FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
R E F E R AT
MARET 2010
ERITRASMA
O LE H:
AYU YUNIANDINI
110206015
NAJATRANY KASIR
110206143
PEMBIMBING :
dr. MARYAM
SUPERVISOR :
DR. dr. KHAIRUDDIN DJAWAD, SP.KK (K)
HALAMAN PENGESAHAN
: AYU YUNIANDINI
Stambuk
: 110206015
Nama
: NAJATRANY KASIR
Stambuk
: 110206143
Supervisor
Pembimbing
( dr. MARYAM )
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
............................................................................ i
.................................................................................................... ii
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
EPIDEMIOLOGI.................................................................................................... 1
ETIOLOGI.............................................................................................................. 2
PATOGENESIS...................................................................................................... 2
GEJALA KLINIS.................................................................................................... 2
PEMERIKSAAN PENUNJANG........................................................................... 3
DIAGNOSIS........................................................................................................... 4
DIAGNOSIS BANDING........................................................................................ 4
PENATALAKSANAAN......................................................................................... 5
PROGNOSIS.......................................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 6
LAMPIRAN............................................................................................................ 7
ERITRASMA
I. PENDAHULUAN
Eritrasma adalah penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang
ditandai dengan suatu peradangan superfisial ringan yang terlokalisasi pada kulit
dan menahun, yang disebabkan oleh bakteri yang erat kaitannya dengan bakteria
Coryneform aerobic, yang biasanya diketahui sebagai Corynebacterium
minutissimum.(1,2,3)
Eritrasma adalah salah satu penyakit bakteri yang selama lebih dari 100
tahun lamanya dianggap sebagai penyakit jamur. Kondisi ini pertama kali
digambarkan oleh Burchard yang menyatakan bahwa penyakit ini sebagai
penyakit kulit yang disebabkan oleh Actinomycetes, Nocardia minitussima
berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan sediaan langsung dengan
ditemukan susunan struktur semacam hifa halus pada tahun 1859. Istilah
eritrasma digunakan pada tahun 1862 oleh Von Barensprung yang dinamakan
organisme kausatif Microsporum minutissimum. (1,3,4,5,6)
Baru pada tahun 1962, Sarkani dan kawan-kawan
menemukan
berdiameter
sampai
dengan
granul-granul
substernal.
sehingga tidak dapat terlihat pada daerah yang baru saja dicuci.(8,12)
GAMBARAN KLINIS
Lesi kulit dapat berukuran sebesar miliar sampai plakat. Lesi
eritroskuamosa berbatas tegas, memiliki bentuk yang tidak teratur. Mulanya
berwarna merah dan lama-kelamaan terlihat merah kecoklat-coklatan. Lesi-lesi
yang baru biasanya licin dan lesi yang lama memberikan gambaran kasar dan
berskuama halus serta terkadang erosif. Variasi ini rupanya bergantung pada
area lesi dan warna kulit penderita. Pada keadaan tertentu, lesi dapat meluas ke
badan dan paha.(1,2,7)
Khusus di daerah tropik, iritasi lesi pada lipatan paha dapat mengakibatkan
terjadi garukan dan terjadi likenifikasi di sela jari-jari kaki dan dapat
menimbulkan plak maserasi dengan hiperkeratotik putih, khususnya di antara
jari keempat dan kelima. Infeksi dari penyakit ini biasanya asimptomatik.
Eritrasma timbul di daerah intertriginosa yaitu axilla, lipat paha, daerah di
bawah payudara, genitocrural.(1,2,9)
Gambar 1. Eritrasma di
Dikutip dari
daerah Axilla
kepustakaan 9
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang terdiri atas pemeriksaan dengan lampu wood dan
sediaan langsung.
1. Fluoresensi
Lampu Wood (lampu ultra violet gelombang panjang, Black Lights)
adalah suatu gelas wood yang terdiri dari barium silikat yang mengandung
9% nikel oksida, bersifat opak terhadap sinar ultra violet kecuali berkas
cahaya dari panjang gelombang 320400 nm. Jika sinar ultra violet
disodorkan melalui filter ini maka sinar dengan panjang gelombang 365
nm yang akan diteruskan. Bola lampu yang fluoresen (sinar hitam) yang
memancarkan sinar serupa, meskipun dengan spektrum lebih luas juga
tersedia. Karena salep, eksudat, kosmetik, deodorant dan sabun dapat
berfluoresensi sebagai warna biru atau ungu, maka kulit harus dibersihkan
betul-betul sebelum pemeriksaan.(12,13)
Pada pemeriksaan dengan lampu wood, lesi terlihat berfluoresensi
merah membara (coralred) karena adanya coproporphyrin III yang
dihasilkan organisme penyebabnya.(10,13,14,15)
2. Sediaan Langsung
DIAGNOSIS
Diagnosis eritrasma ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis,
laboratorium, dan pemeriksaan lainnya. Gambaran klinis yang khas dengan
pemeriksaan lampu wood yang positif seperti didapatkannya warna coral red
fluorescence serta pemeriksaan gram dan giemsa tampak gambaran batang
halus. Pembiakan tidak memiliki arti penting, apalagi kalau pemeriksaan
dengan lampu wood positif. Adanya lesi kulit pada daerah yang memiliki
gambaran effluoresensi seperti adanya eritema luas berbatas tegas dengan
skuama halus dan terkadang erosif. Pada keadaan tertentu, bila lesi terdapat
pada badan dan paha, eritrasma harus dibedakan dengan Ptiriasis versikolor.
(1,2,3,7)
VII.
DIAGNOSIS BANDING
1. Ptiriasis versicolor
Penyakit yang umumnya paling banyak memberi kesan hampir
sama dan dapat membingungkan dengan erythrasma, tetapi penyakit ini
terjadi utamanya pada daerah badan atas dan memiliki lesi individu yang
kecil dan tidak eritematous. Lesi yang mula-mula muncul berbentuk
miliar yang berbatas tegas dan makin lama makin membesar tanpa
disertai peninggian di tepinya. Timbul bercak putih atau kecokelatan
yang kadang-kadang gatal bila berkeringat. Bisa pula tanpa keluhan gatal
sama sekali, tetapi penderita mengeluh karena malu oleh adanya bercak
tersebut. Tempat predileksi penyakit ini terutama pada daerah yang
tertutup pakaian seperti dada, punggung, lengan atas paha, leher, muka,
dan kulit kepala yang berambut.(1,7,16)
2. Tinea cruris
Penyakit ini biasanya gatal dengan papula-papula eritematosa, tepi
lesi aktif ditutupi skuama dan kadang-kadang disertai dengan banyak
vesikel kecil-kecil. Lesi simetris di lipat paha kanan dan kiri. Diagnosa
dapat ditegakkan dengan ditemukannya elemen jamur pada pemeriksaan
dengan larutan KOH 10-20%.(2,3,7)
10
3. Tinea pedis
Pada bentuk intertrigenosa, manifestasi kliniknya berupa maserasi,
deskuamasi, dan erosi pada sela jari. Tampak warna keputihan basah dan
dapat terjadi fisura yang terasa nyeri bila tersentuh. Pada bentuk
vesikular akut, ditandai dengan terbentuknya vesikel-vesikel dan bulla
yang terletak agak dalam di bawah kulit dan sangat gatal.(1,2,16)
Pada seluruh kaki dari telapak, tepi sampai punggung kaki, terlihat
kulit menebal dan berskuama. Eritema biasanya ringan terutama terlihat
pada bagian tepi lesi. Lesi tinea pedis sering dimulai dari sela jari III, IV
dan V. Biasanya penderita merasa gatal.16
Kandidiasis
11
Daerah eritematosa yang dikelilingi lesi-lesi satelit, erosif , kadangkadang dengan papula dan bersisik dan gatal hebat disertai panas seperti
terbakar.pada daerah sela jari kaki tampak erosi dengan maserasi berwarna
keputihan ditengahnya.2,7
Gambar 5. Kandidiasis didaerah sela jari kaki
Dikutip dari kepustakaan 7
5. Dermatitis seboroik
Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan
agak kekuningan, batasnya agak kurang tegas. Bentuk yang ringan hanya
mengenai kulit kepala yang berupa skuama-skuama halus, mulai sebagai
bercak kecil. Bentuk berat ditandai dengan adanya bercak-bercak yang
berskuama dan berminyak disertai eksudasi dan krusta tebal.1
Dermatitis seboroik biasa terdapat pada daerah kepala, dahi,
glabella, telinga post auricular, leher, supraorbital, liang telinga luar,
lipatan nasolabialis, areola mammae, lipat paha dan anogenital.1
VIII. PENATALAKSANAAN
Adapun cara untuk mencegah eritrasma atau tindakan yang bisa dilakukan
untuk mengurangi resiko eritrasma, yaitu :2,7
1.
2.
3.
12
4.
b.
2. Sistemik :
Eritromisin merupakan obat pilihan. Satu gram sehari (4x250 mg) untuk
2-3 minggu. Obat topical, misalnya salep tetrasiklin 3% juga bermanfaat.
Demikian pula obat antijamur yang baru yang berspektrum luas. Hanya
pengobatan topical memerlukan lebih ketekunan dan kepatuhan penderita.(1,2,8)
Untuk lokasi eritrasma terutama pada sela jari kaki cuci dengan benzoyl
peroxidase dan 5% gel terbukti efektif pada sebagian besar kasus.
Clindamicin 2% atau cream azole efektik untuk agen topical. Jika meluas
sangat efektif diberikan eritromicin.(2,8,15,17,18)
IX.
PROGNOSIS
Prognosis cukup baik, bila semua lesi diobati dengan tekun dan
menyeluruh. Penyakit ini mungkin saja meninggalkan sisa yang asymptomatis
untuk beberapa tahun atau mungkin dapat mengalami pariode exaserbasi.
Kambuh kadang-kabdang dapat terjadi tepat setelah pemberian terapi antibiotik
berhasil.(1,8,9)
X. KESIMPULAN
Eritrasma adalah penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang
ditandai dengan suatu peradangan superfisial ringan yang terlokalisasi pada kulit
dan menahun, yang disebabkan oleh bakteri yang erat kaitannya dengan bakteria
13
DAFTAR PUSTAKA
14
1.
2.
h. 334-35
3.
4.
5.
6.
Maibach HI, Aly R. Bacterial Infection. In : Moschella SL, Hurley HJ, editors.
Dermatology. 3rd Edition. Philadelphia: WB Saunders; 1992. p. 733-4
7.
8.
Ghani Kibbi, Abdul. Erythrasma. [online]. 2009 Aug 11 [cited 2010 Feb 21];
Available from: URL: http://www.emedicine.com/Dermatology/topic187.htm
15
9.
Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors.
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7 th Edition. United States of
America: MC Graw Hill; 2008. p. 1708-709
10.
Brown, R.G and Burns, Tony, editors. Lecture Notes Dermatologi. Edisi 8.
Jakarta: Erlangga Medical Series; 2005. h. 21-22
11.
12.
13.
14.
15.
Arnold HL, Odom RB, James WD, editors. Andrews Diseases Of The Skin
Clinical Dermatology. 8th Edition. p. 284-85
16
16.
Trelia Boel. Mikosis Superfisial. [serial online] [ cited 2010 March 2]; p. 114. Available from :URL: http://healthcare.com/.
17.
18.
Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP. Dermatology. Volume 1. London: Mosby;
2003. p. 1128
17