atas normal sering diasosiasikan dengan preeklampsia. Data informasi awal
terkait dengan tekanan darah sebelum hamil akan sangat membantu petugas kesehatan untuk
membedakan hipertensi kronis dengan preeklampsia.
Nyeri Hebat di Daerah Abdominopelvikum
Bila hal ini terjadi pada kehamilan trimester kedua atau ketiga dan disertai dengan riwayat dan
tanda-tanda di bawah ini, maka diagnosisnya mengarah pada solusio plasenta, baik dari jenis
yang disertai perdarahan yang keluar (revealed) maupun tersembunyi (concealed):
-
Trauma abdomen
Preeklampsia
Tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan
Bagian-bagian janin sulit diraba
Uterus tegang dan nyeri
Janin mati dalam rahim
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo S. Buku Ilmu Kebidanan. Jakarta : Penerbit Prawirohardjo ; 2009.
2. Sastrawinata S. Obstetri Fisiologi. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran.
Bandung : Universitas Padjadjaran Bandung ; 2003.
23
3. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Williams
Obstetric volume 1. Edition 22. 2004.
4. Mochtar R. Sinopsis obstetri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2004.
24