Anda di halaman 1dari 33

A.

KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINE

Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh.


Kebutuhan eliminasi ada 2 yaitu eliminasi urin (BAK) dan eliminasi fekal
(BAB/Alvi).

Kebutuhan eliminasi urin adalah proses pembuangan sisa-sisa metabolisme


berupa urin.

Miksi (Berkemih)

Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.
Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu :
a.
Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya
meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua.
b.
Timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang
berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya
menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi
adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau
ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.

Refleks Berkemih

Kita dapat mengetahui selama kandung kemih terisi, banyak yang menyertai
kontraksi berkemih mulai tampak, seperti diperlihatkan oleh gelombang tajam
dengan garis putus-putus. Keadaan ini disebabkan oleh refleks peregangan yang
dimulai oleh reseptor regang sensorik pada dinding kandung kemih, khususnya
oleh reseptor pada uretra posterior ketika daerah ini mulai terisi urin pada
tekanan kandung kemih yang lebih tinggi. Sinyal sensorik dari reseptor regang
kandung kemih dihantarkan ke segmen sakral medula spinalis melalui nervus
pelvikus dan kemudian secara refleks kembali lagi ke kandung kemih melalui
serat saraf parasimpatis melalui saraf yang sama ini.

Ketika kandung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi berkemih ini biasanya
secara spontan berelaksasi setelah beberapa detik, otot detrusor berhenti
berkontraksi, dan tekanan turun kembali ke garis basal. Karena kandung kemih

terus terisi, refleks berkemih menjadi bertambah sering dan menyebabkan


kontraksi otot detrusor lebih kuat.

Sekali refleks berkemih mulai timbul, refleks ini akan menghilang sendiri.
Artinya, kontraksi awal kandung kemih selanjutnya akan mengaktifkan reseptor
regang untuk menyebabkan peningkatan selanjutnya pada impuls sensorik ke
kandung kemih dan uretra posterior, yang menimbulkan peningkatan refleks
kontraksi kandung kemih lebih lanjut, jadi siklus ini berulang dan berulang lagi
sampai kandung kemih mencapai kontraksi yang kuat. Kemudian, setelah
beberapa detik sampai lebih dari semenit, refleks yang menghilang sendiri ini
mulai melemah dan siklus regeneratif dari refleks miksi ini berhenti,
menyebabkan kandung kemih berelaksasi.

Jadi refleks berkemih adalah suatu siklus tunggal lengkap dari :


a.

Peningkatan tekanan yang cepat dan progresif

b.

Periode tekanan dipertahankan dan

c.

Kembalinya tekanan ke tonus basal kandung kemih.

Sekali refleks berkemih terjadi tetapi tidak berhasil mengosongkan kandung


kemih, elemen saraf dari refleks ini biasanya tetap dalam keadaan terinhibisi
selama beberapa menit sampai satu jam atau lebih sebelum refleks berkemih
lainnya terjadi. Karena kandung kemih menjadi semakin terisi, refleks berkemih
menjadi semakin sering dan semakin kuat.

Sekali refleks berkemih menjadi cukup kuat, hal ini juga menimbulkan refleks
lain, yang berjalan melalui nervus pudendal ke sfingter eksternus untuk
menghambatnya. Jika inhibisi ini lebih kuat dalam otak daripada sinyal
konstriktor volunter ke sfingter eksterna, berkemih pun akan terjadi. Jika tidak,
berkemih tidak akan terjadi sampai kandung kemih terisi lagi dan refleks
berkemih menjadi makin kuat.

B.

KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI FECAL

Kebutuhan eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa-sisa metabolisme


berupa feses.

Susunan feses terdiri dari :


a.

Bakteri yang umumnya sudah mati

b.

Lepasan epitelium dari usus

c.

Sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin (mucus)

d.

Garam terutama kalsium fosfat

e.
f.

Sedikit zat besi dari selulosa


Sisa zat makanan yang tidak dicerna dan air (100 ml)

Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi fecal


a.

Usia dan perkembangan : mempengaruhi karakter feses, control

b.

Diet

c.

Pemasukan cairan. Normalnya : 2000 3000 ml/hari

d.
Aktifitas fisik : Merangsang peristaltik usus, sehingga peristaltik usus
meningkat.
e.

Faktor psikologik

f.

Kebiasaan

g.

Posisi

h.

Nyeri

i.

Kehamilan : menekan rectum

j.

Operasi & anestesi

k.
l.

Obat-obatan
Test diagnostik : Barium enema dapat menyebabkan konstipasi

m.

Kondisi patologis

n.

Iritan

C.

FISIOLOGI PROSES ELIMINASI DALAM TUBUH

Anatomi Fisiologik & Hubungan Saraf pada Kandung Kemih

a.

Ginjal

Ginjal merupakan sepasang organ berbentuk seperti kacang buncis, berwarna


coklat agak kemerahan, yang terdapat di kedua sisi kolumna vertebra posterior
terhadap peritoneum dan terletak pada otot punggung bagian dalam. Ginjal
terbentang dari vertebra torakalis ke-12 sampai vertebra lumbalis ke-3.

Dalam kondisi normal, ginjal kiri lebih tinggi 1,5 2 cm dari ginjal kanan karena
posisi anatomi hati. Setiap ginjal secara khas berukuran 12 cm x 7 cm dan
memiliki berat 120-150gram. Sebuah kelenjar adrenal terletak dikutub superior
setiap ginjal, tetapi tidak berhubungan langsung dengan proses eliminasi urine.
Setiap ginjal di lapisi oleh sebuah kapsul yang kokoh dan di kelilingi oleh lapisan
lemak.

b.

Ureter

Sebuah ureter bergabung dengan setiap pelvis renalis sebagai rute keluar
pertama pembuangan urine. Ureter merupakan struktur tubulan yang memiliki
panjang 25-30 cm dan berdiameter 1,25 cm pada orang dewasa. Ureter
membentang pada posisi retroperitonium untuk memasuki kandung kemih
didalam rongga panggul (pelvis) pada sambungan ureter ureterovesikalis. Urin
yang keluar dari ureter kekandung kemih umumnya steril.

c.

Kandung kemih

Kandung kemih adalah ruangan berdinding otot polos yang terdiri dari dua
bagian besar :
Badan (corpus), merupakan bagian utama kandung kemih dimana urin
berkumpul dan, leher (kollum), merupakan lanjutan dari badan yang berbentuk
corong, berjalan secara inferior dan anterior ke dalam daerah segitiga urogenital
dan berhubungan dengan uretra. Bagian yang lebih rendah dari leher kandung
kemih disebut uretra posterior karena hubungannya dengan uretra.

Otot polos kandung kemih disebut otot detrusor. Serat-serat ototnya meluas ke
segala arah dan bila berkontraksi, dapat meningkatkan tekanan dalam kandung
kemih menjadi 40 sampai 60 mmHg. Dengan demikian, kontraksi otot detrusor
adalah langkah terpenting untuk mengosongkan kandung kemih. Sel-sel otot

polos dari otot detrusor terangkai satu sama lain sehingga timbul aliran listrik
berhambatan rendah dari satu sel otot ke sel otot lainnya. Oleh karena itu,
potensial aksi dapat menyebar ke seluruh otot detrusor, dari satu sel otot ke sel
otot berikutnya, sehingga terjadi kontraksi seluruh kandung kemih dengan
segera.

Pada dinding posterior kandung kemih, tepat diatas bagian leher dari kandung
kemih, terdapat daerah segitiga kecil yang disebut Trigonum. Bagian terendah
dari apeks trigonum adalah bagaian kandung kemih yang membuka menuju
leher masuk kedalam uretra posterior, dan kedua ureter memasuki kandung
kemih pada sudut tertinggi trigonum. Trigonum dapat dikenali dengan melihat
mukosa kandung kemih bagian lainnya, yang berlipat-lipat membentuk rugae.
Masing-masing ureter, pada saat memasuki kandung kemih, berjalan secara
oblique melalui otot detrusor dan kemudian melewati 1 sampai 2 cm lagi
dibawah mukosa kandung kemih sebelum mengosongkan diri ke dalam kandung
kemih.

Leher kandung kemih (uretra posterior) panjangnya 2 3 cm, dan dindingnya


terdiri dari otot detrusor yang bersilangan dengan sejumlah besar jaringan
elastik. Otot pada daerah ini disebut sfinter internal. Sifat tonusnya secara
normal mempertahankan leher kandung kemih dan uretra posterior agar kosong
dari urin dan oleh karena itu, mencegah pengosongan kandung kemih sampai
tekanan pada daerah utama kandung kemih meningkat di atas ambang kritis.

Setelah uretra posterior, uretra berjalan melewati diafragma urogenital, yang


mengandung lapisan otot yang disebut sfingter eksterna kandung kemih. Otot ini
merupakan otot lurik yang berbeda otot pada badan dan leher kandung kemih,
yang hanya terdiri dari otot polos. Otot sfingter eksterna bekerja di bawah
kendali sistem saraf volunter dan dapat digunakan secara sadar untuk menahan
miksi bahkan bila kendali involunter berusaha untuk mengosongkan kandung
kemih.

d.

Uretra

Urin keluar dari kandung kemih melalui uretra dan keluar dari tubuh melalui
meatus uretra. Dalam kondisi normal, aliran urin yang mengalami turbulansi
membuat urin bebas dari bakteri. Membrane mukosa melapisi uretra, dan
kelenjar uretra mensekresi lendir kedalam saluran uretra. Lendir dianggap
bersifat bakteriostatis dan membentuk plak mukosa untuk mencegah masuknya
bakteri. Lapisan otot polos yang tebal mengelilingi uretra.

e.

Persarafan Kandung Kemih

Persarafan utama kandung kemih ialah nervus pelvikus, yang berhubungan


dengan medula spinalis melalui pleksus sakralis, terutama berhubungan dengan
medula spinalis segmen S-2 dan S-3. Berjalan melalui nervus pelvikus ini adalah
serat saraf sensorik dan serat saraf motorik. Serat sensorik mendeteksi derajat
regangan pada dinding kandung kemih. Tanda-tanda regangan dari uretra
posterior bersifat sangat kuat dan terutama bertanggung jawab untuk
mencetuskan refleks yang menyebabkan pengosongan kandung kemih.

Saraf motorik yang menjalar dalam nervus pelvikus adalah serat parasimpatis.
Serat ini berakhir pada sel ganglion yang terletak pada dinding kandung kemih.
Saraf psot ganglion pendek kemudian mempersarafi otot detrusor.

Selain nervus pelvikus, terdapat dua tipe persarafan lain yang penting untuk
fungsi kandung kemih. Yang terpenting adalah serat otot lurik yang berjalan
melalui nervus pudendal menuju sfingter eksternus kandung kemih. Ini adalah
serat saraf somatik yang mempersarafi dan mengontrol otot lurik pada sfingter.
Juga, kandung kemih menerima saraf simpatis dari rangkaian simpatis melalui
nervus hipogastrikus, terutama berhubungan dengan segmen L-2 medula
spinalis. Serat simpatis ini mungkin terutama merangsang pembuluh darah dan
sedikit mempengaruhi kontraksi kandung kemih. Beberapa serat saraf sensorik
juga berjalan melalui saraf simpatis dan mungkin penting dalam menimbulkan
sensasi rasa penuh dan pada beberapa keadaan, rasa nyeri.

Transpor urin dari ginjal melalui ureter dan masuk ke dalam kandung kemih. Urin
yang keluar dari kandung kemih mempunyai komposisi utama yang sama
dengan cairan yang keluar dari duktus koligentes, tidak ada perubahan yang
berarti pada komposisi urin tersebut sejak mengalir melalui kaliks renalis dan
ureter sampai kandung kemih.

Urin mengalir dari duktus koligentes masuk ke kaliks renalis, meregangkan kaliks
renalis dan meningkatkan pacemakernya, yang kemudian mencetuskan kontraksi
peristaltik yang menyebar ke pelvis renalis dan kemudian turun sepanjang
ureter, dengan demikian mendorong urin dari pelvis renalis ke arah kandung
kemih. Dinding ureter terdiri dari otot polos dan dipersarafi oleh saraf simpatis

dan parasimpatis seperi juga neuron-neuron pada pleksus intramural dan serat
saraf yang meluas diseluruh panjang ureter.

Seperti halnya otot polos pada organ viscera yang lain, kontraksi peristaltik pada
ureter ditingkatkan oleh perangsangan parasimpatis dan dihambat oleh
perangsangan simpatis.

Ureter memasuki kandung kemih menembus otot detrusor di daerah trigonum


kandung kemih. Normalnya, ureter berjalan secara oblique sepanjang beberapa
cm menembus dinding kandung kemih. Tonus normal dari otot detrusor pada
dinding kandung kemih cenderung menekan ureter, dengan demikian mencegah
aliran balik urin dari kandung kemih waktu tekanan di kandung kemih meningkat
selama berkemih atau sewaktu terjadi kompresi kandung kemih. Setiap
gelombang peristaltik yang terjadi di sepanjang ureter akan meningkatkan
tekanan dalam ureter sehingga bagian yang menembus dinding kandung kemih
membuka dan memberi kesempatan urin mengalir ke dalam kandung kemih.

Pada beberapa orang, panjang ureter yang menembus dinding kandung kemih
kurang dari normal, sehingga kontraksi kandung kemih selama berkemih tidak
selalu menimbulkan penutupan ureter secara sempurna. Akibatnya, sejumlah
urin dalam kandung kemih terdorong kembali kedalam ureter, keadaan ini
disebut refluks vesikoureteral. Refluks semacam ini dapat menyebabkan
pembesaran ureter dan, jika parah, dapat meningkatkan tekanan di kaliks renalis
dan struktur-struktur di medula renalis, mengakibatkan kerusakan daerah ini.

f.

Sensasi rasa nyeri pada Ureter dan Refleks Ureterorenal.

Ureter dipersarafi secara sempurna oleh serat saraf nyeri. Bila ureter tersumbat
(contoh : oleh batu ureter), timbul refleks konstriksi yang kuat sehubungan
dengan rasa nyeri yang hebat. Impuls rasa nyeri juga menyebabkan refleks
simpatis kembali ke ginjal untuk mengkontriksikan arteriol-arteriol ginjal, dengan
demikian menurunkan pengeluaran urin dari ginjal. Efek ini disebut refleks
ureterorenal dan bersifat penting untuk mencegah aliran cairan yang berlebihan
kedalam pelvis ginjal yang ureternya tersumbat.

Anatomi Fisiologi Saluran Pencernaan

Secara normal, makanan & cairan masuk kedalam mulut, dikunyah (jika padat)
didorong ke faring oleh lidah dan ditelan dengan adanya refleks otomatis, dari
esofagus kedalam lambung. Pencernaan berawal dimulut dan berakhir diusus
kecil walaupun cairan akan melanjutkannya sampai direabsorpsi di kolon.

Anatomi fisiologi saluran pencernaan terdiri dari :

a.

Mulut

Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses pencernaan.


Mengunyah dengan baik dapat mencegah terjadinya luka parut pada permukaan
saluran pencernaan. Setelah dikunyah lidah mendorong gumpalan makanan ke
dalam faring, dimana makanan bergerak ke esofagus bagian atas dan kemudian
kebawah ke dalam lambung.

b.

Esofagus

Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas adalah terdiri
dari otot yang bertulang dan sisanya adalah otot yang licin. Permukaannya
diliputi selaput mukosa yang mengeluarkan sekret mukoid yang berguna untuk
perlindungan.

c.

Lambung

Gumpalan makanan memasuki lambung, dengan bagian porsi terbesar dari


saluran pencernaan. Pergerakan makanan melalui lambung dan usus
dimungkinkan dengan adanya peristaltik, yaitu gerakan konstraksi dan relaksasi
secara bergantian dari otot yang mendorong substansi makanan dalam gerakan
menyerupai gelombang. Pada saat makanan bergerak ke arah spingter pylorus
pada ujung distla lambung, gelombang peristaltik meningkat. Kini gumpalan
lembek makanan telah menjadi substansi yang disebut chyme. Chyme ini
dipompa melalui spingter pylorus kedalam duodenum. Rata-rata waktu yang
diperlukan untuk mengosongkan kembali lambung setelah makan adalah 2
sampai 6 jam.

d.

Usus kecil

Usus kecil (halus) mempunyai tiga bagian :


1)

Duodenum, yang berhubungan langsung dengan lambung

2)

Jejenum atau bagian tengah dan

3)

Ileum

e.

Usus besar (kolon)

Kolon orang dewasa, panjangnya 125 150 cm atau 50 60 inch, terdir dari :
1)

Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus kecil

2)

Kolon, terdiri dari kolon asenden, transversum, desenden dan sigmoid.

3)

Rektum, 10 15 cm / 4 6 inch.

Fisiologi usus besar yaitu bahwa usus besar tidak ikut serta dalam
pencernaan/absorpsi makanan. Bila isi usus halus mencapai sekum, maka semua
zat makanan telah diabsorpsi dan sampai isinya cair (disebut chyme). Selama
perjalanan didalam kolon (16 20 jam) isinya menjadi makin padat karena air
diabsorpsi dan sampai di rektum feses bersifat padat lunak.

Fungsi utama usus besar (kolon) adalah :


1)
Menerima chyme dari lambung dan mengantarkannya ke arah bagian
selanjutnya untuk mengadakan absorpsi / penyerapan baik air, nutrien, elektrolit
dan garam empedu.
2)
Mengeluarkan mukus yang berfungsi sebagai protektif sehingga akan
melindungi dinding usus dari aktifitas bakteri dan trauma asam yang dihasilkan
feses.
3)

Sebagai tempat penyimpanan sebelum feses dibuang.

f.

Anus / anal / orifisium eksternal

Panjangnya 2,5 5 cm atau 1 2 inch, mempunyai dua spinkter yaitu internal


(involunter) dan eksternal (volunter)

Fisiologi Defekasi
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut
bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari
beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga
bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam
kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu
menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.

Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu :


1)

Refleks defekasi instrinsik

Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi


suatu signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai
gelombang peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum.
Gelombang ini menekan feses kearah anus. Begitu gelombang peristaltik
mendekati anus, spingter anal interna tidak menutup dan bila spingter eksternal
tenang maka feses keluar.

2)

Refleks defekasi parasimpatis

Ketika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord
(sakral 2 4) dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid dan
rektum. Sinyal sinyal parasimpatis ini meningkatkan gelombang peristaltik,
melemaskan spingter anus internal dan meningkatkan refleks defekasi instrinsik.
Spingter anus individu duduk ditoilet atau bedpan, spingter anus eksternal
tenang dengan sendirinya.

Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma yang
akan meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani
pada dasar panggul yang menggerakkan feses melalui saluran anus.

Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan


di dalam perut dan posisi duduk yang meningkatkan tekanan kebawah kearah
rektum.

Jika refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja
dengan mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak
untuk defekasi secara berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk
menampung kumpulan feses

D.

GANGGUAN ELIMINASI URINE

Penyakit ginjal utamanya akan berdampak pada sistem tubuh secara umum.
Salah satu yang tersering ialah gangguan urine.
Gangguan eliminasi urine kemungkinan disebabkan : (Supratman. 2003)
Inkopenten outlet kandung kemih;
Penurunan kapasitas kandung kemih;
Penurunan tonus otot kandung kemih;
Kelemahan otot dasar panggul.

Beberapa masalah eliminasi urine yang sering muncul, antara lain :

Retensi
Retensi Urine ialah penumpukan urine acuan kandung kemih dan
ketidaksanggupan kandung kemih untuk mengosongkan sendiri.
Kemungkinan penyebabnya :
a.

Operasi pada daerah abdomen bawah.

b.

Kerusakan ateren

c.

Penyumbatan spinkter.

d.

Tanda-tanda retensi urine :

e.

Ketidak nyamanan daerah pubis.

f.

Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.

g.

Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.

h.

Meningkatnya keinginan berkemih.

i.

Tinusis

Enuresis

Ialah keluarnya kencing yang sering terjadi pada anak-anak umumnya malam
hari.
Kemungkinan peyebabnya :
a.

Kapasitas kandung kemih lebih kecil dari normal.

b.

Kandung kemih yang irritable

c.

Suasana emosiaonal yang tidak menyenangkan

d.

ISK atau perubahan fisik atau revolusi.

Inkontinensia
Inkontinesia Urine ialah BAK yang tidak terkontrol.
Jenis inkotinensis :

a.

Inkontinensia Fungsional/urge

Inkotinensis Fungsional ialah keadaan dimana individu mengalami inkontine


karena kesulitan dalam mencapai atau ketidak mampuan untuk mencapai toilet
sebelum berkemih.
Faktor Penyebab:
1)

Kerusakan untuk mengenali isyarat kandung kemih.

2)

Penurunan tonur kandung kemih

3)

Kerusakan moviliasi, depresi, anietas

4)

Lingkungan

5)

Lanjut usia.

b.

Inkontinensia Stress

Inkotinensia stress ialah keadaan dimana individu mengalami pengeluaran urine


segera pada peningkatan dalam tekanan intra abdomen.
Faktor Penyebab :
1)

Inkomplet outlet kandung kemih

2)

Tingginya tekanan infra abdomen

3)

Kelemahan atas peluis dan struktur pengangga

4)

Lanjut usia.

c.

Inkontinensia Total

Inkotinensia total ialah keadaan dimana individu mengalami kehilangan urine


terus menerus yang tidak dapat diperkirakan.
Faktor Penyebab :
1)

Penurunan Kapasitas kandung kemih.

2)

Penurunan isyarat kandung kemih

3)

Efek pembedahan spinkter kandung kemih

4)

Penurunan tonus kandung kemih

5)

Kelemahan otot dasar panggul.

6)

Penurunan perhatian pada isyarat kandung kemih

d.

Inkontenensia Dorongan

Adalah keadaan dimana seseorang mengalami pengeluarana urin tanpa sadar,


terjadi setelah merasa dorongan yang kuat untuk berkemih
Penyebab :
a.

Penurunan kapasitas kandung kemih

b.

Infeksi saluran kemih

c.

Minum alcohol atau kafein

d.

Penigkatan cairan

e.
f.

e.

Peningkatan konsentrasi urine


Distensi kandung kemih yang berlebihan.

Inkontenensia reflex

Adalah keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urin yang tidak


dirasakan, terjadi pada interval yang dpat di[perkirakan bila volume kandung
kemih mencapai jumlah tertentu.
Penyebab : Kerusakan neurologis (lesi medulla spinalis)
Tanda-tandanya :
1)

Tidak ada dorongan utnuk berkemih

2)

Merassa bahwa kandung kemih penuh

3) Kontraksi atau spasme kandung kemih tidak dihambat pada intervalteratur.

Enuresis

Adalah ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan


ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna. Enuresis terjadi pada
anak-anak atau orang ngompol.
Penyebab enuresis :
a.

Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari kondisi normal.

b.
Anak-anak yang tidunya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi keinginan
berkemih tidak diketahui, yang mengakibatkan terlambatnya bangun tidur untuk
ke kamar mandi.
c.
Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya tidak dapat menampung
urin dalam jumlah besar.
d.
Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah (misalnya
persaingan dengan saudara kandung atau cekcok dengan orant tua).
e.
Orang tua yang mempunya pendapat bahwa anaknya akan mengatasi
kebiasaanya tanpa dibantu untuk mendidiknya.
f.

Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik neurologis system perkemihan

g.
Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral, atau makanan
pemedas.
h.

E.

Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi

PERUBAHAN POLA BERKEMIH

Frekuensi
Yaitu meningkatnya frekuensi berkemih karena meningkatnya cairan. Biasanya
terjadi pada cystitis, stress, dan wanita hamil.
Urgency
Yaitu perasaan ingin berkemih dan biasanya terjadi pada anak-anak karena
kemampuan spinkter untuk mengontrol berkurang.
Disuria
Yaitu adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih, misalnya pada ISK,
trauma, dan striktur uretra.
Poliuria
Yaitu produksi urin melebihi batas normal, tanpa meningkatnya intake cairan
misalnya pada pasien DM.
Urinari Suppresion
Yaitu keadaan yang mendesak dimana produksi urine sangat kurang. Keadaan
dimana ginjal tidak dapat memproduksi urine secara tiba-tiba.
Anuria = Urin < 100 ml/24 jam
Oliguria = Urin 100 1500 ml/24 jam

F.

GANGGUAN ELIMINASI FECAL

Konstipasi

Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB


disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejang. BAB yang
keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses berada
di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap.
Penyebabnya :
a.
Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain, pindah tempat, dan
lain-lain

b.
Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging, telur), tidak ada gigi,
makanan lemak dan cairan kurang
c.
Meningkatnya stress psikologik. Kurang olahraga / aktifitas : berbaring
lama.
d.
Obat-obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi. Penggunaan obat
pencahar/laksatif menyebabkan tonus otot intestinal kurang sehingga refleks
BAB hilang.
e.
Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut menurun sehingga
menimbulkan konstipasi.
f.
Penyakit-penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal
cord dan tumor.
g.

Impaction

Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan


feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan
feses sampai pada kolon sigmoid.
Penyebabnya pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi
berulang dan pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi.
Tandanya : tidak BAB, anoreksia, kembung/kram dan nyeri rektum.

Diare

Diare merupakan buang air besar (BAB) sering dengan cairan dan feses yang
tidak berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi
di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan
sekresi mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat
mengontrol dan menahan buang air besar (BAB).

Inkontinensia fecal

Yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB
encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan fungsi
spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter
anal eksternal. Pada situasi tertentu secara mental pasien sadar akan kebutuhan
BAB tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan dasar pasien tergantung pada
perawat.

Flatulens

Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan
distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar melalui mulut
(sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di
usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas metan,
pembusukan di usus yang menghasilkan CO2. Makanan penghasil gas seperti
bawang dan kembang kol.

Hemoroid

Yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal atau
eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung
dan penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika dinding
pembuluh darah teregang. Jika terjadi infla-masi dan pengerasan, maka pasien
merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh pasien, karena saat
BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi.

ASUHAN KEPERAWATAN
KEBUTUHAN ELIMINASI

A.

PENGKAJIAN

Tanggal Masuk

Jam

No. CM

Tanggal Pengkajian
Jam
Diagnosa Medis

BIODATA

:
:
:

a.

Identitas klien

Nama

Tempat Tanggal Lahir

Umur

Jenis kelamin

Agama

Pendidikan

Pekerjan

Suku / Bangsa

Status
No. CM
Alamat
b.

:
:
:

Identitas penanggung jawab

Nama

Tempat Tanggal Lahir


Umur

:
:

Jenis kelamin

Agama

Pendidikan

Pekerjaan

Suku / Bangsa

Status

Alamat

Hub.dg klien

RIWAYAT KESEHATAN

a.

Keluhan utama

Keluhan utama yang biasanya muncul adalah BAB lebih dari 3 x, konstipasi,
impaksi, diare dan sebagainya.

Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB


disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejang. BAB yang
keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses berada
di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap.
Penyebabnya :
Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain, pindah tempat, dan lain-lain
Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging, telur), tidak ada gigi,
makanan lemak dan cairan kurang
Meningkatnya stress psikologik. Kurang olahraga / aktifitas : berbaring lama.
Obat-obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi. Penggunaan obat
pencahar/laksatif menyebabkan tonus otot intestinal kurang sehingga refleks
BAB hilang.
Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut menurun sehingga
menimbulkan konstipasi.
Penyakit-penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal cord
dan tumor.

Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan


feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan
feses sampai pada kolon sigmoid.
Penyebabnya pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi
berulang dan pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi. Tandanya : tidak
BAB, anoreksia, kembung/kram dan nyeri rektum.

b.

Riwayat penyakit sekarang

Perlu dikasi warna BAB (kuning, kuning kehijauan, hijau), bercampur lendir dan
darah atau lendir saja. Tentukan konsistensinya (encer,padat), tentukan
frekuensinya (> 3 kali sehari).
Perlu dikaji waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), > 7 hari ( diare
berkepanjangan), > 14 hari (diare kronis).

Waktu terjadinya sakitKapan mulai terjadi konstipasi/diare dan seberapa sering


atau frekuensinya yang dirasakan,
Proses terjadinya sakit
Perlu dikaji bagaiamana proses dapat terjadinya konstipasi/diare, dan kapan
mulai terjadinya.
Upaya yang telah dilakukan selama sakit
Hasil pemeriksaan sementara / sekarang

c.

Riwayat penyakit dahulu.

Perlu dikaji apakah pasien pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian


antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari
saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.

d.

Riwayat kesehatan keluarga.

Ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti pasien
sebelumnya, apakah sebelumnya pasien pernah mengalami penyakit seperti
saat ini.

e.

Riwayat kesehatan lingkungan klien

Perlu dikaji penyimpanan makanan, apakah pada suhu kamar, kurang menjaga
kebersihan, lingkungan tempat tinggal.

f.

Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan

1)

Pertumbuhan

Kenaikan BB karena umur 1 3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2


kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan
seterusnya.

Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring,
seluruhnya berjumlah 14 16 buah
Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.

2)

Perkembangan

Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.


Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan
keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas
utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru
dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal, bermain).

Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.


Autonomy vs Shame and doundt. Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa
dipelajari anak toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario
kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua
untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif
menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan raguragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada
diri anak.

Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :

Berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan (GK)

Meniru membuat garis lurus (GH)

Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)

Melepasa pakaian sendiri (BM)

g.

Genogram

Adalah gambar bagan riwayat keturunan atau struktur anggota keluarga dari
atas hingga ke bawah yang didasarkan atas tiga generasi sebelum pasien.
Berikan keterangan manakah simbol pria, wanita, keterangan tinggal serumah,
yang sudah meninggal dunia serta pasien yang sakit.

POLA FUNGSI KESEHATAN (GORDON)


a.

Persepsi Terhadap Kesehatan Manajemen Kesehatan

1)
Tingkat pengetahuan kesehatan / penyakit meliputi sebelum sakit dan
selam sakit
2)
Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan meliputi sebelum sakit dan
selam sakit
3)

Faktor-faktor resiko sehubungan dengan kesehatan

b.

Pola Aktivitas Dan Latihan

Menggunakan tabel aktifitas meliputi makan, mandi berpakaian, eliminasi,


mobilisaasi di tempat tidur, berpindah, ambulansi, naik tangga, serta berikan
keterangan skala dari 0 4 yaitu :
0

: Mandiri

: Di bantu sebagian

: Di bantu orang lain

: Di bantu orang dan peralatan

: Ketergantungan / tidak mampu

Aktifitas
0
1
2
3
4
Makan

Mandi

Berpakaian

Eliminasi

Mobilisasi ditempat tidur

Berpindah

Ambulansi

Naik tangga

c.

Pola Istirahat Tidur

Ditanyakan :
1)

Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur

2)

Sonambolisme

3)

Kualitas dan kuantitas jam tidur

d.

Pola Nutrisi - Metabolic

Ditanyakan :
1)

Berapa kali makan sehari

2)

Makanan kesukaan

3)

Berat badan sebelum dan sesudah sakit

4)

Frekuensi dan kuantitas minum sehari

e.

Pola Eliminasi

1)

Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari

2)

Nyeri

3)

Kuantitas

f.

Pola Kognitif Perceptual

Adakah gangguan penglihatan, pendengaran (Panca Indra)

g.

Pola Konsep Diri

1)

Gambaran diri

2)

Identitas diri

3)

Peran diri

4)

Ideal diri

5)

Harga diri

h.

Pola Koping

Cara pemecahan dan penyelesaian masalah

i.

Pola Seksual Reproduksi

Ditanyakan : adakah gangguan pada alat kelaminya.

j.

Pola Peran Hubungan

1)

Hubungan dengan anggota keluarga

2)

Dukungan keluarga

3)

Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.

k.

Pola Nilai Dan Kepercayaan

1)

Persepsi keyakinan

2)

Tindakan berdasarkan keyakinan

PEMERIKSAAN FISIK

a.
Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b.

Keadaan umum :

Klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun. Tekanan darah mmHg,
suhu tubuh C, pernapasan ..x/menit, nadi ..x/menit (regular), GCS :E=.. M=
Vapasia. BB ( sakit ) : tidak diketahui, BB ( Sebelum Sakit ) ; tidak diketahui,
hasil pengukuran LL 25 cm.(BB=2xLL; 50 kg).
c.

Kepala :

Ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun
lebih
d.

Mata :

Cekung, kering, sangat cekung


e.

Sistem pencernaan :

Mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu
makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap
dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f.

Sistem Pernafasan :

Dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot
pernafasan)
g.

Sistem kardiovaskuler :

Nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .
h.

Sistem integumen :

Warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 0 c, akral
hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt,
kemerahan pada daerah perianal.
i.

Sistem perkemihan :

Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang
dari sebelum sakit.

Perlu dikaji :
Pola berkemih

: Pada orang-orang untuk berkemih sangat individual.

Frekuensi
: Frekuensi untuk berkemih tergantung kebiasaan dan
kesempatan. Banyak orang-orang berkemih kira-kira 70 % dari urine setiap hari
pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada
malam hari. Orang-orang biasanya berkemih : pertama kali pada waktu bangun
tidur, sebelum tidur dan berkisar waktu makan.
Volume

: Volume urine yang dikeluarkan sangat bervariasi.

Usia Jumlah / hari :


Hari pertama & kedua dari kehidupan 1560 ml
Hari ketigakesepuluh dari kehidupan 100300 ml
Hari kesepuluh 2 bulan kehidupan 250400 ml
Dua bulan1 tahun kehidupan 400500 ml
13 tahun 500600 ml
35 tahun 600700 ml
58 tahun 7001000 ml
814 tahun 8001400 ml
14 tahun-dewasa 1500 ml
Dewasa tua 1500 ml / kurang
Jika volume dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24 jam pada
orang dewasa, maka perlu lapor.

j.

Dampak hospitalisasi :

Semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan,
kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.

Laboratorium :

feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida

Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi


AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat,
HCO3 menurun )

Faal ginjal : UC meningkat (GGA)

b.

Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

TERAPI
a.
obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg
klorpromazine 0,5 1 mg / kg BB/hari
b.

onat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide

c.

antibiotik : bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta

B.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau
output berlebihan dan intake yang kurang
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan skunder terhadap diare.
Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder
terhadap diare
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi
diare.
Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun
terus menerus.
Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive

C.

PERENCANAAN (INTERVENSI)

NoDP
Tujuan
Outcome (NOC)
Intervensi (NIC)
1

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selamax24 jam diharapkan pasien


dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat melakukan
aktivitasnya dengan criteria hasil :
Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40
x/mnt )
Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak
cekung.
Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari

Keterangan :
1 : Selalu menunjukkan.
2 : Sering menunjukkan.
3 : Kadang menunjukkan.
4 : Jarang menunjukkan.
5 : Tidak pernah menunjukkan.
Fluid Management :
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik), jika diperlukan
Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas
urin, albumin, total protein )
Monitor vital sign setiap 15menit 1 jam
Kolaborasi pemberian cairan IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan oral
Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50 100cc/jam)
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk
Atur kemungkinan tranfusi
Persiapan untuk tranfusi
Pasang kateter jika perlu

Monitor intake dan urin output setiap 8 jam

Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit


Pantau intake dan output
Timbang berat badan setiap hari
Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
Kolaborasi :

Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)

Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur

Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)

2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selamax24 jam diharapkan pasien
dengan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat melakukan
aktivitasnya dengan criteria hasil :

- Nafsu makan meningkat


- BB meningkat atau normal sesuai umur
Keterangan :
1 : Tdk prnh menyebutkan.
2 : Jarang menyebutkan.
3 : Kadang menyebutkan.
4 : Sering menyebutkan.
5 : Selalu menyebutkan.

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi


terpenuhi

Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi,


berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah,
sajikan makanan dalam keadaan hangat
Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
Monitor intake dan out put dalam 24 jam
Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :

Terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu

obat-obatan atau vitamin ( A)

3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selamax24 jam diharapkan pasien
dengan resiko peningkatan suhu tubuh dapat melakukan aktivitasnya dengan
criteria hasil :

Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)


Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)

Keterangan :
1 : Tidak memerlukan bantuan.
2 : Membutuhkan bantuan orang lain dan alat
3 : Membutuhkan bantuan oarang lain.
4 : Membutuhkan bantuan alat.
5 : Mandiri penuh.
Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan
suhu tubuh

Monitor suhu tubuh setiap 2 jam


Berikan kompres hangat
Kolaborasi pemberian antipirektik

4
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selamax24 jam diharapkan pasien
dengan resiko gangguan integritas kulit perianal dapat melakukan aktivitasnya
dengan criteria hasil :
Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan
benar

Keterangan :
1 : Selalu menunjukkan.
2 : Sering menunjukkan.
3 : Kadang menunjukkan.
4 : Jarang menunjukkan.
5 : Tidak pernah menunjukkan.
setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak
terganggu

Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur


Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah
dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
5
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selamax24 jam diharapkan pasien
dengan Kecemasan anak dapat melakukan aktivitasnya dengan criteria hasil :

Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel

Keterangan :
1 : Selalu menunjukkan.
2 : Sering menunjukkan.

3 : Kadang menunjukkan.
4 : Jarang menunjukkan.
5 : Tidak pernah menunjukkan

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu


beradaptasi

Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan


Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal
maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)
Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak
DAFTAR PUSTAKA

Perry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 1. Jakarta : EGC


Perry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 1. Jakarta : EGC
Arjatmo Tjokronegoro & Henra utama. (2002). Update In Neuroemergencies.
Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
Bullock, Barbara (2000). Focus on pathophysiology. Philadelphia.
Black, JM., Matassin E. (2002). Medical Surgical Nursing, Clinical Management

Anda mungkin juga menyukai