I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. J
Umur
: 28 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Jl. Paccelekang
Agama
: Islam
No. RM
: 694457
Tanggal masuk
: 26/12/2014
: Autoanamnesis
Keluhan Utama
Anamnesis Terpimpin:
Dialami sejak 4 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri
terasa seperti tertusuk-tusuk dan tembus ke belakang. Nyeri juga menjalar ke
dada kanan, kadang nyeri dirasakan terutama ketika menarik napas. Mual dan
muntah tidak ada. Riwayar demam ada, dialami sejak seminggu tidak terus
menerus disertai dengan menggigil, demam turun dengan minum obat penurun
panas. Batuk tidak ada. Sesak tidak ada. BAK lancer dan kesan cukup. BAB
belum sejak 3 hari. Riwayat BAB encer 2 minggu sebelum pasien sakit.
RPS : Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama sebelumnya tidak ada,
Riwayat penyakit kuning sebelumnya disangkal
Riwayat minum-minum alcohol disangkal
Riwayat minum jamu-jamuan disangkal
Riwayat penyakit HT disangkal
Riwayat DM disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal.
BB
= 60 kg,
TB
= 170 cm,
Tanda vital :
Tekanan Darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Pernapasan
Suhu
: 36,7oC (Aksila)
Kepala
Ekspresi
: Meringis
Simetris muka
Deformitas
: Tidak ada
Rambut
Mata
Eksoptalmus/Enoptalmus
: Tidak ada
Gerakan
Kelopak Mata
Konjungtiva
: Anemis (-)
Sklera
: Ikterus (-)
Kornea
: Jernih
Pupil
Telinga
Pendengaran
Tophi
: (-)
Hidung
Perdarahan
: (-)
2
Sekret
: (-)
Mulut
Bibir
Lidah
Tonsil
Faring
: Hiperemis (-),
Gigi geligi
Gusi
Leher
Kelenjar getah bening
Kelenjar gondok
DVS
: R - 2 cmH2O
Pembuluh darah
Kaku kuduk
: (-)
Tumor
: (-)
Thorax
Inspeksi
Bentuk
Palpasi
Perkusi
Buah dada
Sela iga
Lain lain
:
Fremitus raba
: Simetris kiri=kanan
Nyeri tekan
:
Paru kiri
: Sonor
Paru kanan
: Sonor
Batas paru-hepar
: ICS X dekstra
: ICS XI sinistra
Bunyi pernapasan
: Vesikuler
Bunyi tambahan
: Rh -/-, Wh -/-
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Pekak
Batas atas jantung ICS II
Batas kanan jantung ICS IV linea parasternalis dextra
Batas kiri jantung ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi
Perut
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Hepar
Limpa
: Tidak teraba
Ginjal
Perkusi
: Tympani
Anus dan Rektum : Sphincter mencekik, mukosa licin, nyeri tidak ada,
ampula kosong, dan handscoen negative.
Ekstremitas
Edema -/-, eritema Palmaris -/-, peteki (-)
Laboratorium
Jenis Pemerikaan
DARAH
RUTIN
(10/11/14)
Hasil
3
Nilai Rujukan
WBC
20,1x10 /Ul
5 - 10 x 103/uL
RBC
4,8 x106/uL
4,55,5 x 106/uL
HGB
12,3 g/dL
13 - 16 g/dL
PLT
254 x 10 /uL
200-500x103/uL
GDS
124 mg/dl
140 mg/dl
Ureum
31 mg/dl
10-50 mg/dl
Kreatinin
0,7 mg/dl
GOT
22 /l
< 38 /l
GPT
24 /l
< 41/l
Protein total
6,4 gr/dl
Albumin
3,3 gr/dl
PT
13,0 detik
10 14 detik
APTT
34,4 detik
22 30 detik
HbsAg
Negatif
Negatif
Anti-HCV
Negatif
Negatif
V. DIAGNOSIS :
Abses Hepar Piogenik DD/ Amoebic
VI. PENATALAKSANAAN :
-
Diet hepar I
Rencana Pemeriksaan
Kultur darah bakteri dan tes sensitivitas antibiotic.
Kultur pus bakteri dan tes sensitivitas antibiotic.
Pemeriksaan laboratorium bilirubin total dan analisa feses
MSCT Scan Abdomen
VII.
PROGNOSIS
Quad ad functionam
Bonam
Quad ad sanationam
Dubia ad Bonam
Quad ad vitam
Bonam
FOLLOW UP
TANGGAL
PERJALANAN PENYAKIT
INSTRUKSI DOKTER
26/12/2014
S:
P:
T : 120/70 mmHg
Diet hepar I
N : 80 x/m
P : 24 x/m
S : 36,7C
per menit
tidak ada
Demam : Ada
O:
SS / GC / CM
gr/8jam/IV
Metronidazole 0,5
Paracetamol 500
mg/8jam/oral (jika suhu >
38oC)
BP : vesikuler,
P:
Monitoring Darah rutin, GOT,
GPT
arcus
costa,
dengan
Konsul GEH.
drainase abses.
Splenomegali (-)
Ext : Edema -/A:
Abses Hepar Piogenik DD/
Amoeba
27/12/2014
S:
P:
T : 120/80 mmHg
Diet hepar I
N : 80 x/m
P : 24 x/m
S : 36,3 C
per menit
tidak ada
Demam : Tidak ada
O:
SS / GC / CM
gr/8jam/IV
38oC)
BP : vesikuler,
-
BT : Rh -/-, Wh -/-
Paracetamol 500
mg/8jam/oral (jika suhu >
cmH2O
Metronidazole 0,5
P:
Kultur pus dan sensivitas
arcus
costa,
dengan
Konsul GEH.
drainase abses.
S:
Nyeri perut kanan atas (+),
N : 80 x/m
P : 24 x/m
P:
mulai berkurang
Diet hepar I
S : 36,4C
per menit
-
tidak ada
Demam : Tidak ada
jam/IV
-
O:
SS / GC / CM
Metronidazole 0,5
gr/8jam/IV
Paracetamol 500
mg/8jam/oral (jika suhu >
38oC)
cmH2O
-
BP : vesikuler,
BJ : I/II murni regular
Peristaltik (+) kesan N,
Hepar: teraba 2 jari bawah
costa,
BT : Rh -/-, Wh -/-
arcus
dengan
P:
Monitoring Darah rutin, GOT,
GPT
Kultur pus dan sensivitas
antibiotic dari abses.
Konsul GEH.
Konsul bedah digestive, rencana
drainase abses.
Splenomegali (-)
Ext : Edema -/A:
Abses Hepar Piogenik DD/
Amoeba
29/12/2014
T : 120/70 mmHg
S:
Nyeri perut kanan atas (+),
N : 80 x/m
P : 24 x/m
P:
mulai berkurang
Diet hepar I
S : 36,5C
per menit
-
tidak ada
Demam : Tidak ada
jam/IV
-
O:
SS / GC / CM
Metronidazole 0,5
gr/8jam/IV
Paracetamol 500
mg/8jam/oral (jika suhu >
38oC)
cmH2O
-
BP : vesikuler,
BJ : I/II murni regular
Peristaltik (+) kesan N,
Hepar: teraba 2 jari bawah
costa,
dengan
BT : Rh -/-, Wh -/-
arcus
P:
Monitoring Darah rutin, GOT,
GPT
Kultur pus dan sensivitas
antibiotic dari abses.
Konsul GEH.
Konsul bedah digestive, rencana
drainase abses.
Splenomegali (-)
Ext : Edema -/A:
30/12/2014
T : 120/80 mmHg
S:
Nyeri perut kanan atas (+),
N : 80 x/m
P : 24 x/m
P:
mulai berkurang
Diet hepar I
S : 36,5C
per menit
-
tidak ada
Demam : Tidak ada
jam/IV
-
O:
SS / GC / CM
Metronidazole 0,5
gr/8jam/IV
Paracetamol 500
mg/8jam/oral (jika suhu >
38oC)
cmH2O
-
BP : vesikuler,
BJ : I/II murni regular
Peristaltik (+) kesan N,
Hepar: teraba 2 jari bawah
costa,
BT : Rh -/-, Wh -/-
arcus
dengan
P:
Monitoring Darah rutin, GOT,
GPT
Kultur pus dan sensivitas
antibiotic dari abses.
Konsul GEH.
Konsul bedah digestive, rencana
drainase abses.
Splenomegali (-)
Ext : Edema -/A:
Abses Hepar Piogenik DD/
Amoeba
10
RESUME
Seorang laki-laki, 28 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri
perut kanan atas. Dialami sejak 4 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit.
Nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk dan tembus ke belakang. Nyeri juga
menjalar ke dada kanan, kadang nyeri dirasakan terutama ketika menarik
napas. Mual dan muntah tidak ada. Riwayat demam ada, dialami sejak
seminggu tidak terus menerus disertai dengan menggigil, demam turun dengan
minum obat penurun panas. Batuk tidak ada. Sesak tidak ada. BAK lancar dan
kesan cukup. BAB belum sejak 3 hari. Riwayat BAB encer 2 minggu
sebelum pasien sakit. Riwayat penyakit kuning sebelumnya disangkal.
Riwayat minum-minum alcohol dan jamu-jamuan disangkal
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan vital sign dalam batas normal.
Kepala: anemis (-), ikterus (-), Abdomen: palpasi nyeri tekan pada regio
hipokondrium kanan. Hepar teraba 2 jari bawah arcus costa, dengan
permukaan yang berbenjol-benjol, konsistensi kenyal, tepi tumpul, fluktuasi
(+) dan nyeri tekan (+). Auskultasi peristaltik (+) kesan normal.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan ada leukositosis
(WBC : 20,1x103 /uL) dan enzim transaminase dalam batas normal (GOT 22
mg/dl, dan GPT 24 mg/dl). Didapatkan pula HbsAg dan anti-HCV negatif.
Pada pemeriksaan USG abdomen didapatkan hasil multiple massa pada lobus
kanan hepar sesuai gambaran abses.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
maka kami mendiagnosis pasien sebagai suatu abses hepar. Piogenik DD/
amoeba.
11
DISKUSI
Dari anamnesis, pasien laki-laki 28 tahun ini mengeluh nyeri perut kanan
atas yang sifat nyerinya seperti tertusuk-tusuk dan tembus ke belakang. Nyeri juga
menjalar ke dada kanan, kadang nyeri dirasakan terutama ketika menarik napas.
Dari hasil pemeriksaan fisis diperoleh adanya nyeri tekan pada region
hypocondrium dextra, juga nyeri tekan pada ICS 6 linea axillaris anterior dextra
disertai hepatomegali, yaitu hepar teraba 2 jari bawah arcus costa, dengan
permukaan yang berbenjol-benjol, konsistensi kenyal, tepi tumpul, fluktuasi (+)
dan nyeri tekan (+).
Pasien didiagnosa abses hepar berdasarkan anamnesis nyeri perut kanan
atas terasa seperti tertusuk-tusuk, ada demam, dari hasil pemeriksaan fisik
ditemukan nyeri tekan hypocondrium dextra dan Ludwig sign positif, dari hasil
laboratorium didapatkan adanya leukositosis (WBC 20,1 x 103/mm3) dan hasil
USG Abdomen ada multiple abses pada lobus kanan hepar.
Abses hepar merupakan rongga patologis berisi jaringan nekrotik yang
timbul dalam jaringan hati akibat infeksi amuba, bakteri, parasit, atau jamur.
Abses hepar terbagi dua secara umum, yaitu abses hati amebik (AHA) yang dan
abses hati piogenik (AHP). Gold standar untuk diagnosis AHA dan AHP adalah
dengan menemukan bakteri penyebab pada pemeriksaan kultur hasil aspirasi.
Maka, untuk menentukan secara pasti, apakah kasus ini AHA ataupun AHP, perlu
dilakukan pemeriksaan kultur dari abses tersebut.
Terapi yang diberikan berupa pemberian infus NaCl 0,9% 24 tpm sebagai
penyeimbang elektrolit. Antibiotik yang diberikan yaitu Ceftriakson yang
merupakan drug of choice dengan dosis 2 gram/24 jam/intravena.
12
TINJAUAN PUSTAKA
ABSES HEPAR PIOGENIK
A. PENDAHULUAN
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan oleh karena
infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari
sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan
pembentukan pus yang terdiri dari jaringan hati nekrotik, sel-sel inflamasi atau
sel darah didalam parenkim hati .(1)
Tiga bentuk utama dari abses hepar, berdasarkan etiologi, dapat
dikategorikan antara lain abses piogenik, abses amebic, dan abses fungal.
Abses hati piogenik meliputi 80% kasus abses hepar. Diakibatkan oleh
Enterobacteriaceae, Streptococcus microaerofili, Streptococcus anaerobic,
Klebsiella pneumonia, Salmonella thypi, dan sebagainya. Abses amebic akibat
Entamoeba histolytica terjadi 10% kasus. Abses fungal akibat Candida spesies,
terjadi kurang dari 10% kasus. Abses fungal terjadi sebagai coinfeksi dari
pasien dengan immunocompromised.(12)
Prevalensi yang tinggi sangat erat hubungannya dengan sanitasi yang
jelek, status ekonomi yang rendah serta gizi yang buruk. Meningkatnya arus
urbanisasi menyebabkan bertambahnya kasus abses hati di daerah perkotaan.
Di negara yang sedang berkembang abses hati amuba lebih sering didapatkan
secara endemik dibandingkan dengan abses hati piogenik. Dalam beberapa
dekade terakhir ini telah banyak perubahan mengenai aspek epidemiologis,
etiologi, bakteriologi, cara diagnostik maupun mengenai pengelolaan serta
prognosisnya. (2)
B. EPIDEMIOLOGI
Di negara negara yang sedang berkembang, abses hepar amoeba
didapatkan secara endemik dan jauh lebih sering dibandingkan abses hepar
piogenik. abses hepar piogenik ini tersebar di seluruh dunia, dan terbanyak di
13
C. ETIOLOGI
Etiologi abses hepar piogenik antara lain enterobacteriaceae,
microaerophilic
pneumoniae,
streptococci,
bacteriodes,
anaerobic
fusobacterium,
streptococci,
staphylococcus
klebsiella
aureus,
14
(13)
D. PATOGENESIS
Hati menerima aliran darah dari baik dari sirkulasi sistemik maupun
portal sehingga rentan terhadap infeksi. Namun keberadaan sel Kuppfer yang
melapisi sinusoid membatasi invasi bakteri. AHP disebabkan penyebaran
hematogen ataupun langsung dari sumber infeksi di rongga peritoneum.
Appendicitis dulu merupakan salah satu factor penting penyebab abses
hati. Namun diagnosis dan tatalaksana dengan pengunaan antibiotic yang baik
telah menurunkan penyebabnya menjadi hanya 10%. Saat ini, penyakit saluran
15
E. GAMBARAN KLINIS
Keluhan :
a. Demam yang sifatnya dapat remitten, intermitten atau kontinyu yang
disertai menggigil
b. Nyeri spontan perut kanan atas ditandai dengan jalan membungkuk ke
depan dan kedua tangan diletakkan di atasnya. Nyeri menjalar hingga ke
bahu (25%).
16
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
G.1 Pemeriksaan Laboratorium
Pada pasien abses hati piogenik, mungkin didapatkan leukositosis
dengan pergeseran ke kiri, anemia normositik normokrom, neutrofilia,
peningkatan laju endap darah, gangguan fungsi hati seperti peninggian
alkalin fosfatase, peningkatan enzim transaminase, serum bilirubin,
berkurangnya konsentrasi albumin serum dan waktu protrombin yang
memanjang menunjukkan bahwa terdapat kegagalan fungsi hati.
Kultur darah yang memperlihatkan bakterial penyebab menjadi
standar emas untuk menegakkan diagnosis secara mikrobiologik. (1,2)
G.2 Pemeriksaan Radiologi
Pada pasien abses hati piogenik, dilakukan pemeriksaan foto thorax
untuk mengetahui adanya kelainan seperti peninggian diafragma kanan,
efusi pleura dextra, atau kalsifikasi (hydatid cyst).
17
G. DIAGNOSIS
Menegakkan diagnosis abses hepar piogenik berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis definitive
membutuhkan bukti radiologi adanya gambaran abses di parenkim hati dan
hasil kultur cairan aspirasi positif. (1)
H. PENATALAKSANAAN
a. Drainase abses
Standar tatalaksaan abses hati adalah drainase perkutaneus l
dengan tuntunan abdomen ultrasound atau CTScan. Jika terdapat
obstruksi saluran bilier lakukan dekompresi secara intrahepatic
atau dengan endoskopi. Tatalaksanaan pilihan untuk keberhasilan
18
b. Antibiotic
Pemberian antibiotika secara intravena sampai 3 gr/hari selama 3
minggu diikuti pemberian oral selama 1-2 bulan. Antibiotik ini yang
diberikan terdiri dari:
a. Penisilin atau sefalosporin untuk coccus gram positif dan
beberapa jenis bakteri gram negatif yang sensitif. Misalnya
sefalosporin generasi ketiga seperti cefoperazone 1-2
gr/12jam/IV
b. Metronidazole, klindamisin atau kloramfenikol untuk
bakteri anaerob terutama B. fragilis. Dosis metronidazole
500 mg/6 jam/IV
c. Aminoglikosida untuk bakteri gram negatif yang resisten.
d. Ampicilin-sulbaktam
atau
kombinasi
klindamisin-
J. KOMPLIKASI
Saat diagnosis ditegakkan, menggambarkan keadaan penyakit berat seperti
septikamia/bakterimia dengan mortalitas 85%, ruptur abses hati disertai
peritonitis generalisata dengan mortalitas 6-7%, kelainan pleuropulmonal,
gagal hati, perdarahan ke dalam rongga abses, hemofilia, empiema, fistula
hepatobronkial, ruptur ke dalam perikard atau retroperineum. Sesudah
mendapatkan terapi, sering terjadi diatesis hemoragik, infeksi luka, abses
rekuren, perdarahan sekunder dan terjadi rekurensi atau reaktifasi abses. (1)
19
K. PROGNOSIS
Prognosis abses piogenik sangat ditentukan diagnosis dini, lokasi yang
akurat dengan ultrasonografi, perbaikan dalam mikrobiologi seperti kultur
anaerob, pemberian antibiotik perioperatif dan aspirasi perkutan atau drainase
secara bedah. Faktor utama yang menentukan mortalitas antara lain umur,
jumlah abses, adanya komplikasi serta bakterimia polimikrobial dan
gangguan fungsi hati seperti ikterus atau hipoalbuminemia.
Prognosis buruk apabila: terjadi umur di atas 70 tahun, abses multipel,
infeksi polimikroba, adanya hubungan dengan keganasan atau penyakit
immunosupresif, terjadinya sepsis dan komplikasi lainnya, keterlambatan
diagnosis dan pengobatan, tidak dilakukan drainase terhadap abses, adanya
ikterus, hipoalbuminemia, efusi pleural atau adanya penyakit lain. (1,2)
20
DAFTAR PUSTAKA
21
22