Anda di halaman 1dari 2

Reformasi Kelembagaan Perguruan Tinggi

Sebuah lembaga survey internasional Webometric merilis hasil surveynya


para tahun 2007-2008 bahwa hanya dua perguruan tinggi di Indonesia
yang masuk seratus Top Universities tingkat Asia, yaitu ITB dan UGM.
Sementara perguruan tinggi Jepang mendominasi dengan jumlah 27
perguruan tinggi. Kemudian disusul oleh RRC (23) PT, Taiwan 21 PT, Korea
Selatan 10 PT, Muangthai 8 PT, Hongkong 5 PT,, Singapura 2 PT dan India
2 PT.

Top 100 Universities in Asia tahun 2007-2008:


1. Jepang 27 PT
2. RRC 23 PT
3. Taiwan 21 PT
4. Korea Selatan 10 PT
5. Muangthai 8 PT
6. Hong Kong 5 PT
7. Singapura 2 PT
8. Indonesia 2 PT
9. India 2 PT

Prestasi di atas masih sangat jauh dibandingkan dengan jumlah


perguruan tinggi di Indonesia yang mencapai ribuan. Di Malang saja,
terdapat 35 perguruan tinggi lebih, tetapi tidak satu pun yang masuk
dalam peringkat seratus perguruan tinggi unggul di Asia, apalagi
Perguruan Tinggi di bawah Depag, masih jauh dari harapan.

Kualitas PT di Indonesia saat sekarang sangat bevariasi. Untuk PTN


di Jawa, sebanyak 60% mencapai kualifikasi layak minimum atau
memenuhi syarat sebuah pendidikan tinggi sedangkan PTN di luar Pulau
Jawa yang layak minimum mencapai 50% dari jumlah PT yang ada. Untuk
kondisi PTS, di Jawa hanya 30% yang layak minimum dan di luar Pulau
Jawa hanya ada 10% PTS mencapai kualifikasi layak minimum.

Mencermati kondisi seperti itu, PT di Indonesia menghadapi


tantangan dan tanggung jawab yang kompleks. Apalagi jika dikaitkan
dengan harapan-harapan pembangunan nasional yang dibebankan pada
PT menuju masyarakat Indonesia baru. Fokus pembangunan harus tetap
diletakkan pada pembangunan sumber daya manusia seiring dengan
pembangunan ekonomi. Sepatutnya kita berterima kasih kepada wakil-
wakil rakyat yang duduk di MPR (dalam sidang tahunan bulan Agustus
2002) telah mengamandemen UUD dan menetapkan anggaran pendidikan
sebesar 20% dari APBN dan APBD. Hal ini merupakan angin segar bagi
kalangan pendidikan, namun jangan sampai anggaran tersebut
membengkak pada urusan-urusan teknis tetapi harus difokuskan pada hal-
hal yang mendasar, yakni perbaikan kualitas pendidikan dan pengajaran
serta pengembangan riset dan publikasi ilmiah.

Pembangunan kualitas SDM yang dibebankan pada setiap PT


menunjukkan komitmen masyarakat, pemerintah, wakil-wakil rakyat di
legislatif, dan bangsa Indonesia secara keseluruhan dalam mengejar
ketertinggalan dan keunggulan di era persaingan global. Oleh karena itu,
peningkatan kualitas dan transformasi institusi PT sebagai mitra
pemerintah merupakan bagian yang sangat mendasar dan esensial dalam
pengembangan SDM ini. Hal ini berarti PT mempunyai peran yang sangat
penting dan strategis dalam upaya peningkatan kualitas SDM menuju
Indonesia baru.

Untuk mewujudkan peran tersebut diperlukan transformasi dan


strategi institusi PT. Transformasi institusi ini sekurang-kurangnya
mempunyai tiga dimensi utama: (1) transformasi pada tingkat
kelembagaan PT itu sendiri, (2) transformasi pada tingkat nasional yang
menyangkut keseluruhan PT, dan (3) transformasi yang sifatnya global,
menyangkut kepentingan internasional.

Pertama, transformasi kelembagaan difokuskan pada upaya


peningkatan kemampuan manajemen kelembagaan PT, sehingga
relevansi, atmosfer akademik, kualitas, akuntabilitas, dan efisiensi PT
mencapai standar yang sifatnya universal. Kemampuan institusi yang
tinggi dapat meletakkan masing-masing PT memiliki respons yang kuat
dan tajam terhadap berbagai tuntutan dan tantangan pembangunan
nasional, terutama dalam konteks pembangunan SDM, ipteks, dan
budaya.

Kedua, transformasi yang bersifat makro pada tingkat nasional


difokuskan pada perwujudan misi nasional terutama dikaitkan dengan misi
PT untuk menjawab tuntutan dan tantangan pembangunan nasional dari
berbagai dimensi dan permasalahannya.

Ketiga, transformasi yang bersifat global difokuskan pada


perwujudan fungsi PT sebagai institusi yang memimpin dan memegang
kendali dalam perkembangan ipteks, budaya, dan pengembangan SDM.
Transformasi global ini berpangkal dari kebijakan nasional yang
mengaitkan fungsi PT sebagai variabel strategis dalam pembangunan
berbagai sektor kehidupan.

Transformasi pendidikan harus bergulir dan harus merupakan


pekerjaan tanpa akhir. Para pembaharu perguruan tinggi perlu stamina
dan nafas panjang, serta pandai mengatur irama perjuangannya. Ada dua
kendala besar yang akan dihadapi dalam rangka transformasi perguruan
tinggi ini:
Pertama, birokrasi pendidikan tinggi yang ketat. Menurut Di atas
puing-puing mahligai birokrasi yang membawa bencana itu, kita memulai
sesuatu yang baru.
Kedua, proses transformasi pendidikan berada dalam kultur politik
yang sangat dekaden. Kultur politik itu juga merupakan hasil sistem
pendidikan yang ada, di samping lingkungan yang mengitarinya. Hal ini
merupakan masalah besar, yang membutuhkan taktik dan strategi yang
jitu.

Akan tetapi adanya banyak kendala di atas tidak akan menurunkan tekat
para pengelola perguruan tinggi untuk senantiasa melakukan perbaikan
dan reformasi kelembagaan sehingga kualitas pendidikan tinggi di
Indonesia akan semakin membaik dari waktu ke waktu. Jika reformasi
kelembagaan tidak dilakukan secara simultan, maka kualitas pendidikan
kita akan terus ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara di Asia
lainnya. Wallahu a’lam bishawab.

Anda mungkin juga menyukai