Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TUMOR OVARIUM


Tumor ovarium adalah neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium. Tumor ovarium
berdasarkan konsistensinya bisa bersifat solid atau kistik. Tumor ovarium berdasarkan
histopatologinya bisa bersifat jinak atau ganas. Sembilan puluh persen tumor ovarium
adalah jinak, walaupun hal ini bervariasi dengan umur. Kebanyakan tumor ovarium jinak
bersifat kistik. Tumor ovarium jinak yang mempunyai komponen padat adalah
fibromata, thecomata, dermoid, Brenner tumor.11 Tumor ovarium terbagi atas tiga
kelompok berdasarkan struktur anatomi dari mana tumor itu berasal yaitu tumor epitel
ovarium, tumor germ sel, tumor sex cord stromal.1 Kanker ovarium ganas terdiri dari
90 95 % kanker epitel ovarium, dan selebihnya 5 10 % terdiri dari tumor germ sel
dan tumor sex cord-stroma.1

Gambar 2.1. Asal mula dari tiga tipe utama kanker ovarium.1

Universitas Sumatera Utara

90 95 % dari kanker ovarium ganas merupakan kanker epitel ovarium, dan selebihnya
5 10 % terdiri dari tumor germ sel dan tumor sex cord-stroma.1

2.1.1 Kanker epitel ovarium


Kanker epitel ovarium merupakan penyebab kematian lebih dari keseluruhan
keganasan ginekologi di Amerika Serikat.1 Di seluruh dunia 204.000 wanita terdiagnosa
setiap tahun dan 125.000 wanita meninggal karena penyakit ini.12 Dikarenakan tidak
ada test penapisan yang efektif untuk kanker ovarium dan gejala klinis yang kabur pada
stadium awal, sehingga tiga per empat pasien terdiagnosa sudah stadium lanjut.1 Tipe
tipe histologi kanker epitel ovarium berdasarkan klasifikasi histologi dari WHO adalah
sebagai berikut:1

Serous adenocarcinoma
Mucinous tumors
o Adenocarcinoma
o Pseudomyxoma peritonei
Endometrioid Tumors
o Adenocarcinoma
o Malignant mixed mullerian tumor
Clear cell adenocarcinoma
Transitional cell tumors
o Malignant Brenner tumor
o Transitional cell carcinoma
Squamous cell carcinoma
Mixed carcinoma
Undifferentiated carcinoma
Small cell carcinoma

Banyak faktor bisa mempengaruhi resiko timbulnya kanker ovarium (tabel 2.1).13 Pil
kontrasepsi oral mempunyai efek proteksi yang terkuat. Analisis dari 12 uji klinis kasus
kontrol yang terdiri dari 2197 pasien dengan kanker ovarium dibanding dengan 8893

Universitas Sumatera Utara

kontrol wanita menunjukkan odds ratio 0,66 0,7.14 Durasi penggunaan pil kontrasepsi
juga penting. Pada uji klinis kasus kontrol dari 441 wanita dengan kanker ovarium
didapati manfaat pada pemakai pil kontrasepsi oral lebih dari 3 tahun (OR 0,6).15 Uji
klinis kohort dari 17032 wanita menunjukkan keuntungan yang signifikan dari
pemakaian pil kontrasepsi oral selama 8 tahun atau lebih dibanding dengan pemakaian
4 tahun atau kurang.16
Tabel 2.1. Faktor resiko timbulnya kanker ovarium.13

Nullipara dan wanita tanpa anak mempunyai dua kali resiko mendapat kanker ovarium
karena berhubungan dengan periode jangka lama ovulasi berulang.17 Menarche awal
dan menopause lambat meningkatkan resiko kanker ovarium. Sebaliknya, menyusukan
bayi mempunyai efek proteksi, mungkin dikarenakan amenorrhoea yang lama.18 Ligasi
tuba dan histerektomi mengurangi resiko mendapat kanker ovarium.19 Secara
keseluruhan insiden kanker ovarium meningkat seiring dengan bertambahnya usia
hingga pertengahan 70-an sebelum berkurang sedikit pada wanita berusia lebih dari 80
tahun.20 Riwayat keluarga kanker ovarium pada kerabat derajat pertama yaitu ibu, anak
perempuan atau kakak, mempunyai tiga kali resiko mendapat kanker ovarium.1

Universitas Sumatera Utara

Secara keseluruhan angka ketahanan hidup 5 tahun untuk semua stadium kanker epitel
ovarium adalah 50 %, lebih rendah dari kanker uterus (80%) atau kanker servix (70%).1
Stadium yang ditentukan dengan operasi adalah variabel yang paling penting (Tabel
2.2).21
Tabel 2.2. Angka ketahanan hidup 5 tahun untuk setiap stadium FIGO pada kanker
epitel ovarium (n=4911 pasien).21
Stadium Ketahanan hidup 5 tahun (%)
I

86

II

70

III

34

IV

19

Kesempatan yang paling baik untuk mengurangi progresifitas kanker ovarium adalah
pada saat laparatomi pertama pada pasien. Tujuan penanganan bedah pada saat ini
adalah untuk menentukan secara akurat tingkat keparahan penyakit dan untuk
mengurangi volume residual tumor menjadi minimal.5 Dokter bedah seharusnya
mengkonfirmasi diagnosis, menentukan stadium sebaran penyakit dan kemudian
melakukan operasi kuratif atau mengeluarkan sebanyak mungkin jaringan ganas pada
operasi primer (debulking operation) sehingga memungkinan suksesnya lanjutan
kemoterapi

atau

radioterapi.22

Efektifitas

operasi

debulking

yang

optimal

memperpanjang interval bebas penyakit dan memperpanjang ketahanan hidup.23

Operasi pengangkatan tumor yang agresif, yang diikuti dengan kemoterapi berbasis
platinum, biasanya menyebabkan perbaikan secara klinis. Akan tetapi hingga 80 %

Universitas Sumatera Utara

wanita akan terjadi kekambuhan yang akhirnya menyebabkan bertambah parahnya


penyakit dan kematian.1 Prognosis kanker epitel ovarium tergantung pada stadium
kanker pada saat diagnosis, tipe histologi dan grading, volume tumor residu.24

2.1.2 Tumor germ sel


Tumor germ sel berasal dari element germinal dari ovarium dan terdiri dari sepertiga
dari seluruh neoplasma ovarium. Sub tipe yang paling sering adalah mature cystic
teratoma, juga sering disebut kista dermoid. 95 % dari tumor germ sel terdiri dari kista
dermoid dan biasanya jinak secara klinis. Sebaliknya tumor ganas germ sel hanya
merupakan 5 % dari kanker ovarium ganas di negara negara barat.1

Klasifikasi tumor germ sel ovarium penting untuk menentukan prognosa dan untuk
kemoterapi. Klasifikasi tumor germ sel adalah sebagai berikut:24

Dysgerminoma
Non dysgerminoma (kanker embrional)
o Differensiasi embrional
Mixed
Mature
Immature
o Differensiasi extra embrional
Choriocarcinoma
Endodermal sinus tumour (yolk sac tumour)
Extraembryonal carcinoma

Tiga ciri khas yang membedakan tumor ganas germ sel dari kanker epitel ovarium.
Pertama, tumor ganas germ sel sering timbul pada pasien usia muda, biasanya pada
usia belasan atau awal duapuluhan. Kedua, kebanyakan terdiagnosa pada stadium I.
Ketiga, prognosis yang bagus walaupun pasien berada pada stadium lanjut

Universitas Sumatera Utara

dikarenakan tumor ini sensitif pada kemoterapi. Terapi primer pada wanita yang masih
ingin hamil adalah pembedahan dengan tidak mengorbankan fertilitas.1

2.1.3 Tumor sex cord - stromal


Tumor sex cord stromal terdiri dari berbagai kelompok neoplasma yang jarang yang
berasal dari matriks ovarium. Klasifikasi histologi tumor ovarium sex cord - stromal dari
WHO adalah sebagai berikut:1

Granulosa-stromal cell tumors


o Granulosa cell tumor
Adult type
Juvenile type
o Thecoma-fibroma group
Thecoma
Fibroma/fibrosarcoma
Sclerosing stromal tumor
Sertoli-stromal cell tumors
o Sertoli cell tumor
o Sertoli - Leydig cell tumor
Sex cord tumor with annular tubules
Steroid cell tumors
o Stromal luteoma
o Leydig cell tumor
o Steroid cell tumor not otherwise specified
Unclassified
Gynandroblastoma

Sel sel dalam matriks ovarium berpotensi memproduksi hormon, dan hampir 90 %
dari tumor ovarium yang memproduksi hormon adalah tumor sex cord stromal.
Akibatnya, pasien dengan jenis tumor ini mempunyai gejala dan tanda klinis dari
kelebihan estrogen atau androgen. Reseksi dengan bedah merupakan terapi primer,
dan tumor sex cord stromal secara umum terbatas pada satu ovarium pada saat
diagnosis. Disamping itu, kebanyakan mempunyai pola tumbuh yang lambat dan

Universitas Sumatera Utara

rendah potensi keganasan. Oleh karena sebab sebab di atas, hanya beberapa pasien
memerlukan kemoterapi berbasis platinum. Walaupun penyakit kambuhan sering
mempunyai respon yang lemah pada pengobatan, pasien dapat bertahan hidup untuk
jangka waktu yang lama karena lambatnya pertumbuhan tumor. Secara keseluruhan
prognosis dari tumor sex cord stromal adalah baik terutama karena terdiagnosa pada
diagnose awal dan pembedahan kuratif. Dikarenakan jarangnya tumor jenis ini,
membatasi pemahaman perjalanan penyakit, terapi dan prognosis.1

2.2 Stadium Kanker Ovarium


Stadium

kanker

ovarium

diklasifikasikan

menurut

International

Federation

of

Gynecologist and Obstetricians (FIGO) 2000.24 Stadium kanker ovarium ditentukan


setelah pembedahan laparatomy surgical staging.24
Tabel 2.3. Stadium kanker ovarium menurut International Federation of Gynecologist
and Obstetricians (FIGO) 2000.24
Stadium Keterangan
I

Tumor terbatas pada ovarium

IA

Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul tumor utuh, tidak ada
pertumbuhan di permukaan ovarium, tidak ada sel tumor pada cairan asites
ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum

IB

Tumor terbatas pada dua ovarium, tidak ada pertumbuhan tumor pada
permukaan kapsul, tidak ada sel tumor pada cairan asites ataupun pada
bilasan cairan di rongga peritoneum

IC

Tumor terbatas pada satu atau dua dengan salah satu faktor dari kapsul
tumor yang pecah, pertumbuhan tumor pada permukaan kapsul, ditemukan
sel tumor ganas pada cairan asites ataupun bilasan rongga peritoneum

Universitas Sumatera Utara

II

Tumor pada satu atau dua ovarium dengan perluasan di pelvis

IIA

Tumor meluas ke uterus dan atau ke tuba tanpa sel tumor di cairan asites
ataupun bilasan rongga peritoneum

IIB

Tumor meluas ke jaringan organ pelvis lainnya tanpa sel tumor di cairan
asites ataupun bilasan rongga peritoneum

IIC

Perluasan di pelvis (IIA atau IIB) dengan ditemukan sel tumor di cairan asites
atau bilasan rongga peritoneum

III

Tumor pada satu atau dua ovarium disertai dengan perluasan tumor pada
rongga peritoneum di luar pelvis dengan atau metastasis ke kelenjar getah
bening regional

IIIA

Metastasis mikroskopis di luar pelvis

IIIB

Metastasis makroskopis di luar pelvis dengan besarnya lesi metastasis yang


kurang atau sama dengan 2 sentimeter

IIIC

Metastasis makroskopis di luar pelvis dengan besarnya lesi metastasis yang


lebih dari 2 sentimeter dan atau metastasis ke kelenjar getah bening regional

IV

Metastasis jauh ( di luar rongga peritoneum )

2.3 Cancer Antigen 125 (CA 125)


Pada tahun 1981, Bast dan kawan - kawan pertama kali mendeskripsikan CA 125,
suatu glikoprotein yang dikenal oleh antibodi monoklonal murine OC 125 sebagai
penanda untuk keganasan epithelial.25 CA 125 merupakan penanda tumor yang paling
banyak digunakan untuk kanker ovarium. CA 125 merupakan antigen yang diekspresi
oleh epitel coelomic dan amnion sewaktu perkembangan janin. CA 125 tidak diekspresi
oleh epitel ovarium normal pada orang dewasa atau janin. Pada orang dewasa, CA 125
terdapat pada jaringan yang berasal dari coelomic and epitel mullerian. Selain pada
kanker epitel ovarium primer, kadar CA 125 yang meningkat juga terdapat pada

Universitas Sumatera Utara

keganasan lainnya seperti kanker pankreas, kanker payudara dan paru paru dan
pada kasus kasus jinak seperti endometriosis, kehamilan ektopik, fibroids, arthritis
dan penyakit ginjal.26
Menurut Kenemans dan kawan kawan, batas kadar CA 125 ditentukan pada 35
U/ml dimana hanya 1% dari 888 wanita sehat mempunyai kadar yang melebihi angka
ini. Jika batas yang digunakan pada 65 U/ml, hanya 0,2% dari 888 wanita sehat
mempunyai kadar yang meningkat.27 Pada laporan uji klinis lainnya pada tabel 4
menunjukkan 0 5% wanita sehat mempunyai kadar lebih jika memakai 35 U/ml
sebagai batas normal dan 0 1,7% wanita sehat mempunyai kadar lebih jika memakai
65 U/ml (tabel 2.4).27 Kadar CA 125 yang tinggi melebihi 65 U/ml bisa terjadi pada
kehamilan trimester pertama dan sewaktu menstruasi. Pada saat mulainya menstruasi
kadar CA 125 bisa meninggi secara tiba tiba menjadi kadar lebih dari 300 U/ml,
kemungkinan disebabkan mudah masuknya CA 125 dari epitel endometrial ke dalam
sirkulasi sewaktu menstruasi. Penjelasan lain mungkin menunjukkan bahwa mundurnya
darah menstruasi ke rongga abdomen, menyebabkan reaksi inflamasi lokal dan
meningkatnya CA 125.27

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.4. Kadar CA 125 pada wanita sehat.27

27

(dikutip dari Kenemans dan kawan kawan)

Banyak uji klinis dilakukan dengan mengukur kadar CA 125 pada pasien dengan
penyakit jinak. Persentase meningginya CA 125 melebihi 35 U/ml berkisar 2 hingga
42% dan yang melebihi 65 U/ml berkisar 1 hingga 16%, bergantung populasi yang diuji.
Beberapa penyakit jinak ditemukan berhubungan dengan kadar CA 125, yang
menyebabkan problem diagnosa banding. Pasien yang mempunyai gagal jantung
kongestif, tuberkulosis, atau sirosis hepatis bisa mempunyai hasil yang positif, seperti
juga pasien dengan penyakit ginekologi jinak seperti myoma uteri dan tumor ovarium
jinak. Pasien dengan endometriosis atau kista endometriosis bisa mempunyai kadar CA
125 yang sangat tinggi (tabel 2.5)27. Neoplasma ovarium jinak lainnya juga bisa
mempunyai hasil positif pada 1/6 pasien (tabel 2.6).27

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.5. Kadar CA 125 pada endometriosis dan atau kista endometriotik.27

27

(dikutip dari Kenemans dan kawan kawan)

Test serum CA 125 bisa positif pada berbagai jenis kasus malignan non ovarium.
Karsinoma ginekologi yang lain seperti pada endometrium bisa positif pada beberapa
kasus. Hal ini berlaku juga pada kanker non ginekologi seperti kolon dan pankreas bisa
meningkatkan kadar serum CA 125 (Tabel 2.7).27 Tumor berasal dari organ organ
selain ovarium bisa meningkatkan kadar CA 125 jika sudah metastasis ke ovarium.

Universitas Sumatera Utara

Oleh karena itu fungsi test CA 125 kurang mempunyai nilai untuk diagnosa banding
berbagai jenis keganasan.27
Tabel 2.6. Kadar CA 125 pada neoplasma ovarium jinak.27

27

(dikutip dari Kenemans dan kawan kawan)

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.7. Kadar CA 125 pada keganasan non ovarium.27

27

(dikutip dari Kenemans dan kawan kawan)

Kadar serum CA 125 pada kanker ovarium sebelum diterapi mencerminkan jumlah
antigen yang berhubungan dengan tumor dalam sirkulasi dalam hubungannya dengan
beratnya penyakit pada saat ditentukan stadium. 27 Tabel 2.8 menyimpulkan hubungan
kadar CA 125 sebelum terapi dengan kanker ovarium sesuai dengan stadium menurut
FIGO. Pada stadium I, hanya 41 % dari semua pasien mempunyai peningkatan kadar
serum CA 125. Oleh karena itu pada lebih dari setengah jumlah pasien dengan
keganasan terbatas pada satu atau dua ovarium (dengan atau tanpa sel malignan pada
cairan asites atau cairan pencucian abdominal) kadar serum CA 125 berada dalam
batas normal.27 Kadar CA 125 yang meningkat didapati pada 50 % pasien dengan
kanker ovarium stadium I dan > 90% wanita dengan kanker ovarium stadium lanjut.3
Dikarenakan keterbatasan ini, sensitivitas CA 125 dalam mendeteksi penyakit
diperkirakan hanya 70-80% dengan spesifisitas 98,6% hingga 99,4% serta rendahnya
nilai prediksi positif(positive prediktif value) sebesar 3%.2

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.8. Kadar CA 125 pada kanker ovarium sebelum terapi menurut stadium dari
FIGO.27

27

(dikutip dari Kenemans dan kawan kawan)

Ketika kadar CA 125 sebelum terapi dikelompokkan sesuai dengan tipe histologi,
terbukti bahwa kebanyakan kanker epitel ovarium non musinosum mempunyai
peningkatan kadar serum (tabel 2.9). Tumor musinosum mempunyai peningkatan kadar
CA 125 hanya pada 58% kasus. Karsinoma ovarium bukan berasal dari lapisan epitel
ovarium juga menyebabkan kadar CA 125 meningkat.27

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.9. Kadar CA 125 pada kanker ovarium sebelum terapi menurut tipe histologi.27

27

(dikutip dari Kenemans dan kawan kawan)

Kadar serum CA 125 mempunyai nilai klinis untuk memonitor penyakit dan mendeteksi
adanya kekambuhan. Karakteristik yang penting dari penanda tumor ini adalah
kemampuannya mencerminkan sifat dari tumor ganas sewaktu terapi atau pada periode
kontrol sesudah selesainya terapi.27
2.4 Ultrasonografi
Ultrasonografi sering dilakukan untuk mengevaluasi massa di pelvis dan ovarium. Kista
simple (simple cyst) adalah salah satu massa pelvis yang paling sering. Gambaran
klasik sonografi dari kista simple adalah batas yang rata dan regular, anechoic dan
adanya peningkatan akustik posterior. (gambar 2.2)1

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.2. Simple cyst.1


Pada umumnya, tumor ganas ovarium mempunyai gambaran multilokulasi, komponen
padat atau echogenik dan mempunyai septa yang tebal dengan area nodular. 1 (gambar
2.31, gambar 2.429, gambar 2.530)

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.3. Massa kompleks ovarium. 1

Gambar 2.4. Gambaran multilokulasi dari cystadenocarcinoma mucinosum ovarium.


Tampak komponen solid dan septa yang tebal dan irregular. 29

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.5. Sonogram transvagina dari kanker ovarium menunjukkan kista multilokular
dengan nodule solid.30
Sonografi kurang membantu pada pasien dengan tumor ovarium ganas stadium lanjut.
Sonogram pelvis mungkin sulit menginterpretasi uterus, adnexa dan struktur
sekelilingnya jika ada massa besar di abdomen. Gambaran asites mudah terlihat pada
ultrasonografi.(gambar 2.6)1

Gambar 2.6. Asites mengelilingi ovarium yang membesar.1

Universitas Sumatera Utara

Pemakaian ultrasonografi juga telah dipelajari untuk membedakan tumor ovarium ganas
dan tumor ovarium jinak. Jacob dan kawan kawan memakai skor ultrasonografi
dimana skor ditentukan dengan memberikan nilai satu dari setiap karakteristik yang
dijumpai pada ultrasonografi seperti multilokulasi kista ovarium, komponen solid pada
tumor ovarium, lesi bilateral, asites dan adanya bukti metastasis intra abdomen.5 Jacob
dan kawan kawan mendapati bahwa ultrasonografi dengan skor 2 memberikan
sensitivitas 71 % dan spesifisitas 83%.5 Akan tetapi penggunaan ultrasonografi masih
terkendala pada interpretasi. Karakteristik keganasan pada ultrasonografi juga bisa
didapati pada tumor ovarium jinak.9 Uli J dan kawan-kawan mendapati bahwa
tingginya angka false positif yaitu 27% terutama disebabkan adanya tumpang tindih
gambaran ultrasonografi tumor jinak (seperti myoma geburt, kista endometriosis, serous
dan mucinous cystadenoma) dengan tumor ovarium ganas.10

Sassone dan kawan-kawan telah mengembangkan sistim skoring untuk membedakan


tumor ovarium jinak dan tumor ovarium ganas dengan mencakup struktur dinding
dalam, tebal dinding kapsul, adanya septa, tebal septa, dan echogenesitas. Setiap
karakteristik diberikan skor antara 1 dan 5. Skor minimum adalah 4 dan skor maksimum
adalah 15. Skor < 9 mengindikasikan resiko keganasan rendah. Skor 9 beresiko tinggi
keganasan. Sistim skor tersebut mencapai maksimum sensitivitas 100%, spesifisitas
83% dan positive predictive value 37% dalam membedakan tumor ovarium jinak dan
ganas. Ukuran ovarium > 5 cm pada ultrasonografi transvaginal mempunyai 2.5 kali
resiko malignan dibanding dengan ovarium yang lebih kecil. Jika ovariumnya normal
atau tidak terlihat, maka dianggap skor ultrasonografinya < 5. (gambar 2.7)31

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.7. Sistim skoring dari Sassone. 31

Universitas Sumatera Utara

Sistem skoring yang sama dengan menggunakan ultrasonografi transvagina untuk


menilai ovarium telah dikembangkan oleh Kurjak dan kawan-kawan. Sistim skoring ini
bukan hanya menilai gambaran morfologi keganasan, tetapi juga mencakup perubahan
fungsional yang berhubungan dengan keganasan dengan skoring untuk ada tidaknya
neovaskularisasi dan aliran resisten menggunakan Doppler pulsasi dan warna.9

Walaupun beberapa metode prediksi dari ultrasonografi telah dideskripsikan untuk


membedakan tumor ovarium ganas dan tumor ovarium jinak, belum ada yang dipakai
secara universal.1

2.5 Indeks resiko keganasan (IRK)


Jacob dan kawan - kawan pada tahun 1990, membuat indeks resiko keganasan (IRK)
berdasarkan serum CA 125, status menopause, dan hasil ultrasonografi, dan
merekomendasikan penggunaannya untuk membedakan tumor jinak atau ganas dari
tumor ovarium. Dari hasil penelitian Jacob dan kawan - kawan, dengan menggunakan
indeks resiko keganasan (IRK) dengan skor IRK = 200, sensitivitasnya adalah 85,4%
dan spesifisitasnya adalah 96,9%. Hasil ini lebih akurat dibandingkan dengan
penggunaan ultrasonografi dan serum CA 125 secara sendiri - sendiri.5 Mereka juga
menyarankan bahwa IRK bisa digunakan untuk merujuk pasien ke pusat onkologi untuk
mendapat pengobatan yang lebih sesuai dan terapi pembedahan yang lebih efektif.32
Pada tahun 1996, Tingulstad dan kawan - kawan juga membuat Indeks Resiko
Keganasan yang dinamakan IRK 2.34 Sedangkan yang dibuat oleh Jacob dan kawan

Universitas Sumatera Utara

kawan dinamakan IRK 1. Pada tahun 1999, Tingulstad dan kawan - kawan
memodifikasinya menjadi IRK 3.35 Adapun perbedaan di antara ketiga indeks adalah
terletak pada perbedaan skor dari hasil ultrasonografi dan skor status menopausal
sementara itu karakteristik ultrasonografi yang digunakan adalah sama serta rumus
yang digunakan adalah sama. Tabel 2.10 menunjukkan perbedaan antara ketiga IRK.
Tabel 2.10. Perbedaan antara ketiga IRK.

IRK 1

Status Menopause

Skor Ultrasonografi

M = 1 jika belum menopause

U = 0 jika (-) karakteristik

M = 3 jika sudah menopause

U = 1 jika ada 1karakteristik


U = 3 jika 2 karakteristik

IRK 2
IRK 3

M = 1 jika belum menopause

U = 1 jika 1 karakteristik

M = 4 jika sudah menopause

U = 4 jika 2 karakteristik

M = 1 jika belum menopause

U = 1 jika 1 karakteristik

M = 3 jika sudah menopause

U = 3 jika 2 karakteristik

Keterangan: IRK 1 menurut Jacob dkk,1990; IRK 2 (menurut Tingulstad dkk, 1996);
IRK 3 ( menurut Tingulstad dkk, 1999)
Perbedaan sensitivitas, spesifisitas dan positive predictive value diantara ketiga IRK
bisa terlihat pada tabel 2.11.
Tabel 2.11. Sensitivitas, spesifisitas dan positive predictive value pada IRK 1, IRK 2,
IRK3.
Sensitivitas
Spesifisitas
Positive Predictive Value
IRK 1 5
85,4 %
96,9 %
92,3 %
34
IRK 2
80 %
92 %
83 %
IRK 3 35
71 %
92 %
69 %
Manjunath dan kawan kawan telah meneliti mengenai ketiga IRK tersebut dan
menyatakan bahwa IRK lebih akurat dibandingkan dengan status menopause, kadar

Universitas Sumatera Utara

serum Ca 125 dan karakteristik ultrasonografi dalam menapiskan keganasan. Tidak ada
perbedaan bermakna dari ketiga IRK dalam mengidentifikasi keganasan.36

Sistim skoring dengan menggunakan Doppler berwarna memerlukan teknologi yang


mahal yang tidak tersedia pada kebanyakan tempat. IRK merupakan sistim skoring
yang sederhana dan komponen ultrasonografinya mencakup karakteristik yang mudah
terlihat dengan menggunakan ultrasonografi transabdominal.9
Indeks resiko keganasan (IRK-1) menurut Jacob dan kawan - kawan dihitung dengan
menggunakan rumus :5
IRK-1 = U X M X Serum CA 125

Keterangan5:
IRK-1 = Indeks resiko keganasan menurut Jacob dan kawan - kawan
U = hasil ultrasonografi
dimana karakteristik ultrasonografi yang dijumpai:
- multilokulasi kista ovarium
- komponen solid pada tumor ovarium
- Lesi bilateral
- Asites
- Adanya bukti metastasis intra abdomen
Nilai U = 0 , jika tidak dijumpai karakteristik ultrasonografi di atas.
Nilai U = 1 , jika dijumpai salah satu karakteristik ultrasonografi di atas
Nilai U = 3 , jika dijumpai dua hingga lima karakteristik ultrasonografi di atas
M = status menopause
Nilai M = 1 jika belum menopause
Nilai M = 3 jika sudah menopause
Serum CA 125 = kadar serum penanda tumor CA 125 dalam U/ml

Universitas Sumatera Utara

RCOG (Royal College of Obstetricians and Gynaecologists) menggunakan Indeks


Resiko Keganasan (IRK) sebagai cara yang efektif triase wanita untuk dikelompokkan
menjadi resiko keganasan rendah, sedang, atau tinggi. Tabel 2.12 menunjukkan contoh
protokol triase wanita dengan menggunakan Indeks Resiko Keganasan.33
Tabel 2.12. Suatu contoh protokol triase wanita dengan menggunakan Indeks Resiko
Keganasan (IRK), validasi data IRK oleh Prys Davies dan kawan - kawan.33

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai