Disusun Oleh :
Shinta Devi Amielia
S831508048
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada Era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) yang semakin pesat perlu diiringi dengan adanya perkembangan dari
dunia pendidikan. Pendidikan memiliki peranan penting dalam terbentuknya sumber daya
manusia yang siap menghadapi tantangan abad 21. Keterampilan dalam menghadapi abad 21
seperti yang dijelaskan oleh Trilling dan Hood (1999) meliputi: keterampilan kecakapan
hidup dan karir, keterampilan dalam teknologi, media dan informasi serta keterampilan
belajar kritis dan berinovasi. Keterampilan ini dapat diperoleh melalui pendidikan formal
maupun non formal. Pembelajaran formal maupun non formal diharapkan dapat memberi
pengalaman bagi pesertanya melalui learning to know, learning to do, learning to be and
learning to live together (Poedjiadi, 2010). Sumber daya manusia yang siap menghadapi
tantangan abad 21 dapat terbentuk jika pendidikan tidak hanya menekankan pada penguasaan
konsep, tetapi juga menekankan pada penguasaan keterampilan. Salah satu pembelajaran
yang menuntut siswa dalam berpikir kritis dan dapat mengembangkan keterampilan yang
dimilikinya adalah pembelajaran sains.
Pembelajaran sains pada hakikatnya terdiri atas produk, proses, dan sikap yang
menuntut siswa melakukan penemuan dan pemecahan masalah. Melalui pembelajaran sains,
siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan dan
memasuki dunia teknologi, termasuk teknologi informasi. Dengan pembelajaran sains
diharapkan siswa memiliki standar kompetensi sains sebagai berikut: 1) Mampu bersikap
ilmiah dengan penekanan pada sikap ingin tahu, bertanya, kerjasama dan peka terhadap
makhluk hidup dan lingkungannya, 2) Mampu menerjemahkan perilaku alam, tentang diri
dan lingkungan di sekitar rumah dan sekolah. 3) Mampu memahami proses pembentuk ilmu
dan melakukan inkuiri ilmiah pengamatan dan melakukan penelitian sederhana dalam
lingkup pengalamannya. 4) Mampu memanfaatkan sains dan merancang atau membuat
produk teknologi sederhana dengan menerapkan prinsip sains.
Biologi merupakan bagian dari sains. Rustaman (2005) menyatakan bahwa konteks
pendidikan biologi mengacu pada hakikat sains yaitu produk, proses dan sikap melalui
ketrampilan proses. Yuniastuti (2013) menyatakan bahwa pembelajaran biologi yang baik
adalah pembelajaran yang dilandaskan pada prinsip keterampilan proses, dimana siswa
dibimbing untuk menemukan dan mengembangkan fakta dan konsep secara mandiri. Proses
penemuan dapat dilakukan dengan pendekatan saintific yang mengkaji cara-cara untuk
mendapat pengetahuan baru menggunakan proses yang sistematis. Pembelajaran sains juga
merupakan studi yang lebih ditekankan pada kegiatan proses, karena siswa dituntut aktif
selama pembelajaran berlangsung guna membangun pengetahuannya melalui serangkaian
kegiatan yang mendorong siswa menuju proses penemuan. Penggunaan pendekatan saintific
dalam proses penemuan mampu mendorong keterampilan siswa, salah satunya yaitu KPS
(keterampilan proses sains) (Siahaan dan Suyana, 2010).
Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan yang dimiliki oleh
para ilmuwan IPA dalam memperoleh pengetahuan, dan mengkomunikasikan pengetahuan
yang diperoleh. Keterampilan tersebut berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, serta
perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai hasil tertentu, termasuk kreativitas. KPS
sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam
mengembangkan sains, memperoleh pengetahuan baru serta mengembangkan pengetahuan
yang telah dimiliki (Dahar, 1996).
KPS adalah semua keterampilan
yang
diperlukan
untuk
memperoleh,
Internationale
for
Student
Assesment/PISA
pada
tahun
2012
yang
memperlihatkan bahwa dari 41 negara peserta, siswa Indonesia berada di urutan 2 terendah
dengan nilai rata-rata 382.
Hasil observasi di SMA Negeri 1 Kragan menunjukkan bahwa standar proses
memiliki ketercapaian terendah dari standar lainnya berdasarkan analisis SNP meliputi 8
standar yang ada di SMA Negeri 1 Kragan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan melalui
observasi pembelajaran di kelas dapat diketahui bahwa proses pembelajaran masih berpusat
pada guru (teacher center), hal ini terlihat dari penggunaan metode pembelajaran yang
dilakukan yaitu dengan metode ceramah dimana guru memberikan penjelasan dan siswa
hanya diam memperhatikan. Hal tersebut mengakibatkan siswa tidak aktif dalam proses
pembelajaran. Siswa cenderung diam dan tidak terlibat langsung dalam berbagai kegiatan
seperti: diskusi, tanya jawab serta kegiatan lain yang berkaitan dengan keterampilan sains
seperti: memprediksi, melakukan pengamatan, merancang dan mengkomunikasikan. Kondisi
inilah yang menyebabkan KPS siswa menjadi kurang maksimal.
Hasil observasi lainnya terkait sumber belajar yang digunakan oleh siswa dan guru di
SMA Negeri 1 Kragan memperlihatkan bahwa sumber belajar biologi siswa terbatas, hanya
berupa buku ajar dari penerbit dan LKS yang berisi latihan soal-soal yang tidak
memberdayakan kemampuan berfikir siswa, selain itu bahan ajar biologi yang dimiliki guru
terbatas dan sebagian besar berasal dari penerbit serta guru belum mengembangkan bahan
ajar sendiri. Buku pegangan guru hanya memuat materi pembelajaran, belum dilengkapi
dengan langkah-langkah pembelajaran, instrumen dan rubrik penilaian. Isi buku tersebut
cenderung lebih menekankan pada penguasaan konsep daripada ketrampilan proses sains
siswa. LKS sudah ada dan sudah sesuai dengan kebutuhan per siswa, namun hanya berisi
ringkasan materi dan kegiatan siswa hanya terbatas pada tes kognitif saja serta belum
memfasilitasi siswa untuk menemukan konsep sendiri.
Adapun materi dan permasalahan yang dipilih didasarkan atas analisis hasil Ujian
Nasional (UN) Tahun Pelajaran 2014/2015 yang menunjukkan bahwa materi pencemaran
lingkungan memiliki persentase terendah pada tingkat kota/kabupaten dan nasional (BSNP,
2013), sehingga materi ini dipilih dalam penelitian pengembangan. Materi pencemaran
lingkungan dapat disampaikan kepada siswa menggunakan pendekatan ketrampilan proses.
Siswa diarahkan untuk mealukan proses-proses ilmiah untuk menemukan bagaimana
pengaruh pencemaran lingkungan. Dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses,
penguasaan konsep dan ketrampilan proses sains siswa dapat ditingkatkan.
Berdasarkan hasil analisis terkait strategi, model, bahan ajar dan materi pelajaran
sekolah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa salah satu alternatif yang dapat dilakukan
untuk mengatasi kebutuhan siswa dan guru dalam proses pembelajaran adalah dengan
mengembangkan bahan ajar berupa modul biologi yang mampu mengembangkan KPS.
Model yang dipilih dalam penelitian pengembangan ini disesuaikan dengan
karaketristik materi dan siswa di SMA Negeri 1 Kragan. Model yang dipilih juga harus
mampu membantu kelemahan siswa dalam mengembangkan keterampilan proses sains
seperti memprediksi, melakukan pengamatan, merancang, mengkomunikasikan dan lain-lain.
Adapun pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa tersebut salah
satunya adalah pendekatan scientific. Pendekatan scientific memiliki sintaks yang terdiri atas
mengamati, menanya, mencoba, menganalisis dan mengkomunikasikan sehingga dengan
menerapkan pendekatan ini selama pembelajaran, siswa dapat aktif berpikir dan
mengembangkan KPS yang meliputi memprediksi, mengamati dan menjelaskan. Hasil
penelitian Nurul Hidayati dan Endryansyah (2014) menunjukkan bahwa pendekatan scientific
mampu meningkatkan kemampuan afektif dan psikomotor siswa selama menjalani proses
pembelajaran di kelas.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian pengembangan yang akan dilakukan
berjudul Pengembangan Modul Biologi Berbasis Scientifik pada Materi Pencemaran
Lingkungan untuk Meningkatkan Ketrampilan Proses Sains SMA Negeri 1 Rembang.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik modul Biologi berbasis scientifik pada materi Pencemaran
Lingkungan untuk Meningkatkan Ketrampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMA
Negeri 1 Kragan?
2. Bagaimana kelayakan modul Biologi berbasis scientifik pada materi Pencemaran
Lingkungan untuk Meningkatkan Ketrampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMA
Negeri 1 Kragan?
3. Bagaimana efektivitas modul Biologi berbasis scientifik pada materi Pencemaran
Lingkungan untuk Meningkatkan Ketrampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMA
Negeri 1 Kragan?
C. Tujuan Pengembangan
lingkungan
disertai
gambar-gambar
untuk
c. Ketrampilan Proses Sains siswa kelas X SMA Negeri 1 Kragan dapat ditingkatkan
2. Keterbatasan dari modul Biologi berbasis ketrampilan proses ini adalah :
a. Pengembangan modul berbasis scientific terbatas pada materi pencemaran
lingkungan kelas X.
b. Penelitian pengembangan dibatasi sampai tahap disseminate dan dilaksanakan
pada sampel terbatas.
c. Penggunaan modul berbasis scientific terbatas pada materi pencemaran
lingkungan hanya terbatas untuk mengukur ketrampilan proses sains siswa.
G. Definisi Istilah
Untuk menghindari kesalahan penafsiran, maka diberikan beberapa definisi
tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan
dan memvalidasi produk pendidikan.
2. Modul adalah bahan ajar yang dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum
tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan memungkinkan
dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu.
3. Biologi adalah ilmu yang mempelajari segala hal yang berhubungan dengan makhluk
hidup dan kehidupan.
4. Pendekatan
5. Modul Biologi berbasis
6. Ketrampilan proses sains adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah
dalam memehami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan khususnya
pada pembelajaran sains (biologi) dengan tujuan untuk mengoptimalkan proses
belajar mengajar yang ingin dicapai.