Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KASUS

I.

Identitas Pasien
Nama

: Ny. N

Umur

: 28 tahun

Jenis Kelamin
Perempuan

Alamat
Galagambah

Pekerjaan Orang tua :


Wiraswasta
Suku

II.

: Jawa

Anamnesis
o Keluhan Utama: Timbul bentol-bentol kemerahan di seluruh tubuh.
o Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke poli kulit RSUD Arjawinangun
dengan keluhan munculnya bentol-bentol merah di seluruh tubuh, terutama lengan
dan kaki, sejak 3 minggu yang lalu. Bentol muncul disertai dengan gatal-gatal.
o Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien pernah mengalami hal serupa 10 tahun yang
lalu.
o Riwayat Pengobatan: Pasien pernah menggunakan obat Asiklovir, baik dalam
bentuk pil maupun salep.
o Riwayat Alergi: Disangkal oleh pasien.
o Riwayat Penyakit Keluarga: Mungkin ada tapi pasien tidak ingat.

III.

Pemeriksaan Fisik
o Status Generalis
Kesadaran
Keadaan umum
Kepala/ leher
Thoraks

: compos mentis
: baik
: dalam batas normal
: dalam batas normal
1

Abdomen
Ekstremitas
Genitalia

o Status Lokalis
Efloresensi

IV.

: terdapat vesikel dan krusta


: terdapat vesikel dan krusta
: dalam batas normal

: vesikel dan krusta di daerah ekstermitas dan abdomen

Pemeriksaan Penunjang
-

V.

Resume
Pasien perempuan berusia 28 tahun datang ke poli klinik kulit RSUD Arjawinangun
dengan keluhan munculnya bentol-bentol kemerahan pada seluruh tubuh sejak 3
minggu yang lalu.

VI.

Diagnosis
Varicella

VII.

Diagnosis Banding

Herpes simpleks diseminata


Herpes zoster diseminata
Impetigo

VIII. Penatalaksanaan
Diberikan cetirizine, BB soap dan acyclovir.
IX.

Prognosis

At vitam:bonam
At functionam:bonam
2

At sanationam:bonam

VARICELLA
A. Definisi
Varicella adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh varicella zoster virus (VZV)
yang menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit
polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.
B. Epidemiologi
Varicella terdapat di seluruh dunia dan tidak ada perbedaan ras maupun jenis kelamin.
Varicella terutama mengenai anak-anak dan orang yang belum mendapat vaksinasi. 90%
kasus terjadi pada anak-anak dibawah 10 tahun, 5% terjadi pada orang yang berusia lebih
dari 15 tahun. Di daerah metropolitan yang beriklim sedang, dimana epidemi varicella
sering terjadi pada musim musim dingin dan musim semi.
C. Etiologi
3

Varicella disebabkan oleh VZV yang termasuk dalam famili virus herpes. Virus masuk ke
dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran napas dan orofaring. Multiplikasi virus di
tempat tersebut diikuti oleh penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui darah dan
limfe (viremia primer).
D. Patogenesis
Masa inkubasi varicella 10 - 21 hari pada anak imunokompeten (rata - rata 14 - 17 hari)
dan pada anak yang imunokompromais biasanya lebih singkat yaitu kurang dari 14 hari.
VZV masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara inhalasi dari sekresi pernafasan
(droplet infection) ataupun kontak langsung dengan lesi kulit. Droplet infection dapat
terjadi 2 hari sebelum hingga 5 hari setelah timbul lesi dikulit.
VZV masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran pernafasan bagian atas,
orofaring ataupun conjungtiva. Siklus replikasi virus pertama terjadi pada hari ke 2 - 4
yang berlokasi pada lymph nodes regional kemudian diikuti penyebaran virus dalam
jumlah sedikit melalui darah dan kelenjar limfe, yang mengakibatkan terjadinya viremia
primer (biasanya terjadi pada hari ke 4 - 6 setelah infeksi pertama). Pada sebagian besar
penderita yang terinfeksi, replikasi virus tersebut dapat mengalahkan mekanisme
pertahanan tubuh yang belum matang sehingga akan berlanjut dengan siklus replikasi
virus ke dua yang terjadi di hepar dan limpa, yang mengakibatkan terjadinya viremia
sekunder. Pada fase ini, partikel virus akan menyebar ke seluruh tubuh dan mencapai
epidermis pada hari ke 14-16, yang mengakibatkan timbulnya lesi dikulit yang khas.
E. Gejala Klinis
Masa inkubasi antara 14 sampai 16 hari setelah paparan, dengan kisaran 10 sampai 21
hari. Masa inkubasi dapat lebih lama pada pasien dengan defisiensi imun dan pada pasien
yang telah menerima pengobatan pasca paparan dengan produk yang mengandung
antibodi terhadap varicella.

Gejala prodromal
Pada anak kecil jarang terdapat gejala prodromal. Sementara pada anak yang
lebih besar dan dewasa, ruam yang seringkali didahului oleh demam selama 2-3
hari, kedinginan, malaise, anoreksia, nyeri punggung, dan pada beberapa pasien
dapat disertai nyeri tenggorokan dan batuk kering.

Ruam pada varicella


4

Pada pasien yang belum mendapat vaksinasi, ruam dimulai dari muka dan skalp,
dan kemudian menyebar secara cepat ke badan dan sedikit ke ekstremitas. Lesi
baru muncul berturut-turut, dengan distribusi terutama di bagian sentral. Ruam
cenderung padat kecil-kecil di punggung dan antara tulang belikat daripada
skapula dan bokong dan lebih banyak terdapat pada medial daripada tungkai
sebelah lateral. Tidak jarang terdapat lesi di telapak tangan dan telapak kaki, dan
vesikula sering muncul sebelumnya dan dalam jumlah yang lebih besar di daerah
peradangan, seperti daerah yang terkena sengatan matahari.
Gambaran dari lesi varicella berkembang secara cepat, yaitu lebih kurang 12 jam,
dimana mula-mula berupa makula eritematosa yang berkembang menjadi papul, vesikel,
pustul, dan krusta. Vesikel dari varicella berdiameter 2-3 mm, dan berbentuk elips,
dengan aksis panjangnya sejajar dengan lipatan kulit. Vesikel biasanya superfisial dan
berdinding tipis, dan dikelilingi daerah eritematosa sehingga tampak terlihat seperti
embun di atas daun mawar. Cairan vesikel cepat menjadi keruh karena masuknya sel
radang, sehingga mengubah vesikel menjadi pustul. Lesi kemudian mengering, mulamula di bagian tengah sehingga menyebabkan umbilikasi dan kemudian menjadi krusta.
Krusta akan lepas dalam 1-3 minggu, meninggalkan bekas bekas cekung kemerahan
yang akan berangsur menghilang. Apabila terjadi superinfeksi dari bakteri maka dapat
terbentuk jaringan parut. Lesi yang telah menyembuh dapat meninggalkan bercak
hipopigmentasi yang dapat menetap selama beberapa minggu/bulan.
Gambaran khas dari varicella adalah adanya lesi yang muncul secara simultan di
setiap area kulit, dimana lesi tersebut terus berkembang. Pada kasus sekunder karena
paparan di rumah gejala klinisnya lebih berat daripada kasus primer karena paparan di
sekolah, hal ini mungkin disebabkan karena paparan di rumah lebih intens dan lebih lama
sehingga inokulasi virus lebih banyak.
Demam biasanya berlangsung selama lesi baru masih timbul, dan tingginya
demam sesuai dengan beratnya erupsi kulit. Jarang di atas 39oC, tetapi pada keadaan
yang berat dengan jumlah lesi banyak dapat mencapai 40,5oC. Demam yang
berkepanjangan atau yang kambuh kembali dapat disebabkan oleh infeksi sekunder
bakterial atau komplikasi lainnya. Gejala yang paling mengganggu adalah gatal yang
biasanya timbul selama stadium vesikuler.

F. Diagnosis
1. Anamnesis
Varicella biasanya mudah didiagnosa berdasarkan penampilan dan perubahan pada
karakteristik dari ruam yang timbul, terutama apabila ada riwayat terpapar varicella 23 minggu sebelumnya
2. Pemeriksaan Fisik
Biasanya terdapat ruam kemerahan yang berkembang menjadi papul, vesikel, pustul,
dan krusta. Vesikel dari varicella berdiameter 2-3 mm, dan berbentuk elips, dengan
aksis panjangnya sejajar dengan lipatan kulit. Vesikel biasanya superfisial dan
berdinding tipis, dan dikelilingi daerah eritematosa sehingga tampak terlihat seperti
embun di atas daun mawar.
3. Pemeriksaan Penunjang
1. Tzancksmear
Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru, kemudian diwarnai
dengan pewarnaan yaitu Giemsas, Wrights, toluidine blue ataupun Papanicolaous.
Dengan menggunakan mikroskop cahaya akan dijumpai multinucleated giant cells.
Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%.Test ini tidak dapat membedakan antara
virus varicella zoster dengan herpes simpleks virus.
2. Directfluorescentassay (DFA)
Preparat diambil dari scraping dasar vesikel tetapi apabila sudah berbentuk krusta
pemeriksaan dengan DFA kurang sensitif. Membutuhkan mikroskop fluorescence.
Pemeriksaan ini dapat membedakan antara VZV dengan herpes simpleks virus.
3. Polymerasechainreaction (PCR)
-

Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sangat sensitif.


Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti scraping
dasar vesikel dan apabila sudah berbentuk krusta dapat juga digunakan sebagai

preparat, dan CSF.


Sensitifitasnya berkisar 97 - 100%.Test ini dapat menemukan nucleic acid dari
virus varicella zoster.

G. Diagnosis Banding
a. Herpes simpleks diseminata
b. Herpes zoster diseminata
c. Impetigo
H. Tatalaksana
6

A. Antivirus
Beberapa analog nukleosida seperti acyclovir, famciclovir, valacyclovir, dan brivudin,
dan analog pyrophosphate foskarnet terbukti efektif untuk mengobati infeksi VZV.
Acyclovir adalah suatu analog guanosin yang secara selektif difosforilasi oleh timidin
kinase VZV sehingga terkonsentrasi pada sel yang terinfeksi. Enzim-enzim selular
kemudian mengubah acyclovir monofosfat menjadi trifosfat yang mengganggu sintesis
DNA virus dengan menghambat DNA polimerase virus. VZV kira-kira sepuluh kali lipat
kurang sensitif terhadap acyclovir dibandingkan HSV.
B. Topikal
Pada anak normal varicella biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri. Untuk
mengatasi gatal dapat diberikan kompres dingin, atau lotion kalamin, antihistamin oral.
Cream dan lotion yang mengandung kortikosteroid dan salep yang bersifat oklusif
sebaiknya tidak digunakan. Kadang diperlukan antipiretik, tetapi pemberian olongan
salisilat sebaiknya dihindari karena sering dihubungkan dengan terjadinya sindroma
Reye. Mandi rendam dengan air hangat dapat mencegah infeksi sekunder bakterial.
C. Komplikasi varicella pada orang normal
Percobaan terkontrol yang dilakukan pada orang dewasa imunokompeten dengan
pneumonia varicella menunjukkan bahwa pengobatan dini (dalam waktu 36 jam dari
rumah sakit) dengan acyclovir intravena (10mg/kgBB setiap 8 jam) dapat mengurangi
demam dan takipnea dan meningkatkan oksigenasi. Komplikasi serius lainnya dari
varicella di orang dengant imunokompeten, seperti ensefalitis, meningoencephalitis,
myelitis, dan komplikasi okular, sebaiknya diobati dengan acyclovir intravena.
D. Pasien dengan defisiensi imun
Percobaan terkontrol pada pasien immunocompromised dengan varicela menunjukkan
bahwa pengobatan dengan asiklovir intravena menurunkan insiden komplikasi yang
mengancam kehidupan visceral ketika pengobatan dimulai dalam waktu 72 jam dari
mulai timbulnya ruam. Acyclovir intravena menjadi standar perawatan untuk varicella
pada pasien yang disertai dengan imunodefisiensi substansial. Meskipun pemberian terapi
oral dengan famciclovir atau valacyclovir mungkin cukup untuk pasien dengan derajat

ringan gangguan kekebalan tubuh, tetapi tidak ada uji klinis terkontrol yang menunjukkan
secara pasti.
E. Prognosis
Varicella pada anak imunokompeten tanpa disertai komplikasi prognosis biasanya sangat
baik sedangkan pada anak imunokompromais, angka morbiditas dan mortalitasnya
signifikan. Pada orang dewasa prognosis biasanya cukup baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Adhi, Edisi Enam Cetakan Kedua,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 2010, hal 115
2. Wolff, Klaus. Johnson, Richard Allen. Fitzpatricks Color Atlas and Sypnosis of
Clinical Dermatology sixth edition, 2009, page 831-835
3. Straus, Stephen E. Oxman, Michael N. Schmader, Kenneth E. Fitzpatricks
Dermatology in general medicine seventh edition, vol 1 and 2, 2008, page 1885-1895
4. Anonim, Varicella ( chickenpox ), 2009. ( http://www.ncirs.edu.au/immunisation/factsheets/varicella-fact-sheet.pdf )

Anda mungkin juga menyukai