DAFTAR
ISI................................................................................. i
KATA
PENGANTAR................................................................. i
i
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang.............................................................
b. Rumusan Masalah.......................................................
c. Tujuan Masalah...........................................................
BAB II PEMBAHASAN
a. Konsep dan Prinsip Penilaian PKn SD/MI..............
b. Berbagai Alat Penilaian dalam PKn SD/MI.............
c. Model model Alat Penilaian PKn SD/MI.............
d. Penggunaan Model Alat Penilaian PKn SD/MI Berbasis
Portofolio
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN...............................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembaharuan, dan inovasi dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
serta keterkaitan dan aplikasinya menjadi sebuah pembelajaran yang kreatif,
produktif yang bersifat kooperatif dan kolaboratif, memnuntut konsep
pembelajaran terpadu melalui pengkajian dan pelatihan yang berwawasan
demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM).
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai salah satu bidang kajian
(Undang-Undang Sistem Pendidikan No 20 Tahun 2003) dan program studi, yang
fungsi dan perannya, antara lain sebagai pendidikan hukum, pendidikan politik
dan pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaran sebagaimana
diketahui sejak diberlakukan melalui kurikulum sekolah tahun 1975 adalah Mata
pelajaran yang berdiri sendiri yang tujuan umumnya adalah membentuk warga
Negara yang baik. Kemudian, dalam perkembangannya menjadi bidang studi
Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang lebih menekankan pada penanaman
nilai-nilai moral Pancasila yang selama ini telah dikenal lewat Pedoman
Penghayatan dan Pengamatan Pancasila (P4) dan BP7 untuk masyarakat.
Perubahan orientasi tidak hanya sampai di situ sebab nama mata pelajaran PMP
tersebut berubah lagi menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
didasarkan pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yang isinya didominasi oleh materi P4 tersebut di
atas dan melalui Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, nama PPKn diubah lagi menjadi Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep dan Prinsip Penilaian PKn SD/MI?
2. Apa saja Alat Penilaian dalam PKn SD/MI?
3. Bagaimana Model-model alat Penilaian PKn SD/MI?
4. Bagaimana Penggunaan Model Alat Penilaian PKn SD/MI Berbasis Portofolio?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Konsep dan Prinsip Penilaian PKn SD/MI.
2. Untuk mengetahui Alat Penilaian dalam PKn SD/MI.
3. Untuk mengetahui Model-model alat Penilaian PKn SD/MI.
4. Untuk mengetahui Penggunaan Model Alat Penilaian PKn SD/MI Berbasis
Portofolio.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Kelemahan
a. Memerlukan waktu relatif lama.
b. Pendidik harus tekun, sabar, dan terampil.
c. Tidak ada kriteria yang standar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara seksama untuk
mengumpulkan berbagai data sebagai bahan informasi bagi guru dalam
pengambilan keputusan tentang diri siswa yang bersangkutan.
Keberhasilan proses pembelajaran tidak selalu dapat diukur hanya dengan
menggunakan teknik penilaian berupa tes. Hal ini dikarenakan potensi yang
dimiliki siswa meliputi potensi kognitif, afektif, dan psikomotor, yang ketiganya
dalam kenyataannya saling berinteradiasi satu sama lain. Konsekuensinya
pelaksanaan penilaian dalam mata pelajaran PKn harus dilakukan dengan
menggunakan asas multisistem. Dengan demikian, informasi yang diperoleh,
terutama yang berkaitan dengan perkembangan siswa tersebut dapat terkumpul
secara lengkap, dan ini akan memudahkan guru dalam mengambil keputusan.
Dalam mengembangkan berbagai alat penilaian dalam mata pelajaran PKn
berbasis kompetensi ada sejumlah langkah yang harus dicermati oleh para
pengembang soal yaitu bentuk dan jenis penilaian non-tes dalam penerapannya di
kelas amat bergantung pada kaakter materi pokok bahasan/sub-pokok bahasan
yang akan diajarkan. Jadi, tidak setiap materi dapat menggunakan alat penilaian
non-tes. Oleh karena itu kecermatan dan ketelitian guru untuk mengembangkan
bentuk penilaian non-tes yang tepat sangat diperlukan.