Anda di halaman 1dari 2

Senin, 06 Januari 2014 , 06:58:

Koordinasi Kurang, Banyak Pasien BPJS Ditolak RS


JAKARTA- Banyak warga masyarakat yang harus ditolak oleh rumah sakit akibat belum
siapnya proses integrasi jaminan kesehatan di setiap daerah dengan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan. Baru-baru ini, dua kasus di Jakarta dan Surabaya menjadi
sorotan karena kurangnya koordinasi tersebut. Padahal, pihak pemerintah pusat telah sejak
awal memberi peringatan agar pihak rumah sakit maupun dokter tidak menolak pasien selama
proses integrasi berlangsung. Namun sayangnya, banyak rumah sakit yang masih bingung
dengan data-data dan harus kembali menolak pasien karena kurang data atau persyaratan
yang ada.
"Kami sudah sejak awal mengingatkan bahwa jangan ada penolakan pasien oleh pihak
rumah sakit. Kalau masalah proses integrasi kan bisa diatasi dengan manual dulu," ungkap
Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti saat dihubungi kemarin.
Kebijakan ini bukan hanya karena belum selesainya pemindahan data atau
kelengkapan yang lain, tapi sejak awal pasien dengan keadaan darurat harus diterima untuk
mendapatkan pertolongan.
"Penolakan gawat darurat tidak boleh, tentu jika menolak dalam keadaan emergency
ada sanksi. Sanksi tergantung kasusnya," tegasnya.
Sementara itu, pihak BPJS Kesehatan mengatakan dua kasus yang terjadi di Jakarta
dan Surabaya hanya miskomunikasi saja. Pada kasus penolakan pasien di RS Dr Soetomo
misalnya, Kepala BPJS Jawa Timur Kisworo mengatakan bahwa pasien ditolak oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Kesehatan Daerah (BPJKD) karena hanya membawa rekomendasi
dari dinas sosial saja.
Sementara, lanjut dia, data yang bersangkutan juga tidak ada dalam peserta yang
masuk dalam penerima bantuan iuran (PBI) yang ada dalam master file BPJS kesehatan.
Sehingga penolakan tersebut harus disayangkan terjadi.
"Bukan BPJS kesehatan yang menolak, namun BPJKD tapi sudah diselesaikan.
Pasien telah dipanggil kembali," tutur Kisworo. Pihaknya juga telah kembali melakukan
koordinasi dengan pemerintah Provinsi Jawa Timur beserta Dinas Kesehatan untuk
menjelaskan bahwa selama proses integrasi pasien harus tetap dilayani.
Kendati demikian, Kisworo menolak dikatakan bahwa masih banyak pasien yang
harus menderita akibat lambatnya proses integrasi ini.
"Kasusnya seberapa banyak" Jika dalam sehari rumah sakit Dr Soetomo misalnya
melayani hampir 2.500 pasien dan hanya ada dua kasus kan tidak masuk dalam kategori
cukup banyak," pungkasnya.
Sementara itu, dari pihak BPJS kesehatan pusat masih belum mengambil langkah
tegas apa yang akan diambil jika ada hal serupa kembali terjadi. Kepala BPJS kesehatan,
Fahmi Idris hanya mengemukakan bahwa pihaknya akan terus melakukan koordinasi dengan
pemerintah provinsi agar semua peserta dapat dilayani.
Di atas merupakan salah satu kasus yang terjadi akibat kurangnya koordinasi tentang BPJS ,
tidak hanya di Jakarta dan Surabaya akan tetapi hampir disetiap daerah yang berada di Indonesia
mengalami kasus yang sama yaitu penolakan BPJS. Penolakan tersebut terjadi karena banyak
masyarakat yang kurang memahami bagaimana untuk menjadi peserta BPJS,cenderung masyarakat
tidak mau melakukan proses yang rumit dan panjang dari meja satu ke meja yang lainnya sehingga
hal itu yang memunculkan penolakan BPJS di Rumah Sakit (RS). Kejadian tersebut bukan salah
masyarakat saja namun dari pihak RS yang melayani Masyarakat yang menggunakan Kartu BPJS

pun banyak yang dihiraukan atau diabaikan karena kurangnya koordinasi dari pemerintah kepada RS
pemerintah. Mengingat BPJS Kesehatan belum melakukan kerja sama dengan rumah sakit atau klinik
swasta, maka sudah seharusnya RS pemerintah berempati dan mengutamakan keselamatan
pasien Tidak heran lagi kalau banyak masyarakat yang ditolak. Hal itu menyebabkan banyak kerugian
terhadap masyarakat yang menggunakan kartu BPJS karena dari penolakan tersebut banyak
masyarakat kesusahan untuk melakukan pengobatan yang tadinya mudah dengan menggunakan
Jamsostek untuk melalakukan pengobatan tanpa biaya, masyarakat yang meninggal karena
kurangnya penolongan utama atau telantarkan oleh pihak RS. Pelaksanaan Program Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dinilai oleh sejumlah kalangan masyarakat masih bermasalah
dan beranggapan program tersebut belum memihak kepada rakyat miskin.

Anda mungkin juga menyukai