Anda di halaman 1dari 23

BAB II

MOTOR INDUKSI TIGA FASA


2.1 Umum
Motor listrik merupakan beban listrik yang paling banyak digunakan di dunia,
Motor induksi tiga fasa adalah suatu mesin listrik yang mengubah energi listrik menjadi
energi gerak dengan menggunakan gandengan medan listrik dan mempunyai slip antara
medan stator dengan medan rotor. Penamaan motor ini berasal dari kenyataan bahwa
arus rotor motor ini bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang
terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan
putar yang dihasilkan arus stator.
Motor induksi memiliki konstruksi yang kuat, sederhana, handal, serta berbiaya
murah. Di samping itu motor ini juga memiliki effisiensi yang tinggi saat keadaan normal
dan tidak membutuhkan perawatan yang banyak. Namun, motor induksi memiliki
kelemahan dalam hal pengaturan kecepatan. Dimana pada motor induksi pengaturan
kecepatan tidak bisa dilakukan tanpa merubah efisensi.
2.2 Konstruksi Motor Induksi Tiga Fasa
Secara umum konstruksi motor induksi tiga fasa terdiri dari stator dan rotor.
Stator merupakan bagian dari mesin yang tidak berputar dan terletak pada bagian luar.
Sedangkan rotor merupakan bagian dari mesin yang berputar dan letaknya pada bagian
dalam. Konstruksi motor induksi dapat dilihat pada gambar berikut.

6
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1 Konstruksi motor induksi tiga fasa


1.

Stator
Stator adalah bagian dari mesin yang tidak berputar yang terletak pada bagian

luar dan merupakan tempat mengalirkan arus beban. Stator terbuat dari besi bundar
berlaminasi yang mempunyai alur alur sebagai tempat meletakkan kumparan. Elemen
laminasi inti dibentuk dari lembaran besi (Gambar 2.2 (a)), tiap lembaran besi tersebut
memiliki beberapa alur dan beberapa lubang pengikat untuk menyatukan inti. Tiap
kumparan tersebar dalam alur yang disebut belitan phasa dimana untuk motor tiga
phasa, belitan tersebut terpisah secara listrik sebesar 120o. Alur pada tumpukan laminasi
inti diisolasi dengan kertas (Gambar 2.2.(b)). Kemudian tumpukan inti dan belitan stator
diletakkan dalam cangkang silindris (Gambar 2.2.(c)). Berikut ini contoh lempengan
laminasi inti, lempengan inti yang telah disatukan, dan belitan stator yang telah
dilekatkan pada cangkang luar untuk motor induksi tiga phasa.

(a)

(b)

(c)

Gambar 2.2 Komponen stator motor induksi tiga fasa


7
Universitas Sumatera Utara

(a)

Lempengan inti

(b)

Tumpukan inti dengan isolasi kertas

(c)

Tumpukan inti dan kumparan dalam cangkang stator.

2.

Rotor
Rotor adalah bagian dari mesin yang berputar dan letaknya pada bagian dalam.

Pada motor induksi terdapat dua tipe rotor yang berbeda yaitu rotor sangkar tupai dan
rotor belitan. Kedua tipe rotor ini menggunakan laminasi melingkar yang terikat erat
pada poros. Penampang rotor sangkar tupai memiliki konstruksi yang sederhana. Batang
rotor dan cincin ujung sangkar tupai yang kecil merupakan coran tembaga atau
aluminium dalam satu lempeng pada inti rotor. Pada motor yang lebih besar, batang
rotor dibenamkan dalam alur rotor dan kemudian di las dengan kuat ke cincin ujung.
Apabila dilihat tanpa inti rotor, maka batang rotor ini kelihatan seperti kandang
tupai.oleh karena itu motor induksi dengan rotor sangkar tupai dinamakan motor
induksi sangkar tupai.
Pada ujung cincin penutup delekatkan kipas yang berfungsi sebagai pendingin.
Rotor jenis ini tidak terisolasi, karena batangan dialiri arus yang besar pada tegangan
rendah. Motor induksi dengan rotor sangkar tupai ditunjukkan pada Gambar 2.3.
Cincin
aluminium

aluminium

Batang poros
(a)

(b)

Gambar 2.3 (a) tipikal rotor sangkar, (b) motor induksi rotor sangkar.

8
Universitas Sumatera Utara

Pada tipe rotor belitan, slot rotor menampung belitan terisolasi yang mirip
dengan belitan pada stator. Belitan rotor terdistribusi merata, biasanya terhubung
bintang dan masing masing ujung fasa terbuka yang terhubung pada cincin slip yang
terpasang pada rotor. Pada motor rotor belitan, sikat karbon menekan cincin slip, oleh
karena itu tahanan eksternal dapat dihubungkan seri dengan belitan rotor untuk
mengontrol torsi start dan kecepatan selama pengasutan. Penambahan tahanan
eksternal pada rangkaian rotor belitan menghasilkan torsi yang lebih besar dengan arus
pengasutan yang lebih kecil dibanding rotor sangkar. Konstruksi motor induksi tiga fasa
rotor belitan ditunjukkan pada Gambar 2.4.

(a)

(b)

Gambar 2.4 (a) tipikal rotor belitan, (b) motor induksi rotor belitan

2.3 Medan Putar


Perputaran rotor pada motor arus bolak balik terjadi akibat adanya medan
putar ( fluks yang berputar ) yang memotong rotor. Medan putar ini terjadi apabila
kumparan stator dihubungkan dengan suplai fasa banyak, umumnya tiga fasa. Pada saat
terminal tiga fasa motor induksi dihubungkan dengan suplai tiga fasa maka arus bolak
balik tiga fasa ia, ib, ic yang terpisah sebesar 1200 derajat satu sama lain akan mengalir
pada kumparan stator. Arus arus ini akan menghasilkan gaya gerak magnet yang
kemudian menghasilkan fluks yang berputar atau disebut juga medan putar.
9
Universitas Sumatera Utara

Untuk melihat bagaimana medan putar dihasilkan, maka dapat diambil contoh
sebuah motor induksi tiga fasa yang dihubungkan dengan sumber tiga fasa sehingga
pada stator mengalir arus tiga fasa yang kemudian menghasilkan medan putar, seperti
berikut ini :

Pada kondisi t0 dan t4 :


ia = Imax

Fa = Fmax

ib =

Fb =

Fmax

ic =

Fc =

Fmax

Pada kondisi t1 :
ia = 0

Fa = 0

ib =

Fb =

ic =

Fc =

Fmax
Fmax

Pada kondisi t2 :
ia = - Imax

Fa = - Fmax

ib =

Fb = Fmax

ic =

Fc = Fmax

10
Universitas Sumatera Utara

Pada kondisi t3 :
ia = 0

Fa = 0

ib =

Fb =

ic =

Fc =

(a)

Fmax
Fmax

(b)

(d)

(c)

Gambar 2.5 (a) kondisi t0 dan t4, (b) kondisi t1, (c) kondisi t2, (d) kondisi t3.
Kecepatan putaran medan putar stator dinamakan kecepatan sinkron, medan
putar stator kemudian memotong konduktor pada batang rotor sehingga pada
konduktor rotor timbul tegangan induksi yang mengakibatkan rotor ikut berputar
setelah melalui beberapa proses. Arah putaran rotor motor induksi searah dengan arah
putaran medan putar, namun kecepatan putaran rotor lebih rendah dari kecepatan
sinkronnya. Perbedaan kecepatan putaran ini dinamakan slip motor induksi.
2.4 Slip
Kecepatan putaran rotor motor induksi harus lebih lambat dari kecepatan
sinkronnya supaya konduktor pada rotor selalu dipotong oleh medan putar, sehingga
pada rotor timbul tegangan induksi yang akan menghasilkan arus induksi pada rotor.
Arus induksi ini kemudian berinteraksi dengan fluks yang dihasilkan stator sehingga
menghasilkan torsi. Selisih antara kecepatan putaran rotor dengan kecepatan
11
Universitas Sumatera Utara

sinkronnya disebut slip (s). Pada umumnya slip dinyatakan dalam persen dari kecepatan
sinkron,

Dimana :
Ns = kecepatan sinkron
Nr = kecepatan putaran rotor
2.5 Prinsip Kerja Motor Induksi Tiga Fasa
Motor induksi adalah peralatan pengubah energi listrik ke bentuk energi
mekanik. Listrik yang diubah merupakan listrik tiga fasa. Dalam motor induksi, tidak ada
hubungan listrik ke rotor, arus rotor merupakan arus induksi. Tetapi ada kondisi yang
sama seperti motor dc, dimana pada rotor mengalir arus. Arus ini berada dalam medan
magnetik sehingga akan terjadi gaya (F) pada rotor yang akan menggerakkan rotor
dalam arah tegak lurus medan.
Untuk memperjelas prinsip kerja motor induksi tiga fasa, maka dapat dijabarkan
dalam langkah langkah berikut:
1. Apabila terminal stator motor induksi tiga fasa dihubungkan dengan sumber tegangan
tiga fasa, maka pada kumparan stator mengalir arus tiga fasa.
2. Arus pada tiap fasa mengahasilkan fluksi bolak balik yang berubah ubah.
3. Penjumlahan atau interaksi ketiga fluksi bolak balik tersebut menghasilkan medan
putar yang berputar dengan kecepatan putar sinkron Ns. Besarnya nilai Ns ditentukan
oleh jumlah kutub p dan frekuensi stator f yang dirumuskan dengan :

( rpm

(2.2)

Dimana :
12
Universitas Sumatera Utara

f = frekuensi sumber
P = jumlah kutub
4. Fluksi yang berputar tersebut akan memotong konduktor pada batang rotor. Akibatnya
pada kumparan rotor timbul tegangan induksi (ggl) sebesar E2 yang besarnya adalah :
( Volt )
dimana :

(2.3)

E2 = Tegangan induksi pada rotor saat rotor dalam keadaan diam (Volt)
N2 = Jumlah lilitan kumparan rotor
m = Fluksi maksimum(Wb)
5. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup, maka ggl tersebut akan
menghasilkan arus I2
6. Adanya arus I2 di dalam medan magnet akan menimbulkan gaya F pada rotor.
7. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya F cukup besar untuk memikul kopel beban,
rotor akan berputar searah medan putar stator
8. Perputaran rotor akan semakin meningkat hingga mendekati kecepatan sinkron.
Perbedaan kecepatan medan stator (Ns) dan kecepatan rotor (Nr) disebut slip (s) dan
dinyatakan seperti pada persamaan (2.1).
9. Pada saat rotor dalam keadaan berputar, besarnya tegangan yang terinduksi pada
kumparan rotor akan bervariasi tergantung besarnya slip. Tegangan induksi ini
dinyatakan dengan E2s yang besarnya
( Volt )

(2.4)

dimana :
E2s=tegangan induksi pada rotor dalam keadaan berputar (Volt)
13
Universitas Sumatera Utara

f2=s.f = frekuensi rotor (frekuensi rotor dalam keadaan berputar)


10. Bila Ns = Nr, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir pada
kumparan rotor, karenanya tidak dihasilkan kopel. Kopel ditimbulkan jika

Nr <

Ns. Apabila Nr > Ns maka mesin induksi akan beroperasi sebagai generator induksi yang
akan menghasilkan energi listrik.
2.6 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa
Sebuah motor induksi identik dengan sebuah transformator. Oleh sebab itu,
rangkaian ekivalen motor induksi mirip dengan rangkaian ekivalen transformator.
Perbedaannya hanyalah bahwa kumparan rotor dari motor induksi berputar, yang
berfungsi untuk menghasilkan daya mekanik. Rangkaian ekivalen motor induksi
dihasilkan dengan cara yang sama sebagaimana halnya pada transformator. Semua
parameter-parameter rangkaian ekivalen yang akan dijelaskan berikut mempunyai nilainilai perfasa hal ini dimaksudkan untuk mempermudah analisis.
2.6.1 Rangkaian Ekivalen Stator
Putaran gelombang fluks pada celah udara membangkitkan ggl lawan tiga
fasa yang seimbang

pada belitan stator. Rangkaian ekivalen stator, seperti gambar

2.6 berikut ini.

jX 1

R1

+
I0

I1
V1

Ic

Rc X m I m

''
2

E1
-

Gambar 2.6. Rangkaian ekivalen stator per-fasa motor induksi.

14
Universitas Sumatera Utara

Besarnya tegangan terminal stator

manjadi penjumlahan ggl lawan

dan jatuh tegangan pada impedansi bocor stator

, dapat dinyatakan sebagai

berikut :
(2.5)
dimana:
= tegangan terminal stator (Volt)
= ggl lawan yang dihasilkan oleh fluks celah udara resultan (Volt)
= arus stator (Ampere)
= tahanan efektif stator (Ohm)
= reaktansi bocor stator (Ohm)
Sebagaimana halnya pada transformator, arus stator
komponen. Komponen pertama

terdiri dari dua

adalah komponen beban yang akan menghasilkan

fluks yang akan melawan fluks yang dihasilkan oleh arus rotor. Komponen lainnya yaitu
, arus

ini terbagi lagi menjadi dua komponen yaitu komponen rugi-rugi inti

sefasa dengan komponen rugi-rugi inti

dan komponen magnetisasi

menghasilkan fluks magnetik pada inti dan celah udara yang tertinggal
2.6.2

yang

dari

yang
.

Rangkaian Ekivalen Rotor


Pada saat rotor dalam kondisi diam yaitu kondisi sesaat rotor sebelum bergerak,

kecepatan relative diantara putaran medan magnet dengan konductor rotor adalah
kecepatan sinkron Ns. Pada kondisi ini tegangan induksi yang dibangkitkan pada
rangkaian rotor adalah
mengalir arus

. karena seluruh belitan rotor dihubung-singkat maka akan

akibat ggl induksi

pada rotor. Sehingga dapat dituliskan

persamaannya sebagai berikut :

15
Universitas Sumatera Utara

(2.6)

Dari bentuk persamaan di atas, rangkaian ekivalen rotor perfasa dalam keadaan diam
digambarkan seperti gambar berikut.

R2
I2

E2

jX 2

Gambar 2.7. Rangkaian ekivalen per-fasa rotor motor induksi keadaan diam
dimana :
= arus rotor dalam keadaan diam (Ampere)
= ggl induksi rotor dalam keadaan diam (Volt)
= resistansi rotor (Ohm)
= reaktansi rotor dalam keadaan diam (Ohm)
Setelah rotor berputar maka ggl rotor perfasa

dan reaktansi rotor perfasa

masing-masing dipengaruhi oleh frekuensi, nilai reaktansi rotor dapat dijelaskan dari
persamaan di bawah ini dimana nilainya tergantung dari induktansi dan frekuensi rotor.
= rL2 = 2f2L2
Dengan

f2 = sf,

(2.7)
(2.8)

Maka:
= 2sfL2
= s(2fL2)
=sX2

(2.9)

16
Universitas Sumatera Utara

Dengan demikian nilai

dan X2 bergantung terhadap slip s, sementara nilai resistansi

tidak dipengaruhi oleh frekuensi sehingga tidak tergantung terhadap

rotor perfasa

nilai slip s. Sehingga dari persamaan di atas dapat dibuat persamaannya menjadi :

(2.10)

Dengan membagi pembilang dan penyebut pada persamaan di atas dengan s, maka nilai
arus rotor diperoleh seperti berikut :

(2.11)

Nilai dari

sekarang lebih besar dari R2 dikarenakan s memiliki nilai dalam bentuk

pecahan. Untuk itu,

dapat dipecah menjadi sebuah bagian yang bernilai konstan R2

dan sebuah bagian yang variabel (


=

), yaitu:

1
1
s

(2.12)

Bagian pertama R2 merupakan tahanan rotor/fasa dan mewakilkan rugi tembaga. Bagian

1
s

kedua R2 1 merupakan sebuah beban tahanan-variabel. Daya yang dikirim ke


beban ini mewakilkan daya mekanik keseluruhan yang dibangun

di rotor. Untuk itu

beban mekanik pada motor dapat digantikan dengan sebuah beban tahanan-variabel

1
s

dengan nilai R2 1 . Ini diketahui sebagai tahanan beban RL.

17
Universitas Sumatera Utara

1
s

RL = R2 1

(2.13)

Dengan demikian persamaan (2.11) dapat dirubah menjadi :

(2.14)

1
R2 1
s

Dari persamaan (2.10), (2.11), (2.12) dan (2.14) di atas maka dapat digambarkan
rangkaian ekivalen rotor seperti gambar 2.8. di bawah ini.

+
I

'

'
2

sE2

jX 2

R2

I2
R2
s

E2

jsX 2

(a)

(b)

R2

jX 2

+
'

I2
1
R2 ( 1)
s

E2

(c)

Gambar 2.8. Rangkaian ekivalen rotor per-fasa keadaan berputar pada slip = s
2.6.3 Rangkaian Ekivalen Lengkap
Dari penjelasan rangkaian ekivalen pada stator dan rotor di atas, maka dapat
dibuat rangkaian ekivalen perfasa motor induksi tiga fasa pada masing masing fasa,
seperti halnya seperti rangkaian ekivalen sebuah transformator.

18
Universitas Sumatera Utara

jX 2

jX 1

R1

I0

I1
V1

Ic

Rc

jX m

''

'

I2
Im

I2

E2

E1

R2
s

Gambar 2.9. Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa


Untuk mempermudah perhitungan maka rangkaian ekivalen pada gambar di atas dapat
dilihat dari sisi stator, seperti gambar rangkaian ekivalen berikut.

jX 1

R1

jX 2'

+
I0

I1

Ic

V1

Rc

jX m

'

I2

R2
s

I m E1

'

(a)

jX 2'

R'2

jX 1

R1

+
I0

I1
V1

Ic

Rc

jX m

'

I2
' 1
R2 ( 1)
s

I m E1

(b)
Gambar 2.10. Rangkaian ekivalen per-fasa motor induksi dengan bagian rangkaian rotor
dinyatakan terhadap sisi stator

(a) dengan tahanan konstan

R2
s

'

19
Universitas Sumatera Utara

1
s

(b) dengan tahanan variabel R2 ( 1)


'

Dibawah kondisi kerja normal pada tegangan dan frekuensi konstan, rugi inti
pada motor induksi biasanya juga konstan. Dalam pandangan pada kenyataan ini,
tahanan rugi inti Rc yang mewakili rugi inti motor, dapat dihilangkan dari rangkaian
ekivalen motor induksi. Akan tetapi, untuk menentukan daya poros atau torsi poros, rugi
inti yang konstan harus diikut-sertakan dalam pertimbangan, bersama dengan gesekan,
rugi-rugi beban buta (stray-load losses) dan angin. Dengan penyederhanaan ini, maka
dapat digambar rangkaian ekivalen baru (gambar 2.11) seperti berikut ini.

I0

I1
V1

jX 2'

R'2

jX 1

R1

jX m

'

I2
E1

' 1
R2 ( 1)
s

Gambar 2.11. Rangkaian ekivalen per-fasa motor induksi tanpa rugi inti
2.7 Analisis Rangkaian ekivalen
Semua karakteristik kinerja motor induksi tiga fasa dapat ditentukan dari
rangkaian ekivalennya. Dalam menganalisis rangkaian ekivalen sebuah transformator,
bagian parallel dari rangkaian yang terdiri dari Re dan X dapat diabaikan atau
menggeser bagian parallel tersebut ke arah terminal primer. Namun cara ini tidak
diijinkan dalam menganalisis rangkaian ekivalen motor induksi. Hal ini dikarenakan
kenyataan bahwa arus penguatan pada transformator berkisar antara 2% sampai 6%
dari arus beban penuh dan juga reaktansi bocor primer per unitnya juga sangat kecil.
Sedangkan pada motor induksi, arus penguatan berkisar antara 30% sampai 50% dari

20
Universitas Sumatera Utara

arus beban penuh dan juga reaktansi bocor primer per unit cukup besar. Oleh sebab itu,
apabila komponen parallel rangkaian ekivalen motor induksi diabaikan maka akan
terdapat kesalahan yang besar dalam hal perhitungan daya dan torsi motor induksi.

jX 1

R1

jX 2'

''

I1

I2

jX m

V1

Im

R2
s

E1

'

Gambar 2.12. Rangkaian ekivalen motor induksi


Dari gambar rangkaian ekivalen diatas, arus stator dan rotor juga impedansi dapat
ditentukan seperti berikut.

(2.15)

(2.16)

(2.17)

Dari nilai arus stator dan rotor di atas maka daya celah udara dan torsi internal
per fasa dapat ditentukan. Daya celah udara adalah daya yang ditransfer dari stator ke
rotor sepanjang celah udara. Daya celah udara Pg dapat dituliskan seperti berikut.
21

Universitas Sumatera Utara

(2.18)

Pg = rugi ohmic rotor + daya mekanik internal yang dibangkitkan di rotor (Pm)
Pg = s Pg + (1-s) Pg
(2.19)

Sedangkan torsi internal yang dibangkitkan per fasa adalah :

(2.20)

(2.21)

2.8 Penentuan Parameter Rangkaian Ekivalen Motor Induksi


Parameter rangkaian ekivalen motor induksi dapat ditentukan dari percobaan
beban nol, percobaan rotor tertahan (blocked rotor), dan percobaan tahanan dc belitan
stator. Salah satu tujuan penentuan parameter motor induksi adalah untuk menguji
kebenaran data data yang ada pada name plate motor induksi tersebut.
(a). Percobaan beban nol. Tujuan percobaan beban nol adalah untuk
memperoleh nilai rugi inti, rugi rotasional dan menentukan parameter Xm. Pada
percobaan ini, motor induksi dioperasikan memeikul beban nol pada rating tegangan
dan frekuensinya. Besar tegangan yang disuplai pada belitan stator per fasa adalah

Vn1,

arus input In1, dan daya input Pn1. Nilai ini dapat dilihat pada alat ukur pada saat
melakukan percobaan beban nol.

22
Universitas Sumatera Utara

Kecepatan rotor motor induksi pada saat memikul beban nol mendekati atau
hampir sama besar dengan kecepatan sinkronnya. Oleh sebab itu, slip (snl) motor induksi
pada saat beban nol adalah sangat kecil atau mendekati nol, sehingga nilai

sangat

besar bila dibandingkan dengan X . pada keadaan ini arus yang mengalir ke rotor sangat
kecil. Dari pernyataan di atas, rangkaian ekivalen motor induksi pada saat memikul
beban nol adalah sebagai berikut.

jX 1

R1

In
Vn

jX m

Gambar 2.13 rangkaian ekivalen motor induksi beban nol


Dari gambar 2.12 di atas, reaktansi beban nol Xnl dilihat dari terminal stator adalah :
Xnl = X1 + Xm
(2.22)
Impedansi stator beban nol dapat ditentukan dari pembacaan alat ukur pada saat
percabaan beban nol.

(2.23)

Dan tahanan stator beban nol adalah :


(2.24)

Maka,

23
Universitas Sumatera Utara

(2.25)

Sedangkan rugi rugi putaran PR biasanya dapat dianggap konstan dan dapat ditentukan
dari persamaan berikut :

(2.26)
m adalah jumlah fasa stator dan r1 adalah tahanan stator per fasanya.
(b). Percobaan rotor tertahan. Tujuan percobaan rotor tertahan adalah untuk
menentukan nilai impedansi bocor. Pada percobaan ini poros rotor dipaksa untuk tidak
berputar dimana terminal stator terhubung sumber tegangan seimbang sesuai
ratingnya. Nilai tegangan per fasa Vbr, arus masukan Ibr, dan daya masukan Pbr didapat
dengan melihat alat ukur pada saat melakukan percobaan rotor tertahan. Rangkaian
ekivalen motor induksi pada percobaan rotor tertahan adalah sebagai berikut :

jX 1

R1

jX 2

Ibr
Vbr

r2

jXm

Gambar 2.14 rangkaian ekivalen motor induksi rotor tertahan

Dari pembacaan alat ukur pada saat percobaan, dapat ditentukan parameter motor
induksi sebagai berikut :
Impedansi rotor tertahan,

(2.27)
24
Universitas Sumatera Utara

Dan tahanan rotor tertahan,

(2.28)

Reaktansi rotor tertahan,

(2.29)

(c). Percobaan DC. Percobaan dc dilakukan untuk memperoleh nilai R1 yaitu


dengan menghubungkan sumber tegangan dc (Vdc) pada dua terminal input kemudian
arus dc nya diukur. Pada kondisi ini arus tidak mengali pada rotor karena tidak ada arus
yang terinduksi pada rotor.

Gambar 2.15 Rangkaian percobaan dc

Kemudian dari pembacaan alat ukur selama melakukan percobaan dapat


diperoleh:

(2.30)

25
Universitas Sumatera Utara

2.9 Aliran Daya dan Efisiensi Motor Induksi


2.9.1 Aliran Daya
Pada motor induksi, tidak ada sumber listrik yang langsung terhubung ke rotor,
sehingga daya yang melewati celah udara sama dengan daya yang diinputkan ke rotor.
Daya total yang dimasukkan pada kumparan stator (Pin) dirumuskan dengan

Pin = 3V1 I1 cos ( Watt )


(2.31)

dimana :
V1 = tegangan sumber perfasa (Volt)
I1

= arus masukan perfasa (Ampere)

= sudut phasa antara arus masukan dengan tegangan sumber.

Daya listrik yang diinputkan pada terminal stator kemudian diubah menjadi daya
mekanik pada poros rotor. Namun selama proses konversi energy listrik menjadi energy
gerak terdapat berbagai rugi rugi yang terjadi pada belitan, inti magnet, dan lain lain.
Rugi rugi tersebut antara lain :
1. Rugi rugi tetap, terdiri dari :
a) Rugi inti stator,

(watt)

b) Rugi gesek dan angin.


2. Rugi rugi variable, terdiri dari :
a) Rugi tembaga stator (Pts),

(watt)

b) Rugi tembaga rotor (Ptr),

(watt)

26
Universitas Sumatera Utara

Apabila daya yang disuplai pada terminal stator dikurangi dengan rugi rugi tembaga
dan rugi rugi inti, maka akan diperoleh besar daya listrik yang diubah menjadi daya
mekanik pada poros rotor.
Pmek = Pin Pi Pts Ptr (watt)
Gambar berikut menunjukkan aliran daya pada motor induksi tiga fasa.

Gambar 2.16 Aliran daya motor induksi


2.9.2 Efisiensi
Efisiensi motor induksi adalah ukuran keefektifan motor induksi untuk
mengubah energi listrik menjadi energi mekanik yang dinyatakan sebagai perbandingan
antara daya keluaran dan daya masukan. yang dapat dirumuskan seperti berikut :

p out pin ploses


p
=
=1 loses
pin
pin
pin

(2.32)

Bila dinyatakan dalam persen, maka :

p out
100%
pin

(2.33)

27
Universitas Sumatera Utara

Dari persamaan terlihat bahwa efisiensi motor bergantung pada besar rugi-ruginya.
Rugi-rugi pada persamaan tersebut adalah penjumlahan keseluruhan komponen rugirugi yang dibahas pada sub bab sebelumnya, yaitu :
Ploses = Pts + Ptr + Pi + Pa&g
Dimana :
Pts

= Rugi tembaga stator

Ptr

= Rugi tembaga rotor

Pi

= Rugi inti stator

Pa&g

= Rugi gesek dan angin

Pada motor induksi pengukuran efisiensi motor induksi ini dapat dilakukan dengan
beberapa cara seperti:

- Mengukur daya listrik masukan dan daya mekanik keluaran.


- Mengukur seluruh rugi-rugi dan daya masukan.

28
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai