PAPER
Disusun Oleh :
Shinta Devi Amielia
(S831508048)
Sindy Nurinda
(S831508049)
keuntungan
sebesar-besarnya
tanpa
memikirkan
bagaimana
kelestarian sumber daya hayati yang ada. Kesadaran masyarakat akan pentingnya
menjaga kelestarian hayati juga masih rendah. Hal ini menyebabkan permasalahan
kepunahan masih menjadi ancaman bagi biodiversitas di Indonesia.
Contoh nyata yang terjadi adalah adanya ekploitasi pada tumbuhan di
hutan Kalimantan. Provinsi Kalimantan Timur memiliki beragam flora unik yang
keberadaannya semakin terancam. Penyebab terancamnya kelestarian flora
endemik tersebut adalah adanya kebakaran dan perambahan hutan. Salah satu
tumbuhan yang keberadaannya sekarang semakin terancam adalah tumbuhan atau
pohon Ulin (Eusideroxylon zwageri). Ulin merupakan salah satu jenis kayu yang
memiliki banyak manfaat seperti untuk konstruksi bangunan bahkan untuk
dijadikan obat (Hidayat, 2003). Kayu Ulin memiliki struktur yang sangat kuat dan
diminati oleh pasar, sehingga kayu ulin menjadi salah satu komoditi yang
memiliki harga jual yang tinggi. Minat pasar yang tinggi pada kayu Ulin
menyebabkan pelaku bisnis melakukan eksploitasi besar-besaran pada tumbuhan
ini hingga menyebabkan keberadaannya di alam semakin lama semakin
berkurang.
Pohon Ulin (Eusideroxylon zwageri) termasuk salah satu jenis tumbuhan
yang sulit untuk dibudidayakan (Pujawati, 2008). Eksploitasi Ulin yang tidak
terkendali dan tidak mempertimbangkan aspek kelsetarian menyebabkan pohon
Ulin mengalami penurunan populasi yang sangat mengkhawatirkan sehingga
dimasukkan dalam kategori vulnerable oleh IUCN (2011). Selain itu, ulin juga
telah dievaluasi untuk dimasukkan dalam Appendix II CITIES (Prastyono, 2014).
Kedua hal tersebut menjadi dasar perlunya konservasi sumberdaya genetik dan
budidaya terhadap jenis kayu ini untuk segera dilaksanakan.
Upaya konservasi sumber daya hayati pada saat ini dapat dilakukan
dengan melakukan analisis informasi genetik. Pengetahuan tentang keragaman
genetik sangat penting karena akan memeberikan suatu informasi dasar dalam
pengembangan tanaman selanjutnya. Menurut Wulandari (2008) keragaman
genetik digunakan sebagai bahan seleksi genotipe yang dikehendaki. Salah satu
pendekatan yang dilakukan untuk estimasi variabilitas genotipe adalah dengan
menggunakan metode baru berdasarkan analisis molekuler. Pengembangan bidang
molekuler dengan analisis DNA sudah sering digunakan untuk mengkarakterisasi
variasi genetik dan kekerabatan dalam satu genus, spesies, kultivar atau aksesi.
Analisis keragaman suatu populasi tanaman dapat dilakukan secara
morfologi, sitologi, dan analisis molekuler yang diantaranya isoenzim, RAPD
(Random Amplified Polymorfik DNA), RFLP (Restriction Fragment Length
Polymorphism), AFLP (Amplified Fragment Length Polymorphisms), SSR
(Simple Sequence Repeat) atau mikrosatelit. Analisis molekuler dapat memberikan
perbedaan yang jelas dengan melihat perbedaan pola pita DNA. Penanda
molekuler banyak digunakan dalam analisis keragaman genetic tumbuhan, salah
satunya adalah RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA).
genotip
tumbuhan,
karena
memiliki
kelebihan
dalam
pelaksanaan dan analisisnya. Teknik RAPD lebih murah, mudah dilakukan, cepat
memberikan hasil, menghasilkan polimorfisme pita DNA dalam jumlah bayak dan
mudah memperoleh primer acak yang diperlukan untuk menganalisis genom
semua jenis organisme. Teknik RAPD tidak hanya terbatas pada sifat-sifat yang
telah diketahui keterkaitan gen secara fisiologis dan biokimianya. RAPD banyak
digunakan sebagai penanda genetik untuk menilai keragaman genetik tumbuhan
hutan.
II.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah ciri-ciri umum tumbuhan Ulin (Eusideroxylon zwageri) ?
2. Apasajakah manfaat tumbuhan Ulin (Eusideroxylon zwageri) ?
3. Apasajakah teknik analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui
keragaman genetik tumbuhan Ulin (Eusideroxylon zwageri) ?
4. Bagaimanakah implementasi hasil analisis keragaman genetik ulin
(eusideroxylon zwageri) sebagai salah satu upaya konservasi molekuler?
III.
Landasan Teori
1. Pohon Ulin (Eusideroxylon zwageri)
Klasifikasi berdasrkan IUCN :
Kingdom : Plantae
Phylum
: Tracheophyta
Class
: Magnoliopsida
Order
: Laurales
Family
: Lauraceae
Genus
: Eusideroxylon
Spesies
: Eusideroxylon zwageri
Ulin (Eusideroxylon zwageri) memiliki nama lain yaitu Bulian atau
kayu besi. Ulin merupakan jenis pohon besar yang tingginya dapat
mencapai 50 meter dengan diameter sampai 120cm. Pohon ini tumbuh
pada dataran rendah sampai ketinggian 400m. Ulin umumnya tumbuh
mengamatinya.
Kalangan
genetika
tumbuhan
banyak
isoenzim
(isozim).
Penanda
isozim
bersifat
Jenis marka molekuler pada tanaman ada dua yaitu penanda yang
mendasarkan teknik PCR dan yang tidak mendasarkan teknik PCR.
Penanda molekuler yang mendasarkan teknik PCR antara lain RAPD
(Random Amplified Polymorphic DNA), AFLP (Amplified Fragment
Length Polymorphism) dan SSR (Simple Sequence Repeats) yang lebih
menandakan pada sequencing DNA. Sedangkan penanda molekuler
yang tidak mendasarkan teknik PCR hanya ada satu jenis yaitu RFLP
(Restriction Fragment Length Polymorphisme) (Azrai, 2005). Setiap
penanda molekuler memiliki teknik yang berbeda-beda baik dalam hal
jumlah DNA yang dibutuhkan, dana, waktu, prosedur pelaksanaan,
tingkatan polimorfisme dan pengujian secara statistic (Garcia et al.,
2004). Penanda tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan
kelemahan. Oleh karena itu, kombinasi beberapa teknik akan
memberikan data yang komprehensif dan akurat. Penentuan teknik yang
digunakan sangat penting untuk mendapatkan hasil sesuai dengan yang
diinginkan. Umumnya strategi pemilihan teknik berdasarkan pada tujuan
studi, ketersediaan dana dan fasilitas serta kemampuan sumber daya
manusia.
Pemilihan marka molekuler yang akan digunakan dalam analisis
genetic perlu mempertimbangkan tujuan yang diinginkan, sumber dana
yang dimiliki, fasilitas yang tersedia serta kelebihan dan kekurangan
masing-masing tipe marka. Penanda molekuler yang diinginkan yaitu :
kemudahan akses (diperdagangkan dan cepat didapatkan), kemudahan
prosedur analisis, polymorphismenya tinggi, Co- dominant (dapat
membedakan homozigot dan heterozigot), reproducibility-nya tinggi.
Berikut adalah jenis-jenis penanda yang biasanya digunakan untuk
analisis DNA pada tanaman.
Penanda Molekuler Yang Mendasarkan PCR (Polymerase Chain
Reaction)
Reaksi berantai polymerase atau dikenal sebagai PCR adalah suatu
sintesis enzimatik untuk mengamplikasi suatu sekuen nukleotida tertentu
secara invitro. Teknik PCR biasanya memiliki sensitivitas yang sangat
jika
menggunakan
lebih
dari
500
jenis
primer,
mudah
dan
ekonomis
dalam
pengaplikasinya
karena
2002).
Pembahasan
Keragaman genetik merupakan aspek penting dalam
program
Secara
dapat
latar belakang genetik dari tumbuhan ex situ dan in situ dari berbagai
spesies pohon di hutan yang sudah ditetapkan sebagai spesies yang
dilindungi. Marka molekuler ini digunakan untuk mengetahui apakah
spesies yang dilindungi memiliki diversitas genetik yang cukup sebagai
representasi dari gen pool sebagai tanaman konservasi.
Kedua, marka gen dapat digunakan untuk mengevaluasi status
sumber genetik dari spesies yang belum pernah ditetapkan atau baru
direncanakan untuk dikonservasi. Hal ini dilakukan dengan cara
mendeterminasi variasi genetik diantara populasi atau di dalam individu
dan sistem perkawinan serta aliran gen. pada umumnya, marka gen dapat
digunakan sebgai panduan bagaimana dan dimana cara mengkoleksi
sampel untuk konservasi gen ex situ dan in situ. untuk memaksimalkan
penerapan ini harus dikombinasikan dengan survey ekonomi dan geografi
serta pengukuran sifat adaptif.
Langkah kedua dalam hal ini lebih cocok diterapkan di Indonesia
karena situs konservasi ex situ dan in situ gen belum ditetapkan oleh
pemerintah. informasi dari variasi genetik yang ada di dalam dan di antara
populasi serta hubungan genetik antara populasi dan sampel dapat
diperoleh dengan cara ini. Keragaman genetik dari spesies Ulin masih
tinggi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Widyatmoko diperoleh
hasil bahwa nilai rata-rata indeks diversitas genetik tumbuhan ulin adalah
sebesar 0,3678. Namun, jarak genetik diantara kluster masih tinggi. jadi
berdasarkan informasi tersebut, kumpulan materi genetik untuk konservasi
secara ex situ harus difokuskan pada individu dalam populasi dan pada
setiap kluster.
Penurunan genetik pada tumbuhan Ulin belum terlihat. ini
mengindikasikan bahwa keragaman genetik untuk tumbuhan Ulin pada
tahap ini dapat dijaga kelestariannya asalkan populasi yang masih tersisa
dipelihara dan dikonservasi dengan baik. material genetik untuk
menentukan konservasi ex situ dapat di perlakukan sebagai sebuah induk
pohon yang meyimpan informasi dari setiap genetik dari spesies yang
sama. hal ini sangat penting untuk memastikan bahwa materi genetik yang
telah dikumpulkan dari berbagai macam induk tumbuhan.
V.
Daftar Pustaka
Astirin, O. P. (2000). Permasalahan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati
di Indonesia. Biodiversitas , 36-40.
Banerjee, S., Singh, S., Pandey, H., Pandey, P., & Rahman, L. u. (2012).
Conservation and storage of Curcuma amada Roxb. synseeds on
Luffa sponge matrix and RAPD analysis of the converted plantlets.
Industrial Crops and Products , 383-388.
Dhakshanamoorthy, D., Selvaraj, R., & Chidambaram, A. (2015). Utility
of RAPDmarker for genetic diversity analysis in gamma rays and
ethyl methane sulphonate (EMS)-treated Jatropha curcas plants. C.
R. Biologies , 7582.
Ding, Y., Zhang, J., Lu, Y., Lin, E., Lou, L., & Tong, Z. (2015).
Development of EST-SSR markers and analysis of genetic diversity
in natural populations of endemic and endangered plant Phoebe
chekiangensis. Biochemical Systematics and Ecology , 183-189.
Finkeldey R. 2005. Pengantar Genetika Hutan Tropis. Djamhuri E.,
Siregar IZ. Siregar UJ., Kertadikara AW., penerjemah. Gottingen:
Institute of Forest Genetics and Forest Tree Breeding Georg-AugustUniverity-Gottinge. Terjemahan dari : An Introduction to Tropical
Forest Genetics.
Hidayat, S. (2004). Persebaran Ulin (Eusideroxylon zwageri Teijms. &
Binned.) dan Tumbuhan Asosiasinya di Taman Nasional Kutai,
Kalimantan Timur . Biosmart , 39-43.
Idrus, Hidayah, A. K., & Bakrie, I. (2015). Analisa Finansial Pada Usaha
Persemaian Bibit Ulin Oleh Masyarakat Di Desa Sungai Merdeka
Kecamatan Samboja . Jurnal AGRIFOR , 62.
K.Khoury, C. (2015). Corp wild relatives of pigeonpea Cajanus cajan L.
Millsp Distribution, ex situ conservation status, and potential genetic
resources for abiotic stress tolerance. Biological Conservation , 259270.
Liyanagunawardena, N. (2016). Type-specific PCR assays for Babesia
bovis msa-1 genotypes in Asia: Revisisting the genetic diversity in
Sri Langka, Mongolia and Vietnam. Infection; Genetic and
Evolution , 64-69.
Nishat, S. (2015). Genetic diversity of the bacterial wilt pathogen
Ralstonia solanacearum using a RAPD marker. C. R. Biologies , 757767.