Banyak informasi yang masuk kepada saya bahwa para mahasiswa UIN
Maliki yang belajar bahasa Inggris 3 bulan di Pare Kediri, pada masa
liburan, jauh lebih banyak hasilnya daripada mereka belajar bahasa arab
selama setahun di PKPBA. Mendengar laporan seperti ini, saya sebagai
pengajar bahasa Arab di PKPBA, seperti disambar petir, karena seakan-
akan mereka mengatakan bahwa pembelajaran bahasa arab selama
.setahun di PKPBA itu tidak efektif dan tidak membisakan
Dari aspek lingkungan, saya kira di UIN Maliki sudah cukup memadai.
Tersedianya ma’had yang di dalamnya mahasiswa tinggal 24 jam,
merupakan lingkungan yang sangat bagus untuk menghidupkan bi’ah
arabiyah. Bila sampai sekarang bi’ah arabiyah itu belum bisa berjalan,
maka masalahnya bukan ada pada tempatnya, tetapi ada pada
manajemennya. Menurut saya, perlu dibangun sistem manajemen yang
sistemik untuk menghidupkan bi’ah arabiyah di Ma’had Sunan Ampel Al-
Ali. Seluruh Kyai, murabi, musyrif dan santri, harus memiliki satu
komitmen yang kuat untuk menghidupkan bi’ah tersebut. Bila komitmen
itu tidak dijaga dan dilaksanakan oleh masing-masing pemegang sistem,
.maka jangan harap bi’ah arabiyah itu akan berhasil dijalankan
Menurut saya, mahasiswa UIN Maliki yang belajar bahasa Arab di PKPBA
dan menetap di Ma’had Ali selama setahun penuh, tetapi tetap tidak bisa
bahasa Arab, ibaratnya seperti ayam mati di dalam lumbung. Mereka telah
diberi fasilitas yang sedemikian lengkap, laboratorium bahasa yang
memadai, SAC, bahasa arab corner, banyak guru dan dosen yang bisa
dijadikan sebagai konsultan, lingkungan bahasa yang hidup dan
sebagainya. Jika semua fasilitas itu tidak dimanfaatkan dalam belajar
bahasa arab dan mereka tetap tidak bisa setelah keluar dari ma’had, tidak
.ada kata yang pantas bagi mereka kecuali wassalam