Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian


4.1.1. Sejarah Berdirinya PT. ANGKASA PURA I (Persero) Bandar Udara
Pattimura Ambon.
Sejak berdirinya PT. (Persero) Angkasa Pura I yang bernama Perum
Angkasa Pura I adalah sebuah BUMN yang berada pada Departemen
Perhubungan RI dalam tugasnya menyelenggarakan pelayanan jasa ke Bandarundaraan di seluruh Indonesia. Sebagai pelopor perusahan pelayanan jasa ke
Bandara - udaraan di Indonesia Perum Angkasa Pura I berdiri pada tanggal 20
Februari 1962. Perum Angkasa Pura I berubah menjadi PT. (Persero) Angkasa
Pura I pada tahun 1996.
PT. (Persero) Angkasa Pura I membawahi Bandar-bandar Udara masingmasing : Bandar Udara Ngurah Rai Bali, Bandar Udara Juanda Surabaya,
Bandar Udara Sepinggan Balikpapan, Bandar Udara Hasanuddin Makasar,
Bandar Udara Frans Kaisepo Biak, Bandar Udara Sam Ratulangi Manado,
Bandar Udara Adisumarmo Surakarta, Bandar Udara Selaparang Lombok,
Bandar Udara El Tari Kupang, Bandar Udara Achmad Yani Semarang,
Bandar Udara Adisucipto Yogyakarta, Bandar Udara Syamsudin Noor
Banjarmasing, dan Bandar Udara Pattimura Ambon.

38

Bandar Udara Pattimura masuk ke dalam jajaran PT. (Persero)


Angkasa Pura I pada tahun 1995 dengan Berita Acara Serah Terima kepemilikan
dan Pengoperasian Bandara Pattimura Ambon, dari Departemen Perhubungan
kepada

PT.

(Persero)

Angkasa

Pura

dengan

nomor

Surat

AU/4973/UM.1188/95 tanggal 11 Oktober 1995. Sejak pengalihan ini, Bandar


Udara Pattimura Ambon berupaya mengembangkan
diri agar mampu menjadi
44
penyelenggara jasa ke Bandar Udaraan yang handal.
4.1.2. Struktur Organisasi PT. ANGKASA PURA I (Persero) Bandar Udara
Pattimura Ambon.
Setiap perusahaan dalam menjalankan aktifitasnya selalu berkaitan
dengan upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan, senantiasa membutuhkan
suatu bentuk organisasi yang didalamnya ada pembagian tugas, wewenang dan
tanggung jawab secara jelas yang pada gilirannya dapat tercipta hubungan kerja
secara baik dan harmonis.
Struktur organisasi menggambarkan batasbatas tugas dan tanggung
jawab. Hal ini dimaksud untuk mencegah penyelewenganpenyelewengan.
Untuk mendapatkan struktur organisasi yang baik, maka ada beberapa asas yang
di jadikan pedoman.

39

Asas-asas itu adalah :


1. Tujuan organisasi harus dirumuskan dengan jelas, sebab tujuan tersebut
merupakan landasan dalam menyusun suatu organisasi dan tujuan itu pun
merupakan pedoman dalam pelaksana kegiatan dan merupakan alat
pengukur bagi pengawasan.
2. Pembagian tugas dan pekerjaan
Setiap petugas dalam organisasi mempunyai tugas kekuasaan dan tanggung
jawab yang tegas, baik selaku pimpinan maupun yang dipimpin di mana
batasan apa yang harus dikerjakan dan apa yang boleh dikerjakan.
3. Pendelegasian kekuasaan
Kepada setiap orang dalam organisasi pimpinan harus mendelegasikan
kekuasaan, agar mereka dapat menunaikan tugasnya dengan baik.
4. Rentang kekuasaan
Di sini yang harus menjadi perhatian adalah jumlah orang yang menjadi
bawahan seorang pemimpin.
5. Kesatuan perintah dan tanggung jawab
Dalam organisasi harus diusahakan adanya kesatuan perintah (Unity of
Commond) dan kesatuan tanggung jawab. Ini berarti setiap orang dan
organisasi harus menerima perintah dari satu atasan dan harus pula
mempertanggung jawabkan hasil pekerjaan pada atasannya juga. Yakni
atasan dari mana ia menerima perintah.

40

6. Organisasi harus fleksibel


Fleksibel tidaknya suatu organisasi sesungguhnya tergantung dari pimpinan
organisasi yang bersangkutan.
Dari uraian di atas dijelaskan bahwa struktur organisasi merupakan hal
yang penting dan harus dimiliki oleh setiap perusahaan atau dapat dikatakan
sebagai salah satu syarat bagi perusahaan dalam upaya pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan. Dalam suatu organisasi yang baik, penetapan sistem
pembagian kerja hubungan kerja dari orang-orang yang digunakan untuk
mencapai tujuan organisasi itu sendiri mengindikasikan bahwa ada yang
memimpin dan ada yang dipimpin. Dengan adanya tata pembagian kerja dan
tata hubungan kerja tersebut dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
kesimpangsiuran dalam melaksanakan tugas atau munculnya ketidak
harmonisan hubungan kerja yang mungkin timbul bagaimana layaknya suatu
organisasi.
Adapun struktur organisasi PT. ANGKASA PURA I (Persero) Bandar
Udara Pattimura Ambon berbentuk garis yang dapat digambarkan sebagai
berikut :

41

SKHEMA 4.1.2.
Struktur Organisasi
PT. ANGKASA PURA I (Persero) Bandar Udara Pattimura Ambon
Tahun 2013
GENERAL
MANAGER

DEVISI
OPERASI

DEVISI
TEKNIK

DEVISI
KOMERSIAL &
PENG. USAHA

DEVISI
KEUANGAN &
ADM.

DINAS
KESELAMATAN
& KEAMANAN
BANDARA

DINAS TEKNIK
UMUM

DINAS
KOMERSIAL

DINAS
AKUNTANSI &
ANGGARAN

DINAS
PELAYANAN
BANDARA

DINAS TEKNIK
PERALATAN

DINAS
PENGEMBANG
AN USAHA &
PEMASARAN

DINAS
PERSONALIA &
UMUM

DINAS
KOMPEN DAN
RANGTIKA

DINAS TEKNIK
ELEKTRONIKA
& LISTRIK

DINAS
PERBENDAHA
RAAN & PKBL
SESUAI KEPUTUSAN DIREKSI

DINAS ADC /
APP

NOMOR

: 112 / OM.00 / 2044

TANGGAL : 29 OKTOBER 2004

Sumber : PT. Angkasa Pura I Cabang Bandar Udara Pattimura Ambon

42

Uraian tugas dari struktur di atas adalah sebagai berikut :


PT. (Persero) Angkasa Pura I Cabang Bandar Pattimura dipimpin oleh seorang
Kepala Cabang yang bertindak sebagai General Manajer, di mana General
Manajer memiliki tugas adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan
pelayanan jasa operasi ke-Bandaraudaraan.
2. Menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan
penyiapan/pemakaian fasilitas teknik ke-Bandarudaraan.
3. Menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan
pelayanan komersial dan pengembangan usaha ke-Bandarudaraan.
4. Menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan
pengelolaan keuangan, personalia dan umum ke-Bandarudaraan.
Devisi Operasi
Dalam rangka menyelenggarakan fungsi, maka Devisi Operasi memiliki
tugas-tugas sebagai berikut :
1. Menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan
pelayanan jasa operasi ke-Bandarudaraan.
2. Menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan
penyaiapan/pemakaian fasilitas teknik ke-Bandarudaraan.
3. Menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan
pelayanan operasi lalu lintas penerbangan serta menunjang kegiatan .

43

4. Menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan


pelayanan bantuan operasi pembangunan berupa Flight Information Service,
Komunikasi Penerbangan, Penerangan Aeronautika serta menunjang kegiatan
pencarian dan pertolongan kecelakaan penerbangan di Daerah Flight
Information Zone (FIZ).
Devisi operasi membawahi empat dinas, yakni masing-masing :
1. Dinas keselamatan dan keamanan Bandar Udara.
2. Dinas pelayanan Bandar Udara.
3. Dinas Aerodrome Controll dan Approach Controll Service (ADC/APP)
4. Dinas Komunikasi penerbangan dan penerangan Aerodrome (KOMPEN
& RANGTIKA).
Devisi Teknik
Dalam rangka menyelenggarakan fungsinya, maka Devisi Teknik memiliki
tugas-tugas sebagai berikut :
1. Menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan
pembangunan dan pemeliharaan fasilitas teknik umum ke-Bandarudaraan
yang meliputi bangunan, landasan, tata lingkungan Bandar Udara.
2. Menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan
pembangunan

dan

pemeliharaan

fasilitas

teknik

peralatan

ke-

Bandarudaraan yang meliputi peralatan mekanikal, air bersih, alat-alat


besar, kendaraan operasi, serta perbengkelan.

31

3. Menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan


pembangunan dan pemeliharaan fasilitas teknik elektronika dan listrik
Bandar Udara yang meliputi fasilitas teknik keselamatan penerbangan,
elektronika Bandar Udara, serta listrik Bandar Udara.
Devisi ini membawahi tiga dinas yakni :
1. Dinas teknik umum.
2. Dinas teknik peralatan.
3. Dinas teknik elektronika dan listrik.
Devisi Komersial Dan Pengembangan Usaha.
Dalam rangka menyelenggarakan fungsinya, maka Devisi Komersial
dan Pengembangan Usaha memiliki tugas-tugas sebagai berikut :
1. Menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan
pengembangan usaha dan pemasaran jasa jasa Bandar Udara.
2. Menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan
pembinaan dan pemungutan pendapatan jasa jasa ke-Bandarudaraan.
Devisi ini membawahi tiga dinas yakni :
1. Dinas pengembangan usaha dan pemasaran.
2. Dinas komersial.
Devisi Keuangan Dan Administrasi.
Dalam rangka menyelenggarakan fungsinya, maka Devisi Keuangan dan
Administrasi memiliki tugas-tugas sebagai berikut :

32

1. Menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan


akuntansi dan anggaran Bandar Udara.
2.

Menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan


perbendaharaan, program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) Bandar
Udara.

3.

Menyiapkan, melaksanakan, mengendalikan dan melaporkan kegiatan


personalia, administrasi dan umum Bandar Udara.

Devisi ini membawahi tiga dinas yakni :


1. Dinas akuntansi dan anggaran.
2. Dinas perbendaharaan dan PKBL.
3. Dinas Personalia dan Umum
4.2 Analisa Rasio Keuangan
4.2.1 Rasio Likuiditas
Rasio ini ada untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan
mengunakan harta lancar yang dimiliki perusahaan. Rasio ini terdiri dari dari :
a. Curent Ratio
Curent

Ratio

menunjukan

tingkat

keamanan

kreditur

jangka

pendeknya atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang dengan


aktiva lancar yang tersedia.
Curent Ratio =

Aktiva lancar
Utang lancar

x 100%

33

Tabel 4.2.1 a
Perhitungan Curent Ratio PT. ANGKASA PURA I (Persero) Ambon
(dalam ribuan rupiah)

Aktiva Lancar

2010
3.382.610.475,00

Tahun
2011
3.130.793.685,00

Utang Lancar

8.117.460.983,00

11.804.749.462,00 19.258.028.041,00

Keterangan

Curent Ratio (%)

0,42

0,27

2012
3.984.077.687,00

0,21

Sumber : Hasil Olah Data

Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa besarnya rasio lancar


untuk tahun 2010 adalah 0,42%; tahun 2011 adalah 0,27% dan tahun 2012
adalah 0,21%. Ini berarti setiap Rp.1,00 hutang lancar dijamin dengan aktiva
lancar sebesar Rp.0,021 untuk tahun 2010, sebesar Rp.0,027 ditahun 2011,
dan sebesar Rp. 0,0,21 ditahun 2012.
Dapat kita ketahui rasio lancar perusahaan dari tahun 2010 sampai
tahun 2011 mengalami penurunan yaitu sebesar 0,15%, sedangkan pada tahun
2012 mengalami penurunan yaitu sebesar 0,6% dibanding dengan tahun 2011.
Penurunan rasio lancar ini, karena hutang lancar bertambah jauh lebih banyak
dibandingkan pertambahan aktiva lancar perusahaan.
Dalam hal ini rasio lancar yang tinggi menunjukan kelebihan uang kas
atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang,
sedangkan rasio lancar yang rendah menunjukan kekurangan aktiva lancar
dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang.

34

Dengan demikian rasio ini berflukutasi dengan kecendrungan


menurun, menunjukan bahwa kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang
lancarnya kurang baik sehingga dapat dikatakan bahwa likuiditas PT.
ANGKASA PURA I (Persero) Ambon Kurang baik
b. Rasio Cepat (Quick Rasio)
Rasio ini sama dengan rasio lancar kecuali tidak dimasukan persedian
dikarenakan persediaan merupakan aktiva lancar yang kurang likuid.
Rasio cepat =

Aktiva lancar - Persediaan


Utang lancar

x 100%

Tabel 4.2.1 b
Perhitungan Rasio Cepat PT. ANGKASA PURA I (Persero) Ambon
(dalam jutaan rupiah)

Aktiva Lancar Persediaan

2010
2.946.693.400,00

Tahun
2011
2.696.012.210,00

Utang Lancar

8.117.460.983,00

11.804.749.462,00 19.258.028.041,00

Keterangan

Quick Ratio (%)

0,36

2012
3.669.390.767,00

0,23

0,19

Sumber : Hasil Olah Data

Dari perhitungan diatas, rasio cepat untuk tahun 2010 adalah 0,36%,
tahun 2011 adalah 0,23%, dan pada tahun 2012 adalah 0,19%, dapat diartikan
bahwa pada tahun 2010 setiap Rp.1,00 hutang lancar dijamin oleh Rp.0,036
aktiva lancar diluar persedian, pada tahun 2011 sebesar Rp.0,023 dan pada
tahun 2012 sebesar Rp.0,019. Dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2011
mengalami penurunan rasio yaitu sebesar 0,13% dibandingkan tahun 2010,
sedangkan pada tahun 2012 terjadi penurunan rasio sebesar 0,04%.
35

Dalam hal ini terjadi penurunan rasio cepat yang rendah, itu sebabkan
Karena adanya investasi yang sangat besar dalam persediaan atau disebabkan
perputaraan persediaan yang lamban. Dengan demikian penurunan rasio ini
menunujuakn bahwa kemampuan PT. ANGKASA PURA I (Persero) Ambon
untuk melunasi hutang lancarnya kurang begitu baik atau tidak efektif dan
efisien sehingga pada dikatakan bahwa likuiditas PT. ANGKASA PURA I
(Persero) Ambon kurang baik.
4.2.2 Rasio Solvabilitas
Rasio ini adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka panjangnya
a. Rasio Hutang Terhadap Modal (Debt To Equity Ratio)
Rasio ini untuk menunjukan sampai sejauh mana modal perusahaan
dapat menutupi hutanghutang kepada pihak luar.
Rasio hutang terhadap modal =

Total Hutang
Modal

x 100%

Tabel 4.2.2 a
Perhitungan Rasio Hutang terhadap Modal PT. ANGKASA PURA I (Persero)
Ambon
(dalam jutaan rupiah)
Keterangan

Tahun

36

Total Hutang

2010
8.427.645.793,00

Modal

24.117.371.778,00 21.346.420.319,00 18.467.495.375,00

Rasio Hutang (%)

0,35

2011
2012
12.193.636.870,00 19.645.350.766,00

0,57

1,06

Sumber : Hasil Olah Data

Dari hasil perhitungan diatas diperoleh bahwa rasio hutang terhadap


modal untuk tahun 2010 adalah 0,35%, tahun 2011 adalah 0,57% dan tahun
2012 adalah 1,06%. Ini berarti bahwa setiap Rp.1 modal menjamin Rp. 0,035
hutang perusahaan untuk tahun 2010, Rp.0,057 hutang perusahaan untuk
tahun 2011, Rp. 1,06 hutang perusahaan untuk tahun 2012. Pada tahun 2011
rasio ini meningkat sebesar 0,22% dibandingkan tahun 2010, dan pada tahun
2012 meningkat sebesar 0,49% dibandingkan tahun 2011. Semakin tinggi
rasio ini, maka semakin rendah kemampuan perusahaan untuk melunasi
seluruh kewajibannya dengan modal sendiri.
Dapat disimpulkan dari hasil pembahasan diatas maka dapat
diakatakan bahwa Total Debt to Equity Ratio mengalami peningkatan. Hal ini
disebabkan karena kenaikan total hutang tidak sebanding dengan naiknya
modal PT. ANGKASA PURA I (Persero) Ambon
b. Rasio Hutang Terhadap Total Asset ( Debt Asset Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan total hutang jangka panjang
maupun hutang jangka pendek dengan total aktiva. Rasio ini mengambarkan
kemampuan perusahaan untuk menjamin keseluruhan hutang dengan asset
yang dimilikinya.

37

Rasio hutang terhadap total aset =

Total Hutang
Total Aset

x 100%

Tabel 4.2.2 b
Perhitungan Rasio Hutang terhadap PT. ANGKASA PURA I (Persero) Ambon
(dalam jutaan rupiah)

Total Hutang

2010
8.427.645.793,00

Tahun
2011
12.193.636.870,00

Total Aset

243.663.530.197

236.708.355.558,00 260.248.330.750,00

Keterangan

Rasio Hutang (%)

0,03

0,05

2012
19.645.350.766,00

0,08

Sumber : Hasil Olah Data

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Debt Asset Ratio sebesar 0,03%
untuk tahun 2010, 0,05% untuk tahun 2011, dan 0,08% untuk tahun 2012,
maksud dari rasio tersebut adalah pada tahun 2010 perusahaan mengunakan
dana dari kreditur sebesar 0,03% dari total assetnya, pada tahun 2011
perusahaan mengunakan dana dari kreditur sebesar 0,05% dari total assetnya,
dan pada tahun 2012 perusahaan mengunakan 0,08% dari total assetnya. Pada
tahun 2011 rasio terjadi peningkatan sebesar 0,02% dibanding dengan tahun
2011 , pada tahun 2012 rasio ini naik sebesar 0,03% dibandingkan tahun
2011. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar resiko keuangan dan
demikian pula sebaliknya.
Dari hasil perhitungan dan pembahasan di atas maka dapat dikatakan
bahwa Total Debt to Assets mengalami peningkatan, ini menunjukan kondisi
PT. ANGKASA PURA I (Persero) Ambon kurang baik, dimana kemampuan

38

PT. ANGKASA PURA I (Persero) Ambon menurun atau tidak efektif dalam
melunasi hutangnya dengan penggunaan aktiva.
4.2.3

Rasio Aktivitas
Rasio Aktivitas adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana efisiensi

perusahaan dalam menggunakan asset untuk memperoleh penjualan. Rasio ini


menunjukkan bagaimana sumber daya yang ada di perusahaan telah
dimanfaatkan secara optimal sehingga tercipta suatu efisiensi investasi pada
berbagai aktiva.
a.

Receivable Turn Over


Receivable turn over, yaitu rasio yang menunjukkan seberapa cepat

penagihan piutang. Semakin besar semakin baik karena penagihan piutang


dilakukan dengan cepat. Rumusnya yaitu :

Tabel 4.2.3 a
Perhitungan Rasio Receivable Turn Over
PT. ANGKASA PURA I (Persero) Ambon
(dalam jutaan rupiah)
Keterangan
Total Pendapatan

2010
1.474.151.882,00

Tahun
2011
1.712.474.396,00

2012
1.938.761.134,00

39

Piutang
Receivable Turn Over

886.366.969,00

361.425.710,00

514.239.923,00

1,66 Kali

4,74 Kali

3,77 Kali

Sumber : Hasil Olah Data

Pada tahun 2010, perputaran piutang PT. ANGKASA PURA I


(Persero) Ambon adalah 1,66 kali, artinya dalam satu tahun rata-rata dana
yang tertanam dalam piutang berputar sebanyak 1,66 kali. Pada tahun 2011
perputaran piutang PT. ANGKASA PURA I (Persero) Ambon adalah 4,74
kali, artinya dalam satu tahun rata-rata dana yang tertanam dalam piutang
berputar sebanyak 4,74 kali. Sedangakan pada tahun 2012 perputaran piutang
PT. ANGKASA PURA I (Persero) Ambon adalah 3,77 kali, artinya dalam satu
tahun rata-rata dana yang tertanam dalam piutan berputar sebanyak 3,77 kali.
Semakin tinggi rasio perputaran menunjukan modal kerja yang ditanamkan
dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over
investement dalam piutang, mungkin itu dikarenakan bagian kredit dan
penagihan bekerja tidak efektif.
Pada rasio ini terjadi berfluktuasi cenderung menurun, dimana dalam
penagihan piutang. Dalam hal ini proses pengumpulan piutang yang hanya
meningkat dan baik hanya pada tahun 2011 otomatis tingkat pendapatan pun
akan meningkat, namun terjadi penurunan di tahun 2012 yaitu 3,77 Kali,
maka dapat disimpulkan bahwa PT. ANGKASA PURA I (Persero) Ambon
kurang efiesien dalam penagihan piutannya atau dengan kata lain penilaian
pada rasio ini kurang baik.

40

b.

Rasio Perputaran Total Aktiva


Perputaran total aktiva menunjukkan bagaimana tingkat efektivitas

perusahaan dalam menggunakan seluruh aktiva untuk menciptakan penjualan


dan mendapatkan laba. Tingkat perputaran ini juga ditentukan oleh perputaran
elemen aktiva itu sendiri.
Perputaran Total Aktiva =

Penjualan
Total Aktiva

Tabel 4.2.3 b
Perhitungan Rasio Perputaran Total Aktiva
PT. ANGKASA PURA I (Persero) Ambon
(dalam jutaan rupiah)

Penjualan

2010
26.901.829.262,00

Tahun
2011
35.302.265.386,00

2012
37.537.828.102,00

Total Aktiva

243.663.530.197,00

236.708.355.558,00

260.248.330.750,00

11 Kali

15 Kali

14 Kali

Keterangan

Rasio Perputaran
Sumber data diolah

Dari perhitungan diatas diketahui bahwa rasio total aktiva pada tahun
2010 adalah sebesar 11 kali, pada tahun 2011 adalah sebesar 15 kali, dan pada
tahun 2012 adalah sebesar 14 kali. Ini berarti bahwa Rp.1 total aktiva yang
digunakan perusahaan mampu menghasilkan penjualan sebesar 11 kali pada
tahun 2010, 15 kali pada tahun 2011, dan 14 kali pada tahun 2012. Pada tahun
2011 rasio ini meningkat sebesar 4 kali dibandingkan tahun 2010 hal ini
disebabkan penjualan meningkat sebesar -0,31% sedangkan total aktiva yang
digunakan menurun 0,03 %, tahun 2012 rasio ini menurun sebanyak 1 kali
41

dibandingkan tahun 2011 hal ini disebabkan penjualan meningkat sebesar


-0,06% sedangkan total aktiva yang digunakan mengalami peningkatan
sebanyak 0,09%. Setiap tahun rasio perputaran aktiva menurun disebabkan
penjualan yang mengalami penurunan setiap tahun. Penurunan rasio
perputaran total aktiva menunjukan bahwa kinerja perusahan ini kurang baik.
Penurunan rasio ini disebabkan kurang efektifnya perusahaan dalam
menggunakan aktivanya untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba.
Menyangkut Rasio Perputaran Total Aktiva, dapat dikatakan bahwa semakin
tinggi rasio ini maka semakin baik atau efisien penggunaan keseluruhan
aktiva untuk menghasilkan pendapatan atau sebaliknya semakin rendah rasio
ini maka semakin tidak baik atau tidak efisien penggunaan seluruh aktiva
untuk menghasilkan pendapatan.
Dengan demikian kondisi PT. ANGKASA PURA I (Persero) Ambon
berada pada kondisi yang tidak efisien dalam menggunakan keseluruhan
aktivanya untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba karena Rasio
Perputaran Total Aktiva yang dicapainya mengalami penurunan. Rasio ini
yang dicapai PT. ANGKASA PURA I (Persero) Ambon 201l lebih baik,
dibandingkan dengan tahun 2010 dan tahun 2012.
c.
Rasio Perputaran Aktiva tetap
Rasio ini menunjukkan bagaimana perusahaan menggunakan aktiva
tetapnya seperti gedung, kendaraan, mesin-mesin, perlengkapan kantor.
Perputaran Aktiva Tetap =

Penjualan
Aktiva Tetap

42

Tabel 4.2.3 c
Perhitungan Rasio Perputaran Total Aktiva
PT. ANGKASA PURA I (Persero) Ambon
(dalam jutaan rupiah)
Keterangan

Tahun
2011
35.302.265.386,00

Penjualan

2010
26.901.829.262,00

Total Aktiva Tetap

240.280.919.722,00 233.577.615.903,00 217.594.582.684,00

Rasio Perputaran

0,11 Kali

0,15 Kali

2012
37.537.828.102,00

0,17 Kali

Sumber : Hasil Olah Data

Dari perhitungan diatas diketahui bahwa rasio perputaran aktiva tetap


pada tahun 2010 adalah sebesar 0,11 kali, pada tahun 2011 adalah sebesar
0,15 kali, dan pada tahun 2012 adalah sebesar 0,17 kali. Ini berarti bahwa
Rp.1 total Aktiva tetap yang digunakan perusahaan mampu menghasilkan
penjualan sebesar 0,11 kali pada tahun 2010, 0,15 kali pada tahun 2011, dan
0,17 kali pada tahun 2012. Pada tahun 2011 rasio ini meningkat sebesar 0,04
kali dibandingkan tahun 2010 hal ini disebabkan penjualan meningkat sebesar
0,31% tetapi total aktiva yang digunakan mengalami penurunan yaitu sebesar
0,02%, dan pada tahun 2012 rasio ini meningkat sebanyak 0.02 kali dibanding
tahun 2011 hal ini disebabkan penjualan meningkat sebesar -0,06% sedang
total aktiva yang digunakan juga menurun yaitu sebesar 0,07%. Semakin
tinggi rasio ini maka semakin efektif penggunaan aktiva tetap dalam
Dengan demikian dari hasil pembahasan diatas maka dapat
disimpulkan kondisi PT. ANGKASA PURA I (Persero) Ambon berada pada
kondisi efisien dalam menggunakan aktiva tetap untuk menghasilkan

43

pendapatan, karena rasio perputaran aktiva tetap yang dicapainya mengalami


peningkatan dalam tiga tahun terakhir .
4.2.4
Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total
aktiva maupun modal sendiri. Rasio ini juga menunjukkan kinerja perusahaan
selama satu periode akuntansi dan dari rasio ini dapat diketahui seberapa
banyak laba harus diinvestasikan kembali dan seberapa banyak laba akan
dibayarkan sebagai deviden.

Return On Asset (ROA)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam


menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset :
Return On Asset =

Laba Bersih
Total Aset

x 100%

Tabel 4.2.4 a
Perhitungan Return On Asset PT. ANGKASA PURA I (Persero) Ambon
(dalam jutaan rupiah)
Keterangan

Tahun
2011
21.246.420.319,00

Laba Bersih

2010
24.117.371.778,00

Total Asset

243.663.530.197,00 236.708.355.558,00 260.248.330.750,00

Return On Asset (%)

0,10

0,09

2012
18.467.495.374,89

0,07

Sumber : Hasil Olah Data

44

Dari perhitungan diatas diketahui bahwa Return on Asset pada tahun


2010 adalah 0,10 % pada tahun 2011 adalah 0,09%, dan pada tahun 2012
adalah 0,07%. Ini berarti bahwa setiap Rp. 1 aktiva mampu menghasilkan laba
bersih sebesar Rp.0,10 pada tahun 2010, Rp.0,09 pada tahun 2011, dan Rp.
0,07 pada tahun 2012. Pada tahun 2011 rasio ini mengalami penurunan
sebesar 0,01% jika dibandingkan tahun 2010, pada tahun 2012 menurun
sebesar 0,02% jika dibandingkan tahun 2011.
Dari Penjelasan di atas, dapat disimpulkan bawa PT. ANGKASA
PURA I (Persero) Ambon berfluktuasi dengan kecenderungan menurun,
dalam hal ini kemampuan perusahaan tidak mampu memanfaatkan
peningkatan asset untuk mendapatkan laba.

Return On Equity (ROE)


Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba

berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas


dari sudut pandang pemegang saham. Rumus yang digunakan :
Return On Equity (ROE) =

Laba Bersih
Modal

Tabel 4.3.4 b
Perhitungan Return On Equity PT. ANGKASA PURA I (Persero) Ambon
(dalam jutaan rupiah)
Keterangan
Laba Bersih

Tahun
2010
2011
2012
24.117.371.778,00 21.246.420.319,00 18.467.495.374,89
45

Modal

24.117.371.778,00 21.346.420.319,00 18.467.495.375,00

Return On Equity (%)


0,04
0,06
0,05
Sumber data diolah
Dari perhitungan diatas diketahui bahwa Return on Equity pada tahun
2010 adalah 0,04 % pada tahun 2011 adalah 0,06%, dan pada tahun 2012
adalah 0,05%. Ini berarti bahwa setiap Rp. 1 aktiva mampu menghasilkan laba
bersih sebesar Rp.0,04 pada tahun 2010, Rp.0,06 pada tahun 2011, dan Rp.
0,05 pada tahun 2012. Dari uraian di atas, disimpulkan bahwa laba bersih
dinilai kurang baik, walaupun di tahun 2011 mengalami kenaikan laba bersih,
namn kemudian mengalami penurunan kembali pada tahun 2012. Ini
menandakan bahwa perusahaan tidak mampu memanfaatkan peningkatan
modal untuk meraup keuntungan bagi perusahaan.

46

Anda mungkin juga menyukai