Anda di halaman 1dari 2

Reformasi Pengajaran di Perguruan Tinggi

Pendidikan dan pengajaran di perguruan tinggi di Indonesia masih sangat


buruk dibandingkan dengan negara-negara lain. Berdasarkan hasil riset tentang
kualitas sistem pendidikan yang dilakukan oleh Political and Economic Risk
Consultancy (PERC, 2001) dalam Mulyasana (2002) terhadap 12 negara di Asia,
PERC menempatkan kualitas sistem pendidikan Indonesia berada pada urutan ke-12
dari 12 negara yang diteliti.

Demikian itu terjadi karena pendidikan dan pengajaran di perguruan tinggi di


Indonesia tidak memenuhi standar UNESCO tentang pendidikan, bahwa pendidikan
dan pembelajaran di abad 21 harus didasarkan pada empat pilar utama yakni: (1)
learning to think, (2) learning to do, (3) learning to be, dan (4) learning to live
together. Keempat pilar pembelajaran tersebut oleh UNESCO disebut sebagai
sokoguru dari manusia abad ke-21 dalam menghadapi arus informasi dan transformasi
kehidupan yang terus-menerus berubah.

Berdasarkan standar yang ditetapkan oleh UNESCO di atas maka setiap


pengajar di perguruan tinggi harus mampu mendesain pembelajarannya sesuai dengan

Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan belajar mengajar di PT


dalam kerangka reformasi pendidikan dan pengajaran ini adalah dengan
memanfaatkan teknologi pengajaran. Proses pembelajaran yang selama ini
berlangsung di masing-masing PT harus ditransformasi dan membuka pintu pada
teknologi pembelajaran modern. Teknologi ini jika ditangani secara profesional akan
membangkitkan motivasi mahasiswa serta komunikasi dialogis antara dosen dan
mahasiswa, dan antarmahasiswa.

Namun, dalam kenyataannya, komponen teknologi ini terkesan terbengkalai


dan berjalan terseok-seok dibandingkan dengan komponen lainnya. Menurut
penelitian Alwasilah (1994) tentang kegiatan belajar-mengajar matakuliah Bahasa
Inggris di PT menunjukkan bahwa sebagian besar dosen belum memanfaatkan
teknologi pengajaran secara maksimal. Penggunaan teknologi pengajaran pada
matakuliah Bahasa Inggris masih terbatas pada penggunaan papan tulis (89,2%) dan
realia atau gambar (60%). Sementara itu, pemakaian tape recorder, video, OHP, dan
film belum banyak dimanfaatkan.

Di samping itu, permasalahan yang dihadapi perguruan tinggi dalam rangka


reformasi pengajarannya adalah

Anda mungkin juga menyukai