Anda di halaman 1dari 4

Renungan PKPBA UIN Maliki Malang Memasuki Tahun ke-13

Tidak terasa, Program Khusus Perkuliahan Bahasa Arab (PKPBA) UIN Maliki Malang
sudah memasuki tahun ke-13. PKPBA didirikan pada tahun 1997 yang diprakarsai
oleh Prof. Dr. Imam Suprayogo dengan tujuan untuk menyelesaikan problem
pembelajaran bahasa Arab di Indonesia yang hingga saat ini dianggap
problematis. Seluruh PTAI di Indonesia, baik negeri maupun swasta mengeluh
karena para mahasiswanya tidak menguasai bahasa Arab. Padahal mereka
adalah para calon sarjana dan cendekiawan muslim yang dituntut untuk
menguasai agama di satu sisi dan di sisi lain menguasai profesi mereka sebagai
ilmuwan. Seperti yang pernah dikatakan oleh Ali Mukti (alm), mereka adalah para
calon intelektual muslim yang ulama dan ulama yang intelektual. Kemudian UIN
Maliki Malang menambah kata profesional, sehingga menjadi ulama yang intelek
.yang profesional dan profesional intelek yang ulama

Kedua, Program ini bertujuan agar seluruh mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang memiliki kemampuan berbahasa Arab baik aktif maupun pasif. Secara
aktif diharapkan mereka mampu bercakap-cakap dengan bahasa Arab dalam
kehidupan sehari-hari dan secara pasif diharapkan mereka mampu membaca,
menelaah dan memahami teks-teks berbahasa Arab dalam bentuk literature yang
.berkaitan dengan mata kuliah mereka

Ketiga, program perkuliahan bahasa Arab intensif merupakan pondasi bagi mata
kuliah-mata kuliah keagamaan pada umumnya, seperti tafsir, hadits, fikih dan
sebagainya. Setelah selesai mengikuti program perkuliahan bahasa Arab intensif
ini dan mereka kembali kepada jurusan masing-masing, maka dengan
kemampuan bahasa Arab itu, diharapkan mereka mampu membaca dan
menelaah literatur-literatur yang berbahasa Arab, kemudian menjadikannya
sebagai obyek penelitian dan kajian, yang disesuaikan dengan jurusan dan bidang
.mereka masing-masing

Namun sejauh ini, menurut penilaian sebagian kalangan, program perkuliahan


bahasa Arab intensif, masih terasa sekedar rutinitas belaka, yang belum
memenuhi sasaran utamanya dan belum terukur manfaatnya secara akademis.
Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan oleh beberapa dosen PKPBA di
beberapa fakultas menunjukkan bahwa sumbangan PKPBA terhadap mata kuliah
keagamaan masih belum signifikan dibandingkan dengan tujuannya yang ideal.
Demikian ini karena, berdasarkan temuan penelitian itu bahwa masih sangat
sedikit dosen-dosen MK. Keagamaan di jurusan yang dengan tegas
memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar bagi mata kuliah
keagamaan dan hanya sedikit di antara mereka yang menggunakan literature
.Arab sebagai buku rujukan utama dalam perkuliahan mata kuliah keagamaan

Penelitian awal ini juga menemukan bahwa lebih dari 50% mahasiswa di berbagai
jurusan, merasa keberatan bila bahasa Arab dijadikan sebagai bahasa pengantar.
Alasan yang mereka kemukakan sangat bervariatif, akan tetapi beberapa alasan
:itu dapat diklasifikasikan menjadi beberapa poin berikut

Kemampuan bahasa Arab mahasiswa setelah memasuki jurusan.1


sangat bervariatif. Ada di antara mereka yang berkemampuan tinggi
dan banyak yang berkemampuan rendah, sehingga mereka takut bila
bahasa Arab diberlakukan sebagai bahasa pengantar mayoritas
mereka mengalami kesulitan sehingga substansi materi tidak
.tercapai
Kemampuan bahasa Arab dosen pengampu mata kuliah keagamaan, .2
khususnya tafsir, hadits dan fikih juga bervariatif. Ada di antara
mereka yang memiliki kemampuan bahasa Arab aktif dan pasif,
tetapi banyak juga di antara mereka yang hanya memiliki
kemampuan berbahasa Arab pasif saja sehingga merasa kesulitan
jika bahasa Arab dijadikan sebagai bahasa pengantar. Bahkan ada di
antara dosen pengampu mata kuliah keagamaan yang tidak bisa
.berbahasa Arab
Terputusnya jaringan silaturahim antara PKPBA dan jurusan sehingga .3
visi-misi pengajaran bahasa Arab di PKPBA seakan telah habis dan
selesai setelah mereka lulus di PKPBA serta tidak ada tindak
.lanjutnya
Paling tidak, ketiga alasan inilah di antara alasan-alasan lainnya yang
menjadikan bahasa Arab masih sulit diterapkan sebagai bahasa pengantar
bagi mata kuliah keagamaan di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, alih-alih
.sebagai bahasa ilmiah seperti penulisan skripsi dan sebagainya

Di samping itu, ada beberapa problem lian yang dihadapi oleh beberapa
fakultas terkait dengan mata kuliah bahasa Arab dan mata kuliah keagamaan.
Di antara problem yang berhasil dihimpun oleh penulis secara kasar dapat
dihimpun sebagai berikut: (1) adanya beberapa jurusan yang merasa kesulitan
memberikan jumlah bobot SKS MK. Bahasa Arab dan MK. Keagamaan (2)
sulitnya meletakkan MK. Keagamaan dalam pemasaran mata kuliah pada tiap
semesternya (3) terkuranginya bobot SKS MK. Keahlian (4) terlalu besarnya
beban MK. Lokal dan pilihan (6) Terlalu besarnya bobot SKS yang harus
.ditempuh oleh mahasiswa hingga mencapai 160 SKS

Bila dicermati dari beberapa poin di atas, sebenarnya permasalahan itu


bukan ada pada substansi mata kuliahnya, tetapi ada pada pembagian jumlah
SKS yang logis antara MK. Kompetensi dasar, Substansi dan pilihan. Jumlah
mata kuliah yang ditawarkan oleh tiap-tiap jurusan itu dirasakan oleh mereka
terlalu besar hingga mencapai 160 SKS. Padahal berdasarkan studi banding
yang dilakukan oleh Fakultas Saintek di tiga Perguruan Tinggi Negeri; UI, ITB
dan UGM menunjukkan bahwa beban maksimal yang diberikan kepada
mahasiswa hanya 144 SKS walaupun sebenarnya tidak ada larangan untuk
menambahnya hingga 160 SKS. Namun menurut mereka, pembebanan Mata
Kuliah yang terlalu besar bisa menyebabkan terlambatnya kelulusan
mahasiswa, sehingga mereka tidak bisa lulus tepat waktu. Bila rasio antara
mahasiswa yang masuk dan jumlah lulusan yang keluar tidak seimbang, maka
lama-kelamaan akan terjadi pembengkakan mahasiswa dan berpengaruh
.pada nilai akreditasi jurusan

Menurut sebagian kajur bahwa pembengkakan SKS itu terjadi karena


banyaknya pemberian jumlah SKS pada MK. Bahasa Arab dan MK.
Keagamaan. Karena itu, ada di antara mereka yang ingin menyederhanakan
SKS bahasa Arab dan MK. Keagamaan, sehingga tidak terlalu membengkak.
Akan tetapi menurut mereka, hal itu tidak mungkin dilakukan dengan alasan
karena bila mengurangi jumlah SKS berarti mengurangi jumlah tatap muka
dan standar perkuliahan bahasa Arab dan MK. Keagamaan, padahal keduanya
sama-sama penting sebagai ciri khas bagi lulusan UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang. Jika itu permasalahannya maka pertanyaannya adalah bagaimana
mengurangi bobot SKS perkuliahan bahasa Arab dan MK. Keagamaan, tetapi
bisa meningkatkan kualitas keduanya? Untuk menjawab pertanyaan ini,
tentunya tidak semudah membalik telapak tangan, karena diperlukan
.pemikiran yang matang dan strategis

Melihat berbagai macam problem di atas, memasuki tahun 2010 ini,


perlu kiranya seluruh pimpinan UIN Maliki Malang melakukan introspeksi
kembali tentang Program Perkuliahan Bahasa Arab dan Implementasi Bahasa
.Arab sebagai bahasa ilmiah di UIN Maliki Malang

Menurut saya, sebagai Sekretaris PKPBA, ada beberapa agenda yang


perlu ditelaah kembali oleh para pimpinan, baik pada tingkat universitas,
fakultas maupun unit PKPBA, tentang perkuliahan bahasa arab dan
implementasinya sebagai bahasa pengantar MK. Keagamaan dalam rangka
.menuju Bilingual university
Ada beberapa usulan yang pernah ditawarkan untuk menyelesaikan
masalah ini, di antaranya dengan menyebarkan dosen-dosen bahasa Arab
PKPBA ke jurusan-jurusan untuk mengajarkan mata kuliah keagamaan (tafsir,
hadits, fikih dsb), sehingga mata kuliah keagamaan itu bisa diajarkan dengan
murni bahasa Arab. Akan tetapi pertanyaannya, sejauh mana konsep ini bisa
dilaksanakan? Tidakkah masalah ini akan menimbulkan riak-riak kecil dengan
para pengajar mata kuliah keagamaan di jurusan yang dianggap tidak
memiliki bahasa Arab aktif itu? Belum lagi bila dikaitkan dengan landasan
filosofis (pohon ilmu) di atas tidak mengena jika mata kuliah keagamaan
diajarkan pada semester-semester atas. Ada pula usulan yang menawarkan
untuk diuji cobakan pada jurusan-jurusan tertentu saja, bila berhasil maka
nanti akan diberlakukan secara bersama-sama. Tetapi masalah yang akan
.timbul, tetap tidak jauh dengan tawaran yang pertama

Menurut hemat penulis, berdasarkan adanya bermacam-macam problem


yang dipaparkan di atas, baik yang dihadapi oleh PKPBA, seperti
"monotonisme", kejenuhan, dan sebagainya, serta problem-problem laten
yang dihadapi oleh jurusan berkaitan dengan bahasa Arab dan mata kuliah
keagamaan ini, penulis mengusulkan untuk diadakan perkuliahan bahasa
.Arab dan keagamaan terpadu

Perkuliahan bahasa Arab dan keagamaan terpadu adalah sebuah


perkuliahan bahasa Arab yang digabung dengan mata kuliah keagamaan
reguler sewaktu mahasiswa mengikuti program perkuliahan bahasa Arab di
PKPBA. Sehingga program perkuliahan bahasa Arab dan keagamaan terpadu
merupakan gabungan antara perkuliahan bahasa Arab di PKPBA dengan mata
kuliah keagamaan reguler yang biasanya ditangani oleh jurusan. Perkuliahan
:bahasa Arab dan keagamaan terpadu ini bertujuan untuk

Menjadikan PKPBA sebagai gerbong penggerak bagi pengembangan.1


.bahasa Arab dan mata kuliah keagamaan di kampus
Mengoptimalkan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar mata kuliah .2
.keagamaan dan bahasa pergaulan
Menjalin kerjasama antara PKPBA dan jurusan untuk .3
menyelenggarakan perkuliahan bahasa Arab dan keagamaan secara
.optimal
Penataan kembali kurikulum dan pemasarannya pada tiap-tiap.4
.jurusan
Secara praktis (oprasional) perkuliahan bahasa Arab dan keagamaan
terpadu ini dilaksanakan oleh PKPBA pada semester kedua. Pada semester
pertama semua mahasiswa diajar bahasa Arab murni dengan bahan ajar-
bahan ajar yang telah disusun dan disiapkan oleh PKPBA. Adapun pada
semester kedua, mahasiswa diberi mata kuliah-mata kuliah keagaman,
utamanya tafsir, hadits, dan fikih di samping tetap diberi materi bahasa Arab
sebagaimana biasa. Karena itu, dalam pelaksanaannya, perlu diatur jam-jam
dan tatap mukanya secara proporsional, sesuai dengan bobot SKS yang akan
diberikan pada masing-masing mata kuliah tersebut. Adapun waktu
pelaksanaan kuliahnya mengikuti jadwal yang ditetapkan PKPBA. Dalam
perkuliahan mata kuliah keagamaan itu, semua materi dan bahasa
pengantarnya harus menggunakan bahasa Arab, termasuk tugas-tugas dan
diskusi-diskusinya. Dengan demikian, perkuliahan bahasa Arab dan keagaman
terpadu ini merupakan gabungan antara perkuliahan keagamaan reguler dan
perkuliahan bahasa Arab secara bersama-sama. Nilai yang diperoleh dari
perkuliahan bahasa Arab dan keagamaan terpadu ini, nantinya diakui
langsung oleh jurusan, sehingga mereka yang telah lulus pada perkuliahan
bahasa Arab dan keagamaan terpadu ini, tidak perlu mengambil lagi mata
kuliah keagamaan itu, seperti tafsir, hadits dan fikih ketika mereka kembali di
.jurusan, kecuali mahasiswa yang tidak lulus dan harus mengulang

Anda mungkin juga menyukai