Anda di halaman 1dari 10

SANITARY LANDFILL

Sanitary landfill adalah metode yang lebih modern dibandingkan dengan


metode open dumping. Sampah dikumpulkan dan ditimbun dilahan yang
sebelumnya telah dilapisi oleh plastik kemudian ditambahkan tanah lempung lalu
sampah dimasukan kemudian dipadatkan dan yang terakhir adalalah pada
permukaan atas sampah ditaburi tanah tiap harinya. Pada metode ini ada beberapa
kelebihannya yaitu sampah tidak merembes ketanah karena sudah diberi alas
palstik dan lapisan tanah yang diberikan tiap hari itu dapat mencegah
menyebarkanya gas metan ke udara. Untuk masalah lokasi landfill harus dipilih
secara teliti dari lokasi yang tersedia yaitu basah dan berlumpur dapat digunakan
sebagai tempat yang baik dan ckup luas untuk sanytari landfill.
Semua daerah harus segera bersiap-siap menutup Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) sampah sistem terbuka (open dumping) pada 2013 sesuai amanat
undang-undang persampahan. Tidak ada alternatif lain kecuali meningkatkan
pengelolaan sistemnya. Pilihan terbaik adalah membangun TPA sanitary landfill.
Namun jika pemerintah daerah tidak mampu membangun TPA sanitary landfill,
sistem controlled landfill bisa menjadi pilihan. Hanya saja, sistem ini bersifat
sementara sampai sistem sanitary landfill bisa diwujudkan. Pada sistem terbuka
(open dumping), sampah dibuang begitu saja dalam sebuah tempat pembuangan
akhir tanpa ada perlakuan apapun. Tidak ada penutupan tanah. Tak heran bila
sistem ini dinilai sangat mengganggu lingkungan. Sistem controlled landfill
merupakan peningkatan dari open dumping. Untuk mengurangi potensi gangguan
lingkungan yang ditimbulkan, sampah ditimbun dengan lapisan tanah setiap tujuh
hari. Dalam operasionalnya, untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan
kestabilan permukan TPA, maka dilakukan juga perataan dan pemadatan sampah.

Di Indonesia, metode controlled landfill dianjurkan untuk diterapkan di


kota sedang dan kecil. Untuk bisa melaksanakan metode ini, diperlukan
penyediaan beberapa fasilitas, di antaranya :

Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan.

Saluran pengumpul air lindi (leachate) dan instalasi pengolahannya.

Pos pengendalian operasional.

Fasilitas pengendalian gas metan

Alat berat
Sedangkan sistem sanitary landfill merupakan sarana pengurugan sampah

ke lingkungan yang disiapkan dan dioperasikan secara sistematis. Ada proses


penyebaran dan pemadatan sampah pada area pengurugan dan penutupan sampah
setiap hari. Penutupan sel sampah dengan tanah penutup juga dilakukan setiap
hari. Metode ini merupakan metode standar yang dipakai secara internasional.
Untuk meminimalkan potensi gangguan timbul, maka penutupan sampah
dilakukan setiap hari. Namun, untuk menerapkannya diperlukan penyediaan
prasarana dan sarana yang cukup mahal. Di Indonesia, metode sanitary landfilled
dianjurkan untuk diterapkan di kota besar dan metropolitan. Untuk dapat
melaksanakan metode ini diperlukan penyediaan beberapa fasilitas, sama seperti
fasilitas dalam sistem controlled landfill. Tentu dengan kebutuhan jumlah dan
spesifikasi yang berbeda. Pemanfaatan sanitary landfill sebagai pemecahan
permasalahan sampah di kota-kota besar tetap menemui kendala jika tidak disertai
dengan manajemen yang tepat. Dengan demikian, penanganan sampah tidak
hanya soal bagaimana cara membuangnya, tetapi juga bagaimana cara
mengurangi (reduce), menggunakan ulang (reuse),dan mendaur ulang (recycle).
Hal itu dikatakan Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Anton Tri
Sugiarto. "Pengurangan, penggunaan ulang, dan daur ulang akan berhasil jika

setiap lapisan masyarakat menyadari sampah masih ada nilainya. Sekarang ini
bisnis limbah banyak sekali memberi keuntungan," kata Kepala Laboratorium
Lingkungan di Pusat Penelitian Kalibrasi Instrumentasi dan Metalurgi (KIM) LIPI
ini.
Menurut Anton, penanganan sampah dengan menggunakan sanitary
landfill tetap memiliki buangan berupa berbagai macam bentuk gas serta cairan.
Apabila buangan gas dan cairan ini tidak dikelola dengan baik, sampah tetap akan
menjadi masalah. Selain itu, penggunaan sanitary landfill juga harus
mempertimbangkan berapa lama sebuah tempat pembuangan akhir (TPA) itu
Menurut data JICA, setiap orang memproduksi sampah sebanyak 2,69 liter per
hari. Jika dikalikan dengan jumlah penduduk 12 juta orang, total sampah yang
dihasilkan sekitar 8.070 ton per hari. Dengan demikian, dibutuhkan lokasi
sekurangnya seluas 25 hektare.
Sanitary Landfill, Analogi yang nyaris sempurna untuk metode ini ialah
kue lapis. Sanfil yang sudah penuh, artinya semua lahannya sudah diisi sampah
sampai batas ketinggian yang direncanakan, serupa dengan kue lapis dalam satu
nampan. Fisik sanfil berlapis-lapis. Lapisan terbawah kue lapis mirip dengan
lapisan terbawah atau lapisan pertama sanfil. Begitu pun lapisan kedua, serupa
dengan lapisan kedua kue lapis. Demikian seterusnya sampai lapisan terakhir
(atas). Dalam praktiknya di lapangan, lapisan pertama sanfil tentu tidak selesai
dalam satu dua hari. Untuk menyelesaikan satu lajur (satu lapis terdiri atas banyak
lajur, mirip kue lapis yang diiris melintang dan membujur) dengan tinggi 2 atau 3
m, dan lebar 3 m, bisa berhari-hari lamanya. Panjang sel sampah ini bergantung
pada volume sampah yang ditangani per hari. Setiap hari, setelah sampah
dipadatkan di sel-selnya memakai alat berat (kompaktor), bagian atasnya ditutupi
tanah liat/lempung yang kedap air. Dengan tebal 15 atau 30 cm, tanah penutup ini
mencegah lalat, nyamuk dan tikus mengacak-acak sel sampah. Setiap sel atau
lajur dibuat dengan kemiringan (slope) maksimum 45 derajat agar bisa dilewati
bulldozer dan shovel. Air hujan yang meresap dan bau busuk pun bisa dikurangi.
Fungsi lain tanah penutup ialah melindungi pekerja dari penyakit akibat
bakteri patogen. Mereka wajib mengenakan alat pengaman seperti sarung tangan,

sepatu boot dan pakaian khusus yang harus rutin dicuci. Kemudian, yang
terpenting, panas hasil dekomposisi zat organik bisa ditahan di dalam sampah dan
ikut membasmi larva lalat dan bakteri patogen. Seterusnya, sel per sel, lajur demi
lajur, lapis per lapis diselesaikan dari waktu ke waktu selama bertahun-tahun.
Makin luas lahannya, makin lamalah masa-hidup sanfil tersebut. Pada lapis
terakhir, tebal tanah penutup 50 cm agar sedapat mungkin infiltrasi air hujan tak
terjadi. Jika terjadi juga, lindi yang terbentuk potensial mencemari air tanah dan
air permukaan. Kadar polutannya jauh melebihi air limbah rumah tangga. Secara
umum, menurut Flintoff dalam Management of Solid Wastes in Developing
Countries, buku yang dipublikasikan atas prakarsa organisasi kesehatan dunia,
WHO, kisaran angka BOD-nya 6.000 - 7.000 mg/l, atau 20 - 30 kali BOD air
limbah domestik. Dalam sejumlah kasus ada yang mencapai 30.000 mg/l Selain
zat organik, lindi juga kaya nitrogen, klorida, sulfat, dan logam-logam berat.
Aspek Sanitary Landfill minimal ada empat aspek penting yang mesti dikaji
dalam pembuatan sanfil.
Pertama, seleksi lokasi. Atau karena jaraknya jauh, topografi dan kondisi
tanahnya tak mendukung, serta alasan lingkungan setempat yang juga tak
mendukung.
Kedua, metode sanfil. Ini berkaitan dengan bentuk lahan. Agar efektivitas
pemakaian lahannya tinggi, maka rencana operasi harus dibuat. Ada tiga metode
yang bisa digunakan, yaitu area, trench, dan depression. Metode area diterapkan
apabila lahannya agak landai atau datar dan tidak bisa dibuatkan parit. Setelah
sisinya ditanggul dengan tanah, barulah sampah dipadatkan sampai selesai lajur
per lajur. Metode trench (parit) dibuat di lahan yang muka air tanahnya cukup
dalam dan tersedia tanah penutup. Lebih disukai kalau ada bukit yang tanahnya
bisa dipangkas untuk tanah penutup. Parit dibuat dengan menggali sampai tanah
kedap air. Selanjutnya, apabila lokasi sanfil berupa cekungan, legok atau jurang,
metode depression atau lembah baik dipakai. Sampah diratakan, dipadatkan lalu
ditutupi tanah liat. Sekian puluh tahun kemudian, lembah itu berubah menjadi
lahan yang bisa dihuni atau untuk fasilitas lainnya seperti taman dan sabuk hijau.

Ketiga, produksi gas dan lindi. Kecuali gas yang dominan, yaitu 60% metana
(CH4) dan 35% karbondioksida, ada juga gas lain, yaitu H2S yang berbau busuk
seperti di kawah Tangkubanparahu, amoniak (NH3), karbonmonoksida (CO) dll.
Gas CO2 bisa melarutkan formasi batu kapur di tanah; metana, gas yang nyalanya
seperti spiritus ini, bisa meledak jika terkonsentrasi. Adapun lindi berasal dari
internal hasil dekomposisi dan eksternal dari hujan, air tanah, dan limpahan
drainase. Inilah masalah ikutan dari penanganan sampah. Sampah selesai,
muncullah air sampah yang tak kalah menimbulkan masalah lingkungan.
Keempat, aliran gas dan lindi. Gas bisa dibiarkan lepas ke udara atau
ditampung untuk dimanfaatkan energinya. Biogas ini, kalau dieksploitasi dengan
hati-hati dan tepat teknologinya, lumayan untuk menerangi kawasan kantor sanfil.
Lindi mengalir ke bawah dan terkumpul di dasar sanfil. Bisa dibiarkan di dalam
sanfil atau diolah di instalasi pengolahan air limbah sebelum dibuang.
Demikianlah, kue lapis sanfil bisa lebih bersahabat ketimbang open dump.
Empat aspek di atas, pencarian, pemilahan, pemilihan, penetapan, dan operasirawat sanfil bisa meminimalkan risikonya. Namun, dalam tataran desain, masih
ada parameter lain yang mesti dievaluasi agar diperoleh hasil yang memuaskan
dari sisi teknologi dan investasi.
Badan Pengkajian dan Pengembangan Tekhnologi (BPPT) menciptakan
sistem baru untuk mengatasi permasalahan sampah di Indonesia. Namanya
Reusable Sanitary Landfill. Sebenarnya, sistem ini merupakan penyempurna
sistem yang pernah diterapkan di Tempat Pembuangan Akhir Sampah yaitu
Sanitary Landfill. Arsitek dan Insinyur Tekhnologi BPPT, Dipl. Ing. Ir H. B.
Henky Sutanto menjelaskan Reusable Sanitary Landfill (RSL) adalah sebuah
sistem pengolahan sampah yang berkesinambungan dengan menggunakan metode
Supply Ruang Penampungan Sampah Padat. RSL diyakini Henky bisa mengontrol
emisi liquid, atau air rembesan sampai sehingga tidak mencemari air tanah. Sistem
ini mampu mengontrol emisi gas metan, karbondioksida atau gas berbahaya
lainnya akibat proses pemadatan sampah. RSL juga bisa mengontrol populasi lalat
di sekitar TPA. Sehingga mencegah penebaran bibit penyakit. Cara kerjanya, di
RSL, sampah ditumpuk dalam satu lahan. Lahan tempat sampah tersebut

sebelumnya digali dan tanah liatnya dipadatkan. Lahan ini desbut ground liner.
Usai tanah liat dipadatkan, tanah kemudian dilapisi dengan geo membran, lapisan
mirip plastik berwarna yang dengan ketebalan 2,5 milimeter yang terbuat dari
High Density Polyitilin, salah satu senyawa minyak bumi. Lapisan ini lah yang
nantinya akan menahan air lindi (air kotor yang berbau yang berasal dari sampah),
sehingga tidak akan meresap ke dalam tanah dan mencemari air tanah. Di atas
lapisan geo membran dilapisi lagi geo textile yang gunanya memfilter kotoran
sehingga tidak bercampur dengan air lindi. Secara berkala air lindi ini
dikeringkan. Sebelum dipadatkan, sampah yang menumpuk diatas lapisan geo
textille ini kemudian ditutup dengan menggunakan lapisan geo membran untuk
mencegah menyebarnya gas metan akibat proses pembusukan sampah (yang
dipadatkan) tanpa oksigen. Geo membran ini juga akan menyerap panas dan
membantu proses pembusukan. Radiasinya akan dipastikan dapat membunuh lalat
dan telur-telurnya di sekitar sampah. Sementara hasil pembusukan samapah dalam
bentuk kompos bisa dijual. Gas metan ini juga yang pada akhirnya digunakan
untuk memanaskan air hujan yang sebelumnya ditampung untuk mencuci truktruk pengangkut sampah. Henky yakin jika truk sampah yang bentuknya tertutup
dicuci setiap kali habis mengangkut sampah, tidak akan menebarkan bau.
Sumber lain juga mengatakan bahwa di Sanitary Landfill tersebut juga
dipasang pipa gas untuk mengalirkan gas hasil aktifitas penguraian sampah. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sanitary landfill, yaitu :
Semua landfill adalah warisan bagi generasi mendatang.
Memerlukan lahan yang luas
Penyediaan dan pemilihan lokasi pembuangan harus memperhatikan dampak
lingkungan.
Aspek sosial harus mendapat perhatian.
Harus dipersiapkan instalasi drainase dan sistem pengumpulan asap.
Kebocoran ke dalam sumber air tidak dapat ditolerir (kontaminasi dengan zatzat beracun)
Memerlukan pemantauan yang terus menerus.

PEMBAHASAN
Dari hasil telaah yang saya temukan tentang sanitary landfill hampir sama
dengan materi kuliah PTPSP-A tentang sanitary landfill yang diberikan di
kampus, misalnya tentang metode sanitary landfill. Metode sanitary landfill yang
saya dapatkan yaitu:
1.

Metode galian parit (trench method)

Sampah dibuang pada galian parit yang memanjang. Hasil galian digunakan untuk
menutup sampah yang ditimbun dan tanah penutup dipadatkan, kemudian
diratakan kembali. Setelah parit terisi penuh, dibuat parit baru desebelah parit
yang terdahulu.
2.

Metode area

Sampah dibuang di atas tanah seperti pada tanah rendah, rawa-rawa, lereng bukit
kemudian ditutup dengan tanah yang diperoleh dari tempat tersebut.
3.

Metode ramp

Merupakan gabungan dari kedua metode diatas, prinsipnya lapisan tanah


dilakukan setiap hari setebal 15cm diatas tumpukan sampah.
Setelah lokasi sanitary landfill stabil maka tempat ini dapat dimanfaatkan
kembali sebagai sarana jalur hijau (pertamanan), lapangan olah raga, tempat
rekreasi, tempat parkir, dll. Selain itu dijelaskan bahwa harus ada minimal ada
empat aspek penting yang mesti dikaji dalam pembuatan sanitary landfill yaitu
seleksi lokasi, metode sanfil, produksi gas dan lindi, aliran gas dan lindi .
Selain itu Badan Pengkajian dan Pengembangan Tekhnologi (BPPT)
menciptakan sistem baru untuk mengatasi permasalahan sampah di Indonesia.
Namanya Reusable Sanitary Landfill. Sistem ini merupakan penyempurna sistem
yang pernah diterapkan di Tempat Pembuangan Akhir Sampah yaitu Sanitary
Landfill. Reusable Sanitary Landfill (RSL) adalah sebuah sistem pengolahan

sampah yang berkesinambungan dengan menggunakan metode Supply Ruang


Penampungan Sampah Padat. Caranya pun hampir sama tapi bedanya hanya Usai
tanah liat dipadatkan, tanah kemudian dilapisi dengan geo membran, lapisan mirip
plastik berwarna yang dengan ketebalan 2,5 milimeter yang terbuat dari High
Density Polyitilin, salah satu senyawa minyak bumi. Lapisan ini lah yang
nantinya akan menahan air lindi (air kotor yang berbau yang berasal dari sampah),
sehingga tidak akan meresap ke dalam tanah dan mencemari air tanah. Di atas
lapisan geo membran dilapisi lagi geo textile yang gunanya memfilter kotoran
sehingga tidak bercampur dengan air lindi. Serta ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam sanitary landfill.
Sampah yang dihasilkan oleh manusia sangat banyak sekali sehingga bila
tidak ditangani dengan serius akan menimbulkan banyak masalah. Ada 2 metode
yang digunakan untuk menangani smapah yaitu. Open dumping yaitu metode
penimbunan terbuka dan sering disebut metode kuno. Pada tahap ini sampah
dikumpulkan dan ditimbun bagitu saja dalam lubang yang dibuat pada suatu
lahan, bisanya di TPA. (Open dumping sangat potensial dalam mencemari
lingkungan, baik itu dari pencemaran air tanah oleh Leachate (air sampah yang
dapat menyerap kedalam tanah), lalat, bau serta binatang seperti tikus, kecoa,
nyamuk dll.) Sanitary landfill adalah metode yang lebih modern dibandingkan
dengan metode open dumping. Sampah dikumpulkan dan ditimbun dilahan yang
sebelumnya telah dilapisi oleh plastik kemudian ditambahkan tanah lempung lalu
sampah dimasukan kemudian dipadatkan dan yang terakhir adalalah pada
permukaan atas sampah ditaburi tanah tiap harinya. (Pada metode ini ada
beberapa kelebihannya yaitu sampah tidak merembes ketanah karena sudah diberi
alas palstik dan lapisan tanah yang diberikan tiap hari itu dapat mencegah
menyebarkanya gas metan ke udara.
Berikut ini kelebihan metode sanitary landfill pada pengolahan limbah
padat, kecuali.. a. Sampah tidak merembes ke tanah b. Penyebaran Gas metan
tidak akan terjadi c. Dapat mengurangi pencemaran udara d.Penyebaran kuman
penyakit berkurang e.Cairan yang tercampur dengan sampah dapat mencemari
tanah. Sampah telah menjadi masalah klasik di dalam kehidupan manusia yang

bermukim menetap. Selain menimbulkan bau tidak sedap, sampah pun berpotensi
menimbulkan berbagai penyakit yang membahayakan kesehatan. Indonesia
memiliki sekitar 460 TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang masih menggunakan
sistem open dumping, yaitu pembuangan sampah dengan cara ditimbun di tanah
lapang terbuka, sudah tidak layak lagi diterapkan. Data terakhir Dinas Kebersihan
DKI Jakarta menunjukkan jumlah produksi sampah Jakarta sampai saat ini
27.966 M per hari. Dengan jumlah volume sampah sebanyak ini tentunya
membutuhkan solusi penanganan yang tepat.

Referensi :

http://situs-berita-terbaru.blogspot.com/2012/03
http://rambutkriwil.multiply.com/journal/item/131/Piyungan-Penuh-

Sampah
http://budisusilo85.blogspot.com/2011_06_01_archive.html
http://www.damandiri.or.id/file/indrapermanaipbbab2.pdf
http://www.google.co.id/ihttp://aristhaserenade.blogspot.com/
http://www.blueenvironmental.com/landfill.html
http://www.ilmusipil.com/sistem-sanitary-landfill

Anda mungkin juga menyukai