Anda di halaman 1dari 6

a.

Pernapasan Luar (Eksternal)


Pernapasan luar merupakan pertukaran gas di dalam paru-paru. Oleh karena itu,
berlangsung difusi gas dari luar masuk ke dalam aliran darah. Dengan kata lain,
pernapasan luar merupakan pertukaran gas (O2 dan CO2) antara udara dan
darah.
Pada pernapasan luar, darah akan masuk ke dalam kapiler paru-paru yang
mengangkut sebagian besar karbon dioksida sebagai ion bikarbonat (HCO3)
dengan persamaan reaksi seperti berikut.
(H+) + ( HCO3) => H2 CO3
Sisa karbon dioksida berdifusi keluar dari dalam darah dan melakukan reaksi
sebagai berikut.
H2CO3 => H2O + CO2
Enzim karbonat anhidrase yang terdapat dalam sel-sel darah merah dapat
mempercepat reaksi. Ketika reaksi berlangsung, hemoglobin melepaskan ion ion hidrogen yang telah diangkut; HHb menjadi Hb. Hb merupakan singkatan dari
haemoglobin, yaitu jenis protein dalam sel darah merah. Selanjutnya,
hemoglobin mengikat oksigen dan menjadi oksihemoglobin (HbO2).
Hb + O2 => HbO2
Selama pernapasan luar, di dalam paru-paru akan terjadi pertukaran gas yaitu
CO2 meninggalkan darah dan O2 masuk ke dalam darah secara difusi. Terjadinya
difusi O2 dan CO2 ini karena adanya perbedaan tekanan parsial. Tekanan udara
luar sebesar 1 atm (760 mmHg), sedangkan tekanan parsial O2 di paru-paru
sebesar 160 mmHg. Tekanan parsial pada kapiler darah arteri 100 mmHg,
dan di vena 40 mmHg. Hal ini menyebabkan O 2 dari udara berdifusi ke dalam
darah.
Sementara itu, tekanan parsial CO2 dalam vena 47 mmHg, tekanan parsial
CO2 dalam arteri 41 mmHg, dan tekanan parsial CO2 dalam alveolus 40
mmHg. Adanya perbedaan tekanan parsial tersebut menyebabkan CO2 dapat
berdifusi dari darah ke alveolus.

b. Pernapasan Dalam (Internal)


Pada pernapasan dalam (pertukaran gas di dalam jaringan tubuh) darah masuk
ke dalam jaringan tubuh, oksigen meninggalkan hemoglobin dan berdifusi masuk
ke dalam cairan jaringan tubuh. Reaksinya sebagai berikut.
HbO2 => Hb + O2
Difusi oksigen keluar dari darah dan masuk ke dalam cairan jaringan dapat
terjadi, karena tekanan oksigen di dalam cairan jaringan lebih rendah
dibandingkan di dalam darah. Hal ini disebabkan karena sel-sel secara terus
menerus menggunakan oksigen dalam respirasi selular.
Dari proses pernapasan yang terjadi di dalam jaringan menyebabkan terjadinya
perbedaan komposisi udara yang masuk dan yang keluar paru-paru.
Perlu diketahui bahwa tekanan parsial O2 pada kapiler darah nadi 100 mmHg
dan tekanan parsial O2 dalam jaringan tubuh kurang dari 40 mmHg. Sebaliknya
tekanan karbon dioksida tinggi, karena karbon dioksida secara terus menerus
dihasilkan oleh sel-sel tubuh. Tekanan parsial CO2 dalam jaringan 60 mmHg
dan dalam kapiler darah 41 mmHg. Hal inilah yang menyebabkan O2 dapat
berdifusi ke dalam jaringan dan CO2 berdifusi ke luar jaringan.
Dalam keadaan biasa, tubuh kita menghasilkan 200 ml karbon dioksida per hari.
Pengangkutan CO2 di dalam darah dapat dilakukan dengan tiga cara berikut.
1) Sekitar 6070% CO2 diangkut dalam bentuk ion bikarbonat (HCO3) oleh
plasma darah, setelah asam karbonat yang terbentuk dalam darah terurai
menjadi ion hidrogen (H+) dan ion bikarbonat (HCO3).
Ion H+ bersifat racun, oleh sebab itu ion ini segera diikat Hb, sedangkan ion
HCO3 meninggalkan eritrosit masuk ke plasma darah. Kedudukan ion HCO3
dalam eritrosit
diganti oleh ion klorit. Persamaan reaksinya sebagai berikut.
H2O + CO2 => H2CO3 => (H+) + (HCO3)
2) Lebih kurang 25% CO2 diikat oleh hemoglobin membentuk
karboksihemoglobin. Secara sederhana, reaksi CO2 dengan Hb ditulis sebagai
berikut.
CO2 + Hb => HbCO2
Karboksihemoglobin disebut juga karbominohemoglobin karena bagian dari
hemoblogin yang mengikat CO2 adalah gugus asam amino.

Reaksinya sebagai berikut.


CO2 + RNH2 => RNHCOOH
3) Sekitar 610% CO2 diangkut plasma darah dalam bentuk senyawa asam
karbonat (H2CO3).

Tidak semua CO2 yang diangkut darah melalui paru-paru dibebaskan ke udara
bebas. Darah yang melewati paru-paru hanya membebaskan 10% CO2. Sisanya
sebesar 90% tetap bertahan di dalam darah dalam bentuk ion-ion bikarbonat.
Ion-ion bikarbonat dalam darah ini sebagai buffer atau penyangga karena
mempunyai peran penting dalam menjaga stabilitas pH darah.
Apabila terjadi gangguan pengangkutan CO2 dalam darah, kadar asam karbonat
(H2CO3) akan meningkat sehingga akan menyebabkan turunnya kadar alkali
darah yang berperan sebagai larutan buffer. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya gangguan fisiologis yang disebut asidosis.
Proses berlangsungnya pernapasan luar dan pernapasan dalam pada manusia
dengan mengamati Gambar di bawah ini.

Setelah sampai dalam jaringan, gas O2 dipergunakan untuk respirasi sel, yaitu
untuk mengoksidasi zat makanan (glukosa) sehingga dapat dihasilkan energi,
gas CO2, dan uap air.

DAFTAR PUSTAKA
Biologi Kelas IX karangan Purnomo, Sudjino, Trijoko, Suwarni hadisusanto.
Biologi SMA / MA Kelas IX karangan Siti Nur Rochmah , Sri Widayati , Meirina Arif
Biologi untuk SMA / MA Kelas IX Program IPA karangan Faidah Rachmawati , Nurul
Urifah ,Ari Wijayati
Praktis Belajar Biologi 2 Karangan Fictor F , Moekti A.
www.sentra-edukasi.com
Volume dan Kapasitas Paru
Spirometri1
Gambar 1. Spirometer1
Spirometri adalah salah satu metode sederhana yang dapat digunakan untuk
mempelajari ventilasi paru, yaitu dengan mencatat volume udara yang masuk
dan keluar paru. Spirometer terdiri dari sebuah drum yang dibalikkan di atas bak

air dan diimbangi oleh suatu beban. Di dalam drum terdapat gas untuk
bernapas, biasanya udara atau oksigen. Terdapat sebuah pipa yang
menghubungkan mulut dengan ruang gas. Bila seseorang bernapas melalui pipa
tersebut, drum akan naik turun dan terjadi perekaman yang sesuai pada
gulungan kertas yang berputar.
Gambar 2. Peristiwa Pernapasan Selama Bernapas Normal, Inspirasi Maksimal,
dan Ekspirasi Maksimal1
Gambar di atas adalah sebuah spirogram yang menunjukkan perubahan volume
paru pada berbagai kondisi pernapasan. Untuk memudahkan penjelasan
mengenai peristiwa ventilasi paru, udara dalam paru pada diagram dibagi
menjadi empat volume dan empat kapasitas yang merupakan nilai rata-rata
pada laki-laki dewasa muda.
Volume Paru1,2
Pada bagian kiri gambar dituliskan empat volume paru. Bila semuanya
dijumlahkan, sama dengan volume maksimal paru yang mengembang.
Penjelasan dari masing-masing volume ini adalah sebagai berikut.
1. Volume tidal (VT) adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap
kali bernapas normal; besarnya kira-kira 500 mililiter.
2. Volume cadangan inspirasi (IRV) adalah volume udara ekstra yang dapat
diinspirasi setelah dan di atas volume tidal normal bila dilakukan inspirasi kuat
dengan kontraksi maksimal dari diafragma, m. intercostalis externi, dan otot
inspirasi aksesori; biasanya mencapai 3000 mililiter.
3. Volume cadangan ekspirasi (ERV) adalah volume udara ekstra maksimal yang
dapat diekspirasi melalui ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi tidak normal; jumlah
normalnya adalah sekitar 1100 mililiter.
4. Volume residu (RV) yaitu volume udara yang masih tetap berada di paru
setelah ekspirasi paling kuat; volume ini besarnya kira-kira 1200 mililiter. Volume
residu tidak dapat diukur dengan spirometer karena volume udaranya tidak
masuk maupun keluar dari paru.
Kapasitas Paru1,2,3
1. Kapasitas inspirasi (IC) sama dengan volume tidal ditambah volume cadangan
inspirasi. Ini adalah jumlah udara (kira-kira) 3500 mililiter yang dapat dihirup
oleh seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru
sampai jumlah maksimum.
2. Kapasitas residu fungsional (FRC) sama dengan volume cadangan ekspirasi
ditambah volume residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada
akhir ekspirasi normal (kira-kira 2300 mililiter).
3. Kapasitas vital (VC) sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah
volume tidal dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara maksimum
yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru setelah terlebih dahulu mengisi paru
secara maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-kira
4600 mililiter). Nilai ini memberikan informasi yang berguna mengenai kekuatan
otot-otot pernapasan dan aspek fungsi paru lainnya.
4. Kapasitas paru total (TLC) adalah volume maksimum yang dapat
mengembangkan paru sebesar mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin (kirakira 5800 mililiter); jumlah ini sama dengan kapasitas vital ditambah volume

residu.
Forced Expiratory Flow (FEV1) adalah bagian dari kapasitas vital yang diekspirasi
secara paksa pada satu detik pertama. Nilai FEV1 dapat memberi informasi
tambahan. Biasanya nilai FEV1 adalah sekitar 80% dari VC. Kapasitas vital
mungkin saja normal sementara nilai FEV1turun pada beberapa penyakit seperti
asma (resistensi saluran napas meningkat karena konstriksi bronkial).
Ventilasi volunter maksimal (MVV) adalah volume udara terbesar yang dapat
dimasukkan dan dikeluarkan dari paru selama 1 menit oleh usaha volunter. Nilai
normal MVV adalah 125-170 L/menit.
Volume dan kapasitas paru pada perempuan kira-kira 20 sampai 25 persen lebih
kecil daripada laki-laki, dan lebih besar lagi pada orang yang atletis dan
bertubuh besar daripada orang yang bertubuh kecil dan astenis. Volume
pernapasan semenit adalah jumlah total udara baru yang masuk ke dalam
saluran pernapasan tiap menit, sama dengan volume tidal dikalikan dengan
frekuensi pernapasan permenit. Volume tidal normal kira-kira 500 mililiter dan
frekuensi pernapasan normal kira-kira 12 kali permenit sehingga rata-rata
volume pernapasan adalah 6 liter/menit.
Komplians Paru dan Dinding Dada3
Interaksi recoil paru dan dada dapat didemonstrasikan dengan cara sebagai
berikut. Lubang hidung dijepit dengan klip dan subjek bernapas melalui suatu
spirometer yang memiliki katup tepat di bawah sambungan dengan mulut yang
berisi suatu alat pengukur tekanan. Setelah subjek menginhalasi sejumlah udara,
katup ditutup sehingga jalan napas tertutup. Otot-otot pernapasan kemudian
berelaksasi sementara tekanan pada saluran napas diukur. Prosedur ini dilakukan
berulang setelah menginhalasi atau mengekshalasi berbagai volume secara
aktif. Kurva tekanan saluran napas yang didapatkan adalahkurva tekanan
relaksasi dari sistem respirasi total. Tekanan bernilai nol pada volume paru
setelah ekspirasi diam (volume relaksasi, sama dengan FRC). Perubahan volume
paru per unit perubahan tekanan saluran napas adalah komplians paru dan
dinding dada. Komplians biasa diukur pada kisaran tekanan ketika bentuk kurva
tekanan relaksasi paling curam. Nilai normalnya sekitar 0,2 L/cmH2O. Komplians
bergantung pada volume paru; orang dengan satu paru memiliki sekitar separuh
perubahan volume untuk suatu nilai perubahan tekanan. Komplians juga sedikit
lebih besar ketika diukur selama deflasi daripada selama inflasi.
Gambar 3. Hubungan Tekanan Intrapulmoner dan Volume3
Flow Volume Loop dan Keterbatasan Aliran Udara Ekspirasi4
Salah satu pengukuran paling praktis dari keseluruhan properti mekanik paru
adalah hubungan aliran-volume ekspirasi maksimum (MEFV) yang didapatkan
ketika subjek melakukan manuver kapasitas vital ekspirasi maksimal setelah
inhalasi hingga TLC.
Gambar 4. Kurva Hubungan MEFV dan Kurva Tekanan-Aliran Isovolumik4
Hubungan MEFV menunjukkan adanya keterbatasan aliran udara ekspirasi,
misalnya ketika subjek melakukan ekspirasi berulang kali dengan usaha yang
meningkat, hubungan antara aliran ekspirasi dan tekanan transpulmonal dapat
dibentuk pada suatu volume paru. Kurva tekanan-aliran isovolumik menunjukkan

bahwa pada volume paru yang tinggi, aliran tidak terbatas (kurva A). Hal ini
bergantung pada usaha subjek, mencakup faktor kekuatan, kecepatan, dan otototot pernapasan. Pada volume paru yang spesifik lebih rendah (<70% VC), aliran
mencapai nilai batas maksimum dengan peningkatan PL, dan aliran maksimum
turun dengan menurunnya volume paru (kurva B dan C). Oleh karena itu, aliran
tidak bergantung pada usaha.

Anda mungkin juga menyukai