Elektro
Elektro
BAB II
SOFTWARE DEFINED RADIO (SDR)
2.1
Umum
Teknologi SDR mulai dikembangkan pada tahun 1992 oleh Badan Pertahanan
Amerika, Departement of Defense (DoD) melalui program penelitian yang disebut dengan
SPEAKeasy. Program penelitian tersebut menghasilkan kemajuan yang cukup berarti bagi
pengembangan teknologi SDR. Diantaranya, adanya kemungkinan teknologi SDR dapat
diimplementasikan dengan pengurangan yang berarti terhadap ukuran dan berat peralatan
SDR, serta penambahan kapasitas dan kinerja sistem [3].
Pada tahun 1996, Pemerintah Amerika menyatukan industri-industri yang bergerak
dalam bidang pertelekomunikasian kedalam sebuah forum yang disebut dengan forum
MMITS (Modular Multifunction Information Transfer System). Forum ini berfungsi sebagai
pengarah untuk menetapkan standar arsitektur terbuka dengan program SPEAKeasy bagi
sistem komunikasi pemerintahan. Forum MMITS kemudian beralih dari pembahasan sistem
komunikasi di pemerintahan menjadi pembahasan sistem komunikasi untuk komersial.
Pada tahun 1999, Forum MMITS diganti namanya menjadi Forum SDR (Software Defined
Radio). Forum SDR mengembangkan teknologi-teknologi SDR untuk aplikasi pada sistem
komunikasi bergerak atau seluler, dan memunculkan pelayanan-pelayanan komunikasi
seluler generasi ke-tiga (3G) dan generasi ke-empat (4G) [3].
2.2 Definisi
Software-Defined-Radio (SDR) atau dapat disebut juga dengan software-radio,
umumnya didefenisikan sebagai berikut [1],[2] :
Software-radio adalah sebuah teknologi yang muncul untuk membangun sistem
radio yang fleksibel, multiservice, multistandard, multiband, reconfigurable, dan
reprogrammable dengan menggunakan software.
M ultiband
900
M Hz
2400
M Hz
...
suara
GSM
teks
D EC T
video
GPS
...
...
Multistandar
Multiservis
800
M Hz
Multiband : berarti dapat digunakan pada frekuensi kerja yang berlainan, seperti
800 MHz, 900 MHz, 2400 MHz, VHF, dan UHF.
Reconfigurable : perangkat radio tersebut mampu diubah-ubah konfigurasi
sistem radionya sesuai dengan standar yang ada.
Reprogrammable : perangkat radio tersebut dapat diprogram ulang sehingga
memungkinkan untuk memuat (men-download) software yang baru, seperti untuk
penambahan servis, daerah frekuensi, pengkodean dan lain-lain.
2.3 Konsep Dasar
antna
BPF
LNA
LPF
AGC
Amp
LPF
Amp
VCO
DAC
LPF
Amp
ADC
Digital
baseband
90
LO
tingkat RF
tingkat IF
ADC
tingkat Baseband
Amp = Amplifier
90 = pembalik phase 90o
VCO = Voltage Control Oscillator
DAC = Digital to Analog Converter
ADC = Analog to Digital Converter
IF = Intermediate Frequency
Gambar (2-2) menunjukkan arsitektur dari sebuah radio penerima superheterodyne yang konvensional. Pembuatan radio yang multiband dan multistandard
dengan arsitektur tersebut akan membutuhkan rangkaian penerima yang tersendiri untuk
setiap daerah frekuensi (band). Solusi ini tidak efektif karena akan menyebabkan
ukurannya menjadi lebih besar, lebih rumit, dan lebih mahal. Begitu juga untuk setiap
standar yang baru akan memerlukan penambahan rangkaian penerima. Hal tersebut
sangatlah tidak praktis [1],[2].
antena
BPF
LNA
ADC
DSP
Baseband
Mampu beradaptasi
Sistem SDR mampu untuk beradaptasi ke setiap jenis sistem radio yang ada dengan
pemakaian multiband dan multistandar.
Memperkecil ukuran
Dengan aplikasi sistem SDR, memungkinkan ukuran hardware yang lebih praktis dengan
kapasitas kemampuan yang cukup banyak.
Mendukung pengembangan
Sistem SDR mampu mendukung pengembangan sistem komunikasi radio yang lebih maju.
2.
antena
BPF
LNA
BPF
Amp
ADC
PDC
baseband
DSP
LO
tingkat RF
tingkat IF
tingkat BB
Sebuah penerima radio digital seperti yang ditunjukkan pada Gambar (2-4),
memerlukan sebuah downcorversion yaitu penurun sinyal RF (radio frequency) menjadi
sinyal IF (intermediate frequency). Dengan demikian proses pengubahan sinyal analog
menjadi sinyal digital dilaksanakan pada tingkat IF. Hal ini dikarenakan belum adanya
konverter A/D yang mampu untuk bekerja pada tingkat RF. Proses pengubahan sinyal
analog menjadi sinyal digital pada tingkat RF memerlukan laju pencuplikan yang tinggi.
Sinyal keluaran konverter A/D (ADC) dimasukkan ke PDC (programmable downconversion)
yang menyediakan fungsi-fungsi pelaksanaan demodulasi, pemilihan sistem radio
(channelization), serta sistem penyaringan (filtering). Setelah PDC kemudian sinyal akan
diolah berupa baseband oleh perangkat DSP (digital signal processor) [1],[2].
Berbagai pendekatan dan pengembangan aplikasi SDR akan menyebabkan proses
evolusi teknologi radio seperti yang diilustrasikan pada Gambar (2-5) [3]. Evolusi teknologi
radio dimulai dengan hardware radio. Sedangkan antara tahun 2002 hingga perkiraan
tahun 2008, teknologi SDR akan mulai dapat direalisasikan. Di masa yang akan datang,
SDR akan dikembangkan dengan penawaran yang lebih fleksibel dan kemampuan lebih
meningkat lagi dengan tercapainya peralatan SDR yang ideal [3].
ty
bi l i
a pa
C
ar e
oftw
S
g
sin
rea
In c
Software Defined Radio
Ideal Software
Defined Radio
Software Controlled
Radio
Hardware Radio
1955
2005
2030
x(t)
x(n)
S/H
Differentiator
+
Integrator
(1)
Differentiator
Integrator
(L)
+
Sinyal analog
Kom parator
s L(n)
y(n) 1
0
Sinyal Digital
(aliran bit serial)
y a (n)
+ V ref
-V ref
M odulator
DAC 1-bit
Sinyal masukan analog x(t) dicuplik sehingga menghasilkan sinyal x(n) waktu
diskrit. Masukan pada integrator pertama merupakan selisih antara sinyal x(n) dan sinyal
analog 1-bit, ya(n). Sedangkan masukan integrator-integrator berikutnya berupa selisih
antara sinyal keluaran dari integrator sebelumnya dan sinyal ya(n). Kemudian sinyal
keluaran integrator ke-L, sL(n), dikuantisasi oleh pengkuantisasi 1-bit yang identik dengan
sebuah komparator (pembanding). Jika sL(n) > 0, maka dihasilkan sinyal keluaran y(n)
sebagai bit 1, dan untuk selainnya sebagai bit 0. Sinyal y(n) dikirimkan kembali ke setiap
differentiator melalui sebuah DAC 1-bit.
Konverter A/D - umumnya hanya memiliki sebuah pengkuantisasi 1-bit. Sehingga
sinyal keluaran digital yang dihasilkan berupa aliran bit serial (1-bit) dengan laju yang
tinggi. Meskipun demikian, sinyal digital (aliran bit serial) tersebut telah dapat diproses
oleh rangkaian digital. Untuk menyusun atau mengubah aliran bit serial menjadi N-bit,
dimana N menyatakan jumlah bit (resolusi bit), dapat digunakan filter decimator digital
atau filter digital FIR (Finite Impulse Response).
3.3 Parameter Utama
Beberapa parameter utama yang cukup penting pada konverter A/D - adalah
sebagai berikut :
a.
OSR=
fs
f
= s
2 fm fN
(2.10
)
Dimana :
OSR = oversampling ratio
fs = laju pencuplikan
fm = frekuensi maksimum sinyal masukan analog
fN = laju Nyquist
b.
DR = SNRmaks =
Psin yal
Pq
( 2.11 )
Dimana :
DR = dynamic range
SNRmaks = SNR maksimum (ADC ideal)
Psinyal = daya sinyal keluaran (ouput)
Pq = daya noise
Pada kondisi yang ideal, dynamic range konverter A/D - secara umum dapat dituliskan
sebagai:
3 (2 L + 1) 2
DR = 10 log
G OSR ( 2 L +1) (2b 1) 2
2
L
2
dB
( 2.12 )
Dimana :
DR = dynamic range konverter A/D -
L = jumlah integrator (tingkat konverter A/D -)
G = penguatan total (gain) pada integrator
OSR = oversampling ratio
b = bit kuantisasi konverter A/D -
Dari Persamaan (2.12) di atas dapat dilihat bahwa untuk memperbaiki DR konverter
A/D - adalah dengan penambahan jumlah integrator (L), oversampling ratio (OSR) dan
bit kuantisasi (b).
Resolusi Bit Efektif (Neff)
Resolusi bit efektif atau ENOB (effective number of bits) menyatakan jumlah bit
(resolusi) efektif yang dapat dicapai dari penyusunan aliran bit serial keluaran konverter
A/D - oleh filter digital.
c.
Neff = ENOB =
DR 1,76
6,02
( 2.13 )
Dimana :
Neff = resolusi bit efektif
ENOB = effective number of bits
DR = dynamic range
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.