Miksi (Berkemih)
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.
Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu :
a.
Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya
meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua.
b.
Timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang
berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya
menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi
adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau
ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.
Refleks Berkemih
Kita dapat mengetahui selama kandung kemih terisi, banyak yang menyertai
kontraksi berkemih mulai tampak, seperti diperlihatkan oleh gelombang tajam
dengan garis putus-putus. Keadaan ini disebabkan oleh refleks peregangan yang
dimulai oleh reseptor regang sensorik pada dinding kandung kemih, khususnya
oleh reseptor pada uretra posterior ketika daerah ini mulai terisi urin pada
tekanan kandung kemih yang lebih tinggi. Sinyal sensorik dari reseptor regang
kandung kemih dihantarkan ke segmen sakral medula spinalis melalui nervus
pelvikus dan kemudian secara refleks kembali lagi ke kandung kemih melalui
serat saraf parasimpatis melalui saraf yang sama ini.
Ketika kandung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi berkemih ini biasanya
secara spontan berelaksasi setelah beberapa detik, otot detrusor berhenti
berkontraksi, dan tekanan turun kembali ke garis basal. Karena kandung kemih
Sekali refleks berkemih mulai timbul, refleks ini akan menghilang sendiri.
Artinya, kontraksi awal kandung kemih selanjutnya akan mengaktifkan reseptor
regang untuk menyebabkan peningkatan selanjutnya pada impuls sensorik ke
kandung kemih dan uretra posterior, yang menimbulkan peningkatan refleks
kontraksi kandung kemih lebih lanjut, jadi siklus ini berulang dan berulang lagi
sampai kandung kemih mencapai kontraksi yang kuat. Kemudian, setelah
beberapa detik sampai lebih dari semenit, refleks yang menghilang sendiri ini
mulai melemah dan siklus regeneratif dari refleks miksi ini berhenti,
menyebabkan kandung kemih berelaksasi.
b.
c.
Sekali refleks berkemih menjadi cukup kuat, hal ini juga menimbulkan refleks
lain, yang berjalan melalui nervus pudendal ke sfingter eksternus untuk
menghambatnya. Jika inhibisi ini lebih kuat dalam otak daripada sinyal
konstriktor volunter ke sfingter eksterna, berkemih pun akan terjadi. Jika tidak,
berkemih tidak akan terjadi sampai kandung kemih terisi lagi dan refleks
berkemih menjadi makin kuat.
B.
b.
c.
d.
e.
f.
b.
Diet
c.
d.
Aktifitas fisik : Merangsang peristaltik usus, sehingga peristaltik usus
meningkat.
e.
Faktor psikologik
f.
Kebiasaan
g.
Posisi
h.
Nyeri
i.
j.
k.
l.
Obat-obatan
Test diagnostik : Barium enema dapat menyebabkan konstipasi
m.
Kondisi patologis
n.
Iritan
C.
a.
Ginjal
Dalam kondisi normal, ginjal kiri lebih tinggi 1,5 2 cm dari ginjal kanan karena
posisi anatomi hati. Setiap ginjal secara khas berukuran 12 cm x 7 cm dan
memiliki berat 120-150gram. Sebuah kelenjar adrenal terletak dikutub superior
setiap ginjal, tetapi tidak berhubungan langsung dengan proses eliminasi urine.
Setiap ginjal di lapisi oleh sebuah kapsul yang kokoh dan di kelilingi oleh lapisan
lemak.
b.
Ureter
Sebuah ureter bergabung dengan setiap pelvis renalis sebagai rute keluar
pertama pembuangan urine. Ureter merupakan struktur tubulan yang memiliki
panjang 25-30 cm dan berdiameter 1,25 cm pada orang dewasa. Ureter
membentang pada posisi retroperitonium untuk memasuki kandung kemih
didalam rongga panggul (pelvis) pada sambungan ureter ureterovesikalis. Urin
yang keluar dari ureter kekandung kemih umumnya steril.
c.
Kandung kemih
Kandung kemih adalah ruangan berdinding otot polos yang terdiri dari dua
bagian besar :
Badan (corpus), merupakan bagian utama kandung kemih dimana urin
berkumpul dan, leher (kollum), merupakan lanjutan dari badan yang berbentuk
corong, berjalan secara inferior dan anterior ke dalam daerah segitiga urogenital
dan berhubungan dengan uretra. Bagian yang lebih rendah dari leher kandung
kemih disebut uretra posterior karena hubungannya dengan uretra.
Otot polos kandung kemih disebut otot detrusor. Serat-serat ototnya meluas ke
segala arah dan bila berkontraksi, dapat meningkatkan tekanan dalam kandung
kemih menjadi 40 sampai 60 mmHg. Dengan demikian, kontraksi otot detrusor
adalah langkah terpenting untuk mengosongkan kandung kemih. Sel-sel otot
polos dari otot detrusor terangkai satu sama lain sehingga timbul aliran listrik
berhambatan rendah dari satu sel otot ke sel otot lainnya. Oleh karena itu,
potensial aksi dapat menyebar ke seluruh otot detrusor, dari satu sel otot ke sel
otot berikutnya, sehingga terjadi kontraksi seluruh kandung kemih dengan
segera.
Pada dinding posterior kandung kemih, tepat diatas bagian leher dari kandung
kemih, terdapat daerah segitiga kecil yang disebut Trigonum. Bagian terendah
dari apeks trigonum adalah bagaian kandung kemih yang membuka menuju
leher masuk kedalam uretra posterior, dan kedua ureter memasuki kandung
kemih pada sudut tertinggi trigonum. Trigonum dapat dikenali dengan melihat
mukosa kandung kemih bagian lainnya, yang berlipat-lipat membentuk rugae.
Masing-masing ureter, pada saat memasuki kandung kemih, berjalan secara
oblique melalui otot detrusor dan kemudian melewati 1 sampai 2 cm lagi
dibawah mukosa kandung kemih sebelum mengosongkan diri ke dalam kandung
kemih.
d.
Uretra
Urin keluar dari kandung kemih melalui uretra dan keluar dari tubuh melalui
meatus uretra. Dalam kondisi normal, aliran urin yang mengalami turbulansi
membuat urin bebas dari bakteri. Membrane mukosa melapisi uretra, dan
kelenjar uretra mensekresi lendir kedalam saluran uretra. Lendir dianggap
bersifat bakteriostatis dan membentuk plak mukosa untuk mencegah masuknya
bakteri. Lapisan otot polos yang tebal mengelilingi uretra.
e.
Saraf motorik yang menjalar dalam nervus pelvikus adalah serat parasimpatis.
Serat ini berakhir pada sel ganglion yang terletak pada dinding kandung kemih.
Saraf psot ganglion pendek kemudian mempersarafi otot detrusor.
Selain nervus pelvikus, terdapat dua tipe persarafan lain yang penting untuk
fungsi kandung kemih. Yang terpenting adalah serat otot lurik yang berjalan
melalui nervus pudendal menuju sfingter eksternus kandung kemih. Ini adalah
serat saraf somatik yang mempersarafi dan mengontrol otot lurik pada sfingter.
Juga, kandung kemih menerima saraf simpatis dari rangkaian simpatis melalui
nervus hipogastrikus, terutama berhubungan dengan segmen L-2 medula
spinalis. Serat simpatis ini mungkin terutama merangsang pembuluh darah dan
sedikit mempengaruhi kontraksi kandung kemih. Beberapa serat saraf sensorik
juga berjalan melalui saraf simpatis dan mungkin penting dalam menimbulkan
sensasi rasa penuh dan pada beberapa keadaan, rasa nyeri.
Transpor urin dari ginjal melalui ureter dan masuk ke dalam kandung kemih. Urin
yang keluar dari kandung kemih mempunyai komposisi utama yang sama
dengan cairan yang keluar dari duktus koligentes, tidak ada perubahan yang
berarti pada komposisi urin tersebut sejak mengalir melalui kaliks renalis dan
ureter sampai kandung kemih.
Urin mengalir dari duktus koligentes masuk ke kaliks renalis, meregangkan kaliks
renalis dan meningkatkan pacemakernya, yang kemudian mencetuskan kontraksi
peristaltik yang menyebar ke pelvis renalis dan kemudian turun sepanjang
ureter, dengan demikian mendorong urin dari pelvis renalis ke arah kandung
kemih. Dinding ureter terdiri dari otot polos dan dipersarafi oleh saraf simpatis
dan parasimpatis seperi juga neuron-neuron pada pleksus intramural dan serat
saraf yang meluas diseluruh panjang ureter.
Seperti halnya otot polos pada organ viscera yang lain, kontraksi peristaltik pada
ureter ditingkatkan oleh perangsangan parasimpatis dan dihambat oleh
perangsangan simpatis.
Pada beberapa orang, panjang ureter yang menembus dinding kandung kemih
kurang dari normal, sehingga kontraksi kandung kemih selama berkemih tidak
selalu menimbulkan penutupan ureter secara sempurna. Akibatnya, sejumlah
urin dalam kandung kemih terdorong kembali kedalam ureter, keadaan ini
disebut refluks vesikoureteral. Refluks semacam ini dapat menyebabkan
pembesaran ureter dan, jika parah, dapat meningkatkan tekanan di kaliks renalis
dan struktur-struktur di medula renalis, mengakibatkan kerusakan daerah ini.
f.
Ureter dipersarafi secara sempurna oleh serat saraf nyeri. Bila ureter tersumbat
(contoh : oleh batu ureter), timbul refleks konstriksi yang kuat sehubungan
dengan rasa nyeri yang hebat. Impuls rasa nyeri juga menyebabkan refleks
simpatis kembali ke ginjal untuk mengkontriksikan arteriol-arteriol ginjal, dengan
demikian menurunkan pengeluaran urin dari ginjal. Efek ini disebut refleks
ureterorenal dan bersifat penting untuk mencegah aliran cairan yang berlebihan
kedalam pelvis ginjal yang ureternya tersumbat.
Secara normal, makanan & cairan masuk kedalam mulut, dikunyah (jika padat)
didorong ke faring oleh lidah dan ditelan dengan adanya refleks otomatis, dari
esofagus kedalam lambung. Pencernaan berawal dimulut dan berakhir diusus
kecil walaupun cairan akan melanjutkannya sampai direabsorpsi di kolon.
a.
Mulut
b.
Esofagus
Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas adalah terdiri
dari otot yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin. Permukaannya
diliputi selaput mukosa yang mengeluarkan sekret mukoid yang berguna untuk
perlindungan.
c.
Lambung
d.
Usus kecil
2)
3)
Ileum
e.
Kolon orang dewasa, panjangnya 125 150 cm atau 50 60 inch, terdir dari :
1)
2)
3)
Rektum, 10 15 cm / 4 6 inch.
Fisiologi usus besar yaitu bahwa usus besar tidak ikut serta dalam
pencernaan/absorpsi makanan. Bila isi usus halus mencapai sekum, maka semua
zat makanan telah diabsorpsi dan sampai isinya cair (disebut chyme). Selama
perjalanan didalam kolon (16 20 jam) isinya menjadi makin padat karena air
diabsorpsi dan sampai di rektum feses bersifat padat lunak.
f.
Fisiologi Defekasi
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut
bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari
beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga
bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam
kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu
menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
2)
Ketika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord
(sakral 2 4) dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid dan
rektum. Sinyal sinyal parasimpatis ini meningkatkan gelombang peristaltik,
melemaskan spingter anus internal dan meningkatkan refleks defekasi instrinsik.
Spingter anus individu duduk ditoilet atau bedpan, spingter anus eksternal
tenang dengan sendirinya.
Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma yang
akan meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani
pada dasar panggul yang menggerakkan feses melalui saluran anus.
Jika refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja
dengan mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak
untuk defekasi secara berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk
menampung kumpulan feses
D.
Penyakit ginjal utamanya akan berdampak pada sistem tubuh secara umum.
Salah satu yang tersering ialah gangguan urine.
Gangguan eliminasi urine kemungkinan disebabkan : (Supratman. 2003)
Inkopenten outlet kandung kemih;
Penurunan kapasitas kandung kemih;
Penurunan tonus otot kandung kemih;
Kelemahan otot dasar panggul.
Retensi
Retensi Urine ialah penumpukan urine acuan kandung kemih dan
ketidaksanggupan kandung kemih untuk mengosongkan sendiri.
Kemungkinan penyebabnya :
a.
b.
Kerusakan ateren
c.
Penyumbatan spinkter.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Tinusis
Enuresis
Ialah keluarnya kencing yang sering terjadi pada anak-anak umumnya malam
hari.
Kemungkinan peyebabnya :
a.
b.
c.
d.
Inkontinensia
Inkontinesia Urine ialah BAK yang tidak terkontrol.
Jenis inkotinensis :
a.
Inkontinensia Fungsional/urge
2)
3)
4)
Lingkungan
5)
Lanjut usia.
b.
Inkontinensia Stress
2)
3)
4)
Lanjut usia.
c.
Inkontinensia Total
2)
3)
4)
5)
6)
d.
Inkontenensia Dorongan
b.
c.
d.
Penigkatan cairan
e.
f.
e.
Inkontenensia reflex
2)
Enuresis
b.
Anak-anak yang tidunya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi keinginan
berkemih tidak diketahui, yang mengakibatkan terlambatnya bangun tidur untuk
ke kamar mandi.
c.
Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat menampung
urin dalam jumlah besar.
d.
Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah (misalnya
persaingan dengan saudara kandung atau cekcok dengan orant tua).
e.
Orang tua yang mempunya pendapat bahwa anaknya akan mengatasi
kebiasaanya tanpa dibantu untuk mendidiknya.
f.
g.
Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral, atau makanan
pemedas.
h.
E.
Frekuensi
Yaitu meningkatnya frekuensi berkemih karena meningkatnya cairan. Biasanya
terjadi pada cystitis, stress, dan wanita hamil.
Urgency
Yaitu perasaan ingin berkemih dan biasanya terjadi pada anak-anak karena
kemampuan spinkter untuk mengontrol berkurang.
Disuria
Yaitu adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih, misalnya pada ISK,
trauma, dan striktur uretra.
Poliuria
Yaitu produksi urin melebihi batas normal, tanpa meningkatnya intake cairan
misalnya pada pasien DM.
Urinari Suppresion
Yaitu keadaan yang mendesak dimana produksi urine sangat kurang. Keadaan
dimana ginjal tidak dapat memproduksi urine secara tiba-tiba.
Anuria = Urin < 100 ml/24 jam
Oliguria = Urin 100 1500 ml/24 jam
F.
Konstipasi
b.
Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging, telur), tidak ada gigi,
makanan lemak dan cairan kurang
c.
Meningkatnya stress psikologik. Kurang olahraga / aktifitas : berbaring
lama.
d.
Obat-obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi. Penggunaan obat
pencahar/laksatif menyebabkan tonus otot intestinal kurang sehingga refleks
BAB hilang.
e.
Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut menurun sehingga
menimbulkan konstipasi.
f.
Penyakit-penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal
cord dan tumor.
g.
Impaction
Diare
Diare merupakan buang air besar (BAB) sering dengan cairan dan feses yang
tidak berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi
di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan
sekresi mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat
mengontrol dan menahan buang air besar (BAB).
Inkontinensia fecal
Yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB
encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan fungsi
spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter
anal eksternal. Pada situasi tertentu secara mental pasien sadar akan kebutuhan
BAB tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan dasar pasien tergantung pada
perawat.
Flatulens
Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan
distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar melalui mulut
(sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di
usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas metan,
pembusukan di usus yang menghasilkan CO2. Makanan penghasil gas seperti
bawang dan kembang kol.
Hemoroid
Yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal atau
eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung
dan penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika dinding
pembuluh darah teregang. Jika terjadi infla-masi dan pengerasan, maka pasien
merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh pasien, karena saat
BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi.
ASUHAN KEPERAWATAN
KEBUTUHAN ELIMINASI
A.
PENGKAJIAN
Tanggal Masuk
Jam
No. CM
Tanggal Pengkajian
Jam
Diagnosa Medis
BIODATA
:
:
:
a.
Identitas klien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Pendidikan
Pekerjan
Suku / Bangsa
Status
No. CM
Alamat
b.
:
:
:
Nama
:
:
Jenis kelamin
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Suku / Bangsa
Status
Alamat
Hub.dg klien
RIWAYAT KESEHATAN
a.
Keluhan utama
Keluhan utama yang biasanya muncul adalah BAB lebih dari 3 x, konstipasi,
impaksi, diare dan sebagainya.
b.
Perlu dikasi warna BAB (kuning, kuning kehijauan, hijau), bercampur lendir dan
darah atau lendir saja. Tentukan konsistensinya (encer,padat), tentukan
frekuensinya (> 3 kali sehari).
Perlu dikaji waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), > 7 hari ( diare
berkepanjangan), > 14 hari (diare kronis).
c.
d.
Ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti pasien
sebelumnya, apakah sebelumnya pasien pernah mengalami penyakit seperti
saat ini.
e.
Perlu dikaji penyimpanan makanan, apakah pada suhu kamar, kurang menjaga
kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
f.
1)
Pertumbuhan
Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring,
seluruhnya berjumlah 14 16 buah
Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
2)
Perkembangan
Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :
g.
Genogram
Adalah gambar bagan riwayat keturunan atau struktur anggota keluarga dari
atas hingga ke bawah yang didasarkan atas tiga generasi sebelum pasien.
Berikan keterangan manakah simbol pria, wanita, keterangan tinggal serumah,
yang sudah meninggal dunia serta pasien yang sakit.
1)
Tingkat pengetahuan kesehatan / penyakit meliputi sebelum sakit dan
selam sakit
2)
Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan meliputi sebelum sakit dan
selam sakit
3)
b.
: Mandiri
: Di bantu sebagian
Aktifitas
0
1
2
3
4
Makan
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Berpindah
Ambulansi
Naik tangga
c.
Ditanyakan :
1)
2)
Sonambolisme
3)
d.
Ditanyakan :
1)
2)
Makanan kesukaan
3)
4)
e.
Pola Eliminasi
1)
2)
Nyeri
3)
Kuantitas
f.
g.
1)
Gambaran diri
2)
Identitas diri
3)
Peran diri
4)
Ideal diri
5)
Harga diri
h.
Pola Koping
i.
j.
1)
2)
Dukungan keluarga
3)
k.
1)
Persepsi keyakinan
2)
PEMERIKSAAN FISIK
a.
Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b.
Keadaan umum :
Klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun. Tekanan darah mmHg,
suhu tubuh C, pernapasan ..x/menit, nadi ..x/menit (regular), GCS :E=.. M=
Vapasia. BB ( sakit ) : tidak diketahui, BB ( Sebelum Sakit ) ; tidak diketahui,
hasil pengukuran LL 25 cm.(BB=2xLL; 50 kg).
c.
Kepala :
Ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun
lebih
d.
Mata :
Sistem pencernaan :
Mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu
makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap
dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f.
Sistem Pernafasan :
Dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot
pernafasan)
g.
Sistem kardiovaskuler :
Nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .
h.
Sistem integumen :
Warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 0 c, akral
hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt,
kemerahan pada daerah perianal.
i.
Sistem perkemihan :
Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang
dari sebelum sakit.
Perlu dikaji :
Pola berkemih
Frekuensi
: Frekuensi untuk berkemih tergantung kebiasaan dan
kesempatan. Banyak orang-orang berkemih kira-kira 70 % dari urine setiap hari
pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada
malam hari. Orang-orang biasanya berkemih : pertama kali pada waktu bangun
tidur, sebelum tidur dan berkisar waktu makan.
Volume
j.
Dampak hospitalisasi :
Semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan,
kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.
Laboratorium :
AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat,
HCO3 menurun )
b.
TERAPI
a.
obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 1 mg / kg BB/hari
b.
c.
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau
output berlebihan dan intake yang kurang
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan skunder terhadap diare.
Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder
terhadap diare
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi
diare.
Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun
terus menerus.
Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
C.
PERENCANAAN (INTERVENSI)
NoDP
Tujuan
Outcome (NOC)
Intervensi (NIC)
1
Keterangan :
1 : Selalu menunjukkan.
2 : Sering menunjukkan.
3 : Kadang menunjukkan.
4 : Jarang menunjukkan.
5 : Tidak pernah menunjukkan.
Fluid Management :
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik), jika diperlukan
Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas
urin, albumin, total protein )
Monitor vital sign setiap 15menit 1 jam
Kolaborasi pemberian cairan IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan oral
Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50 100cc/jam)
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk tranfusi
Pasang kateter jika perlu
2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selamax24 jam diharapkan pasien
dengan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat melakukan
aktivitasnya dengan criteria hasil :
3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selamax24 jam diharapkan pasien
dengan resiko peningkatan suhu tubuh dapat melakukan aktivitasnya dengan
criteria hasil :
Keterangan :
1 : Tidak memerlukan bantuan.
2 : Membutuhkan bantuan orang lain dan alat
3 : Membutuhkan bantuan oarang lain.
4 : Membutuhkan bantuan alat.
5 : Mandiri penuh.
Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan
suhu tubuh
4
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selamax24 jam diharapkan pasien
dengan resiko gangguan integritas kulit perianal dapat melakukan aktivitasnya
dengan criteria hasil :
Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan
benar
Keterangan :
1 : Selalu menunjukkan.
2 : Sering menunjukkan.
3 : Kadang menunjukkan.
4 : Jarang menunjukkan.
5 : Tidak pernah menunjukkan.
setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak
terganggu
Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel
Keterangan :
1 : Selalu menunjukkan.
2 : Sering menunjukkan.
3 : Kadang menunjukkan.
4 : Jarang menunjukkan.
5 : Tidak pernah menunjukkan