Anda di halaman 1dari 15

Keefektifan Gerakan dengan Mobilisasi Dibandingkan dengan Manipulasi

pada Kasus Epikondilitis Lateral Pergelangan Tangan


Pengarang

: Geetu Manchanda, Deepak Grover

Kata Kunci

: Tennis elbow, mobilisasi Mulligan, manipulasi pergelangan tangan,


epikondilitis

PENDAHULUAN
Epikondilitis lateral adalah lesi yang paling sering dijumpai pada siku. Istilah
epikondilitis lateral atau tenis elbow secara luas digunakan untuk menjelaskan cidera
karena penggunaan yang berlebihan yang ditandai dengan nyeri dan nyeri tekan di atas
epicondylus lateralis. Istilah tennis elbow menjadi kurang tepat sejak hal ini juga terjadi
juga pada pemain selain tenis. Walaupun ini pertama kali dijelaskan pada 1873 oleh
Runge, patoetiologi dan penatalaksanaannya masih diragukan.
Epikondilitis lateral biasanya diterjemahkan sebagai tendinitis dari extensor carpi
radialis brevis (ECRB). Pada frekuensi yang lebih jarang, extensor carpi radialis longus
dipengaruhi pada penempelannya pada puncak supracondylus atau kadang-kadang bagian
anterior extensor digitoru communis. Onset epikondilitis lateral terjadi secara bertahap
atau tiba-tiba.
Kondisi ini paling sering idiopatik atau berhubungan dengan kondisi kerja.
Prevalensi tertinggi epikondilitis lateral terjadi pada dekade keempat kehidupan, ini
empat kali lebih sering daripada dekade lain. Christopher Greenfield dalam studinya
mengusulkan bahwa tidak ada perbedaan insiden antara pria dan wanita atau hubungan
antara epikondilitis lateral dan lengan dominan. Hal yang kontradiksi dengan ini -yang
mana menunjukkan rasio pria dan wanita yang terpajan adalah sama-, J. P Gugoin dan F.
R Rush menunjukkan bahwa hal ini lebih sering terjadi lebih sering pada wanita. Data
lain menunjukkan bahwa lengan dominan lebih sering terpajan dan kondisi ini hanya
beberapa yang bilateral. Ada banyak faktor intrinsik dan ekstrinsik, yang mana menuju ke
perkembangan epikondilitis lateral. Boyer dan Hasting mengusulkan bahwa sebagian
besar kasus yang didiagnosis, sebagai lateral epikondilitis adalah hasil hubungan kerja
cidera tegangan (strain injury) yang berulang. Potman dan Cohen mencatat bahwa

aktivitas, yang mana bebannya lebih besar daripada yang bisa ditahan pangkal otot dari
beban individual atau lebih sering dalam jangka waktu tertentu, bertanggung jawab
sebagai penyebab epikondilitis lateral dan cidera ini bisa berlangsung dari kontraksi
konsentris ke eksentris. Hal ini juga dilihat bahwa defisiensi kelenturan (flexibility) pada
lengan bawah otot ekstensor atau kekuatan (power) ekstensor lengan bawah yang tidak
adekuat dan ketahanan untuk pertahanan normal, gerakan kuat yang berulang
menempatkan fleksor lengan bawah adalah salah satu penyebab epikondilitis lateral.
Faktor intrinsik lainnya termasuk stenosis ligamen orbicularis, neuropati nervus
radialis, radiohumeral bursitis, periosititis tendon extensor communis, kalsifikasi
myofascitis, kemerahan (hyperemic) pinggir sinovial, inflamasi ligamen annular, sindrom
anconeus compartment, dan radikulipati servikal disebutkan satu per satu sebagai
penyebab epikondilitis lateral pada banyak kasus. Caldwel dan Safran menemukan bahwa
mekanisme pukulan punggung tangan

adalah satu dari penyebab lain yang ikut

menyumbang perkembangan epikondilitis lateral. Pada punggung tangan, pergelangan


tangan dipertahankan pada ekstensi dan deviasi radial dengan aktivitas electromyografi
tertinggi tercatat pada extensor carpi radialis brevis selama percepatan dan mengikuti fase
seterusnya. Penyebab utama epikondilitis lateralis walau bagaimana pun dipercaya
sebagai hasil dari mikro trauma, penggunaan berlebihan yang dihasilkan tubrukan antara
raket dan bola dan getaran yang disampaikan ke lengan. Ketika raket memukul bola, otot
pergelangan tangan berkontraksi untuk menstabilkan pergelangan tangan dan memegang
raket. Kontraksi konsentrik berulang otot ini, pemendekan seperti mempertahankan
tekanan untuk menstabilkan pergelangan tangan, menyebabkan overload kronis.
Hipotesis alternatif mungkin adalah kontraksi eksentrik ekstensor pergelangan tangan
berlangsung ketika bola mengenai raket, menyebabkan pemanjangan otot sementara
under tension. Beberapa pengarang juga menemukan bahwa insiden epikondilitis lateral
juga meningkat seiring dengan peningkatan berat raket dan tegangan senar raket, 15 wet
bal, ukuran genggaman (terlalu besar atau terlalu kecil) yang mana menunjukkan gaya
yang kuat menahantam ekstensor pergelangan tangan.
Pasien biasanya pertama kali terlihat karena onset bertahap nyeri di regio
epicondylus lateralis dan di proksimal otot lengan bawah. Nyeri ini sering berhubungan
degan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan dan aktivitas pronasi dan supinasi. Nyeri

juga mungkin merambat secara proksimal dan distal. Pemerikasaan fisik akan
menegaskan nyeri tekan di atas pangkal tendon extensor communis, sering terlokalisir ke
extensor carpi radialis brevis. Bagian yang tidak nyaman maksimal biasanya terlokalisis
5mm distal dan anterior epicoldylus lateralis. Nyeri bisa meningkat dengan tahanan
pergelangan tangan atau ekstensi jari, terutama lengan bawah saat pronasi. Defisit tenaga
isokinetik juga harus diperhatikan. Genggaman menjadi lemah mungkin karena
penyusutan secara sadar (volunter) dari usaha untuk menghindari nyeri yang tidak
diinginkan dan kadang-kadang pemborosan otot yang terpajan ini juga terlihat pada kasus
yang lama. Sebagai sindrom penggunaan berlebihan (overuse), gejala biasanya
diperparah dengan aktivitas ketegangan dan diperbaiki dengan istirahat, tapi seperti
kondisi meningkat, nyeri berlangsung sewaktu istirahat. Radiografi sebaiknya didapatkan
untuk mengeliminasi kemungkinan perubahan sendi. Radiografi obliq kadang-kadang
memperlihatkan kalsifikasi di regio epicondylus lateralis.
Program pengobatan tradisional untuk orang dengan epikondilitis lateral telah
difokuskan terutama pada pengawasan (kontrol) dengan ultrasonografi, pengobatan anti
inflamasi, iontophoresis atau phonophoresis yang diikuti dengan program rehabilitasi
yang mana berkisar antara latihan kelenturan dan ketahanan. Banyak penatalaksanaan
yang telah dicoba untuk epikondilitis lateral termasuk terapi obat-obatan, suntikan
kortikosteroid, stimulasi elektrik, laser, akupuntur, counterforce bracing, ergonomik,
splintage, dll. Walau bagaimana pun, tidak satu pun penatalaksanaan yang telah
ditemukan menjadi efekasi secara keseluruhan. Tindakan pembedahan diperlukan 5-10%
dari pasien yang tidak memberikan respon setelah berbulan-bulan mendapat
penatalaksanaan konservatif. Mulligan telah mengusulkan penggunaan mobilisasi dengan
gerakan pada epikondilitis lateral. Telah berhasil ditemukan pula bahwa manipulasi
pergelangan tangan mampu memperbaiki gejala epikondilitis lateral. Tapi tidak satu pun
studi menetapkan efekasi dari satu terapi manual lebih baik daripada yang lain. Oleh
sebab itu, tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi keefektifan gerakan dengan
mobilisasi dibandingkan dengan manipulasi pergelangan tangan terhadap nyeri, kekuatan,
aktivitas kehidupan sehari-hari pada pasien dengan epikondilitis lateral.

METODOLOGI
Studi ini menggunakan metode eksperimen. Sebuah sampel terdiri dari 30 subjek
dari lateral epicondilitis simptomatik yang rela berpartisipasi dan memenuhi criteria yang
termasuk dalam studi. Subjek-subjek kemudian secara random dimasukkan ke satu dari
tiga kelompok. Studi ini dilaksanakan di departemen fisioterapi Rumah Sakit Hindu Rao,
Delhi.
Kriteria inklusi termasuk subjek-subjek di antara 25 55 tahun dengan lateral
epicondilitis simptomatik yang ditetapkan oleh dokter atau ahli bedah tulang. Gejalagejala klinik harus ada satu sampai tiga bulan. Positif Cozens test atau Mills test
menguatkan keberadaan dari lateral epicondilitis. Pasien-pasien yang mempunyai riwayat
trauma, bedah, infeksi akut atau kelainan sistemik dikeluarkan dari studi. Pasien-pasien
yang telah menerima suntikan steroid dalam 30 hari terakhir di sendi siku, disfungsi spina
servikal, sindrom radial tunnel atau sindrom saraf tulang belakang juga dikeluarkan.
Kelompok A (n=10) menerima mobilisasi mulligan dalam penambahan ke terapi
getar ultrasonik pada 20% siklus kerja, frekuensi 3MHz dan intensitas 1.2 W/cm 2 selama
5 menit. Itu diberikan pada sambungan tenoperiosteal dari ekstensor karpi radialis brevis.
Mobilisasi Mulligan diberikan dengan pasien dibaringkan posisi terlentang siku
diluruskan (ekstensi) dan lengan bawah ditelungkupkan (pronasi). Ahli terapi meletakkan
sabuk sekeliling bahu dan lengan bawah pasien-pasien. Ketika ahli terapi akan
memberikan lateral glide, pasien akan merasakan nyeri ketika bergerak (seperti
menggenggam atau ekstensi pergelangan tangan). Jika glide diterapkan secara benar,
pasien-pasien tidak akan merasakan nyeri. Dosisnya adalah 10 MWM dalam satu set, 3
set per sesi diberikan dan sebuah total 15 sesi diberikan.
Pasien-pasien juga diajarkan lulus regimen latihan terapi termasuk latihan-latihan
peregangan dan latihan ketahanan. Peregangan diberikan pada lengan bawah yang
pronasi dan elbow yang ekstensi; pergelangan tangan menjadi fleksi telapak tangan
menggunakan tangan pasien lainnya atau dengan bantuan dinding. Ini dilakukan selama
beberapa detik dan kemudian dilepaskan. Total dari 10 regangan diberikan per sesi.
Latihan-latihan ketahanan progresif termasuk kontraksi-kontraksi isometrik dengan siku
fleksi 900, dengan tangan tidak terserang lengan menerapkan pertahanan manual diatas
dorsal dari lengan yang supinasi dari sisi yang terserang. Kontraksi isometrik bebas nyeri

dari pergelangan tangan ekstensi dimulai dan memakan waktu selama 5 sampai 10 detik.
Dalam satu sesi 15 kontraksi diberikan. Kemajuan termasuk pronasi lengan bawah
sebagai posisi permulaan dan peningkatan ketahanan.
Kelompok B (n=10) menerima manipulasi dari pergelangan tangan sebagai
tambahan untuk terapi getar ultrasonik pada 20% siklus kerja, frekuensi 3 MHz dan
intensitas 1.2 W/cm2 selama 5 menit. Diberikan pada sambungan tenoperiosteal dari
ekstensor carpi radialis brevis. Manipulasi pada pergelangan tangan diberikan dengan
pasien mengistirahatkan lengan bawah dari sisi yang terserang di atas meja. Sisi telapak
tangan dari tangannya diarahkan ke bawah. Ahli terapi duduk pada sudut kanan sisi
pasien yang terserang. Dia menggenggam tulang scaphoid pasien(tulang-tulang kecil
pada pergelangan tangan yang menyerupai perahu) diantara jempol dan jari telunjuknya.
Ahli terapi kemudian meluaskan pergelangan tangan pasien secara dorsal dan
memanipulasi tulang scaphoidnya secara ventral bersamaan. Ini bagian dari manuver
diulang 10 kali dalm satu set dan 3 set diberikan dalam satu sesi untuk 15 sesi. Sebagai
tambahan, kelompok ini juga menerima regimen suatu latihan lulus terapi termasuk
latihan peregangan dan latihan ketahanan progresif seperti yang diberikan pada
kelompok A.
Kelompok C (n=10) menerima terapi getar ultrasonik pada 20% siklus kerja,
frekuensi 3 MHz dan intensitas 1.2 W/ cm2 selama 5 menit diberikan pada sambungan
tenoperiosteal dari ekstensor carpi radialis brevis. Kelompok ini juga menerima regimen
latihan lulus terapi termasuk latihan peregangan dan latihan-latihan ketahanan progresif
seperti yang diberikan pada kelompok A dan kelompok B.
Lima belas sesi pengobatan diberikan. Setiap sesi berakhir kira-kira 30 menit.
Pengukuran dari nyeri, kaku dan fungsi fisik
Sebuah Skala persamaan penglihatan (VAS) digunakan untuk menilai nyeri pada
setiap subjek dalam studi. VAS digunakan dalam studi terdiri dari garis sambung
horisontal panjang 10 cm dengan titik pangkal dari tidak nyeri (0) dan paling nyeri
(10) pada kiri dan kanan diujung-ujung garis secara berurutan. Pasien-pasien ditanya
untuk menilai intensitas dari nyeri mereka menggunakan VAS dalam 24 jam terakhir.

Kekuatan dites dengan kemampuan pasien untuk menambah beban dari tangan
mereka dan kemudian 1kg, 2kg, atau 3kg, dan seterusnya. Seperti yang dibutuhkan tanpa
rasa nyeri. Pergelangan tangan dalam posisi ekstensi, siku secara penuh ekstensi dan
lengan bawah pronasi dan dibantu di atas sebuah meja.
Fungsi fisik dites menggunakan sebuah skala nyeri fungsional untuk siku tenis.
Dalam skala ini, pasien ditanya untuk melaksanakan sesuatu yang diset tertentu dari
aktivitas-aktivitas yang dapat mempersulit dalam pelaksanaan sebagai hasil dari masalah
mereka dan ditanya untuk menilai intensitas nyeri mereka.
Dasar pengukuran dari nyeri (VAS skor), skala nyeri fungsional dan kekuatan
(menggunakan beban) dilakukan pada hari pertama dan kemudian sesudah itu pada hari
ke 5, hari ke 10 dan hari ke 15.
ANALISIS DATA
Data dianalisis menggunakan software SPSS 12.0. Tes t berpasangan digunakan
untuk membandingkan kemajuan dari setiap variabel dalam tiga kelompok. Tes t murid
digunakan untuk analisis kelompok diantara. Satu jalan analisis dari varian (ANOVA)
digunakan untuk membandingkan ketiga kelompok untuk semua variabel terikat dan
perbedaan dalam kelompok umur dan seks. Analisis post-hoc bonferroni dilaksanakan
kemudian untuk memperkuat penemuan. Nilai p dicatat untuk setiap variabel dan
diambil untuk dijadikan secara statistik penting jika p < 0.05.
HASIL dan DISKUSI
Semua dari tiga kelompok hampir mirip pada dasarnya ketika dibandingkan
dalam skor VAS, kekuatan dan skor skala nyeri fungsional tampak menjadi tidak penting
pada hari pertama. Secara dermografis, ketiga kelompok juga mirip dalam persentase
laki-laki dan perempuan dalam setiap kelompok, dan rata-rata umur ketika dibandingkan
menggunakan ANOVA dan analisis post-hoc Bonferroni. (Tabel 1)

Tabel 1 Detail dari subjek


Group A Group B Group C
Total Number of subjects

10

10

10

Males (%)

60%

40%

50%

Females (%)

40%

60%

50%

Average Age (in years)(sd)

39.3
(8.73)

37.0
(6.7)

41.4
(6.95)

Semua ketiga kelompok menunjukkan kemajuan dalam skor VAS, kekuatan dan
skor skala nyeri fungsional pada hari-hari yang berikutnya sebagai contoh hari ke 5, ke
10 dan ke 15. Perbedaan kemajuan dalam semua kelompok secara statistic penting
diantara hari pertama dan hari ke 5, hari ke 5 dan ke 10, hari ke 10 dan ke 15 dan juga di
antara hari pertama dan hari ke 15 seperti ditentukan dengan tes t berpasangan. Hasil
yang mirip didapatkan oleh studi yang lain yang menunjukkan bahwa skor VAS dan
kekuatan meningkat dala kedua mobilisasi Mulligans dan kelompok terapi ultrasonik.
Studi yang lain oleh Struijis et al menunjukkan bahwa manipulasi pergelangan tangan
terlihat lebih efektif daripada ultrasound, friksi memijat, peregangan otot dan latihan
kekuatan untuk manajemen dari lateral epicondilitis meskipun kedua kelompok
meningkat dalam skor VAS.
Satu jalan analisis dari varian (ANOVA) dilaksanakan untuk melihat perbedaan
kelompok diantara. Ketika ANOVA dilaksanakan untuk skor VAS semua ketiga
kelompok memperlihatkan kemiripan kemajuan pada hari pertama, hari ke 5, hari ke 10,
dan hari ke 15. Tidak ada perbedaan statistik dalam kemajuan yang ditunjukkan pada skor

VAS diantara ketiga kelompok. Ini dibuktikan lebih lanjut dengan melakukan tes analisis
post-hoc Bonferroni. (Tabel 2)

Tabel 2 Rata-rata dan standar error dari score VAS dan nilai p pada tiap grup analisis
VAS 1

VAS 5

VAS 10

VAS 15

Group A

7.4(0.31) 5.1(0.38) 3.0(0.33) 0.5(0.27)

Mean diff. (se)

0.1(0.43) 0.4(0.52) 0.5(0.45) 0.0(0.4)

p value

1.0

Group B

7.5(0.34) 4.7(0.37) 2.5(0.27) 0.5(0.22)

Mean diff. (se)

0.1(0.43) 0.3(0.52) 0.6(0.45) 0.6(0.4)

p value

1.0

Group C

7.6(0.27) 5.0(0.37) 3.1(0.35) 1.1(0.35)

1.0

1.0

0.83

0.58

1.0

0.44

Mean diff. (se)b/w A & C 0.2(0.43) 0.1(0.52) 0.1(0.45) 0.6(0.4)


p value

1.0

1.0

1.0

0.44

ANOVA dilaksanakan lagi untuk membandingkan kemajuan kekuatan di antara


ketiga kelompok. Itu terlihat pada hari pertama dan hari ke 5, kemajuan dalam kekuatan
mirip pada ketiga kelompok. Tetapi untuk hari ke 10 dan hari ke 15 ada perbedaan
statistik penting di antara ketiga kelompok. (p < 0.05).
Analisis post-hoc Bonferroni mengungkapkan bahwa kelompok A dan kelompok
C mempunyai perbedaan statistik penting dalam kemajuan kekuatan pada hari ke 10 dan

hari ke 15. Kelompok B dan kelompok C hampir memiliki perbedaan penting (p~ 0.05).
Tetapi kelompok A dan kelompok B tidak menunjukkan perbedaan statistik yang penting.
Ini berarti bahwa kelompok A contohnya pergerakan dengan kelompok mobilisasi dan
kelompok B kelompok latihan manipulasi meningkatkan kekuatan secara nyata lebih baik
dibandingkan kelompok C. (Tabel 3)

Tabel 3 Rata-rata dan standar error dari score kekuatan dan nilai p dari tiap grup
analisis
ST 1

ST 5

ST 10

ST 15

Group A

0.15(0.76) 0.65(0.15) 1.25(0.17) 1.95(0.16)

Mean diff. (se)

0.05(0.09) 0.05(0.16) 0.05(0.19) 0.45(0.26)

p value

1.0

1.0

1.0

0.3

Group B

0.1(0.06)

0.7(0.08)

1.2(0.1)

1.5(0.18)

Mean diff. (se)

0.05(0.09) 0.3(0.16) 0.45(0.19) 0.45(0.26)

p value

1.0

0.22

Group C

0.05(0.05)

0.4(0.1)

0.09

0.75(0.13) 1.05(0.22)

Mean diff. (se)b/w A & C 0.10(0.09) 0.25(0.16) 0.5(0.19)


p value

0.86

0.4

0.3

0.05

0.9(0.26)
0.006

ST 1: strength measurement pada hari ke- 1


ST5: strength measurement pada hari ke- 5
ST10: -strength measurement pada hari ke- 10
ST15: -strength measurement pada hari ke- 15

Ini awal pengembalian kekuatan yang sangat berguna bagi orang yang
berolahraga, sepertinya akan memfasilitasi dia kembali untuk berolahraga dalam durasi
yang singkat. Peningkatan kekuatan ini juga mencegah atropi yang timbul karena tidak
difungsikan atau kelemahan otot akibat kurang atau tidak beraktivitas nyeri dan
ketidakmampuan karena lateral epicondilitis. Pengamatan pada kelompok latihan
manipulasi meningkat lebih baik daripada kelompok ultrasonik yang telah banyak
dibuktikan oleh banyak studi-studi sebelumnya pada pasien lateral epicondilitis.
Di samping aplikasi yang luas, mekanisme tentang bagaimana cara kerja dari
manipulasi sulit untuk dimengerti. Terapi manual digunakan cukup sering pada tulang
belakang dan sendi-sendi tepi walaupun ketidakmampuan dari klinisi untuk mendiagnosis
secara tepat perjalanan manipulasi ditargetkan. Pada orang-orang dengan nyeri punggung
bawah dan nyeri leher, manipulasi tulang belakang dipikirkan untuk membebaskan
pergerakan segmen-segmen yang telah mengalami pergeseran yang tidak sesuai dan
untuk mengistirahatkan otot-otot dengan peregangan mendadak. Aktivitas otot yang tidak
diinginkan pada orang dengan nyeri punggung bawah, dalam teori, dapat menyebabkan
terbatasnya

gerakan

untuk

melindungi

dari

pergerakan-pergerakan

mendadak.

Keuntungan dari manipulasi pergelangan tangan adalah potensi yang efektif dalam
jangka pendek dan kemampuan pasien untuk mempertahankan aktivitas hariannya tanpa
keterbatasan. Keefektifan klinik dari terapi manipulasi telah didemonstrasikan secara
acak pada uji-uji klinis yang melaporkan keuntungan dalam penghilangan nyeri dan lebih
cepat mengembalikan fungsi. Ini mungkin disebabkan efek langsung pada strukturstruktur sendi, modulasi dari transmisi afferent nociceptif dalam sistem saraf pusat dan
pengaruh psikologis. Exelby dan Wilson menyatakan sebuah pendekatan rasional neuropsikologis untuk keberhasilan dari MulligansMWM (Movement With Mobilization).
Mobilisasi dipikirkan untuk memproduksi masukan sensoris yang cukup untuk menerima
dan mengaktivasi sistem penghambatan penjalaran nyeri ke bawah yang menghasilkan
beberapa atau semua efek penghilangan rasa nyeri. Paungmali et al menyarankan bahwa
MWM untuk lateral epicondilitis kronik mampun memproduksi efek hypoalgesia yang
bersamaan selama mengikuti aplikasi ini, seperti halnya mengubah fungsi sistem saraf
simpatik.

10

ANOVA dilaksanakan sesudah itu untuk membandingkan kemajuan dalam skor


skala nyeri fungsional dalam ketiga kelompok. Pada hari pertama dan hari ke 5, semua
kelompok menunjukkan kemiripan peningkatan dalam skor fungsional. Pada hari ke 10
dan ke 15 meskipun peningkatan secara statistik mirip lagi tetapi secara klinik kelompok
A menunjukkan hasil yang lebih baik pada hari ke 10 dan ke 15. Ini dibuktikan dengan
membandingkan nilai rata-rata dari kelompok A, B dan C yang menunjukkan lebih
sedikit skor skala nyeri fungsional pada kelompok A dan B daripada kelompok C pada
hari ke 10. Skor ini lebih lanjut menurun pada hari ke 15 pada kelompok A dan B tetapi
tidak pada kelompok C. (Tabel 4)

Tabel 4 Rata-rata dan standar error dari scor skala nyeri fungsional dan nilai p dari tiap
grup analisis
FS 1
Group A

FS 5

FS 10

FS 15

29.8(1.17) 20.3(0.87) 11.1(0.71) 2.9(1.11)

Mean diff. (se)

1.4(1.62)

0.5(1.64)

0.5(1.61)

1.2(1.99)

p value

1.0

1.0

1.0

1.0

Group B

31.2(1.09) 19.8(0.99) 11.6(1.1)

4.1(1.29)

Mean diff. (se)

0.9(1.62)

0.6(1.64)

1.4(1.61)

2.1(1.99)

p value

1.0

1.0

1.0

0.9

Group C

30.3(1.17) 20.4(1.5) 13.0(1.47) 6.2(1.74)

Mean diff. (se)b/w A & C

0.5(1.62)

0.1(1.64)

1.9(1.61)

3.3(1.99)

p value

1.0

1.0

0.74

0.32

FS 1: functional pain scale score pada hari ke- 1


FS 5: functional pain scale score pada hari ke- 5
FS 10: -functional pain scale score pada hari ke- 10
FS 15: -functional pain scale score pada hari ke- 15

Ini berarti bahwa kelompok A dan B tidak hanya meningkat bermakna dalam
kekuatan tetapi juga meningkat dalam skor skala nyeri fungsional. Peningkatan ini
dalam skala nyeri fungsional dapat ditujukan untuk meningkatkan kekuatan yang

11

membantu dalam pencapaian aktivitas tanpa rasa nyeri. Karenanya jika seorang atlet
menunjukkan peningkatan dalam skala nyeri fungsional dia dapat dimasukkan dalam
regimen latihan olahraga yang spesifik dan plyometrics yang lebih awal. Ini akan
menurunkan angka total dari hari untuk rehabilitasi. Karenanya terapi manual mungkin
hemat biaya karena menurunkan jumlah dari sesi pengobatan yang dibutuhkan untuk
penyembuhan dari lateral epicondilitis.
IMPLIKASI KLINIK
Terapi manual diberikan pada pengobatan lateral epicondilitis menghasilkan
pengembalian kekuatan lebih awal dan karenanya menurunkan total periode rehabilitasi.
Karenanya seorang atlet dapat kembali latihan berolahraga yang spesifik dan kembali ke
olahraganya lebih awal.
Ini meningkatkan kemampuannya yang memungkinkan dia beraksi lebih baik
dalam aktivitas fungsional dan plyometrics.
Terapi manual dapat dengan mudah dilaksanakan dan efisien, efektif dan hemat
waktu. Banyaknya hari dihemat karena pengembalian kekuatan yang lebih awal dapat
menjadi sangat penting bagi sebuah penampilan atlet dalam mengunyah situasi ketika
lebih awal kembali ke olahraga yang diinginkannya.
KESIMPULAN
Studi ini berkesimpulan bahwa terapi manual menyebabkan peningkatan lebih
baik dalam kekuatan dan penampilan fungsional dibandingkan pada pengobatan
konvensional regimen dari hanya pemberian latihan peregangan dan ketahanan
bersamaan dengan terapi getar ultrasonik. Kedua teknik terapi manual dinamakan
mobilisasi Mulligans dan manipulasi pergelangan tangan sama efektifnya dalam
pengobatan lateral epicondilitis.

12

DAFTAR PUSTAKA

1.

Gouging JP, Rush. Lateral epicondylitis- what is it really? Current Orthop 2003;
17:386-389.

2.

Carol C, Garrett WE. Tendon problems in athletic individuals. J Bone Joint Surg
Am 1997; 79:138-150.

3.

Mathew DP. Painful conditions around elbow: Orthop Clin North Am 1999;
30:109-118.

4.

Norris C. Sports injuries- diagnosis and management. Butterworth Heinemann 3rd


ed.2005; the elbow: 412-17.

5.

Greenbaum B, Hammura J. Extensor carpi radialis brevis: an anatomical analysis


of its origin. J Bone Joint Surg Br 1999; 81:926-929

6.

Greenfield C, Webster V. Chronic lateral epicondylitis. Physiotherapy 1988;


10:578-594.

7.

Boyer, Hastings. Lateral tennis elbow: Is there any science out there? J Shoulder
Elbow Surg 1999; 8: 481-91.

8.

Conrad RW, Hooper WR. Tennis elbow- its course, natural history, conservative
and surgical management. J Bone Joint Surg Am 1973; 55:1177-82.

9.

Wadsworth TG. Tennis elbow- conservative, surgical and manipulative treatment.


Br Med J 1987; 294:621-24.

10.

Roetert EP. The Biomechanics of tennis elbow: Clin Sports Med 1995; 14:47-57.

11.

Zuluaga M. Sports physiotherapy- applied science and practice. Churchill


Livingstone; the elbow complex: 416-22.

12.

Bosworth DM. The role of orbicular ligament in tennis elbow. J Bone Joint Surg
Am 1955; 37:527- 533.

13.

Roles NC, Haudsley RH. Radial tunnel syndrome- resistant tennis elbow as a
nerve entrapment. J Bone Joint Surg Br 1972; 54:499-508.

14.

Nirschl RP, Frank AP. Tennis elbow- the surgical treatment of lateral
epicondylitis. J Bone Joint Surg Am 1978; 61:832-839.

13

15.

Plancher KD. Medial and lateral epicondylitis in the athletes. Clin Sports Med
1996; 290-305.

16.

Abrahamsson. Lateral elbow pain caused by anconeus compartment syndrome.


Acta Orthop Scand 1987; 58:589-591.

17.

Vicenzino B, Wright A. The initial effects of a cervical spine manipulative


physiotherapy treatment on the pain and dysfunction of lateral epicondylagia. Pain
1996; 68:69-74.

18.

Gunn CC. Tennis elbow and the cervical spine. 1976 CMA J; 114:804-09.

19.

Rompe JD. Chronic lateral epicondylitis of the elbow- a prospective study of low
energy shockwave therapy plus manual therapy of the cervical spine. Arch Phys Med
Rehabil 2001; 82:578-82.

20.

Caldwell GL. Elbow problems in the athlete. Sports Med 1995; 26:465-485.

21.

Wright A, Vicenzino B. Lateral epicondylagia: therapeutic management. Phys


Ther 1997; 2: 39-48.

22.

Basford JR. Laser therapy- a randomized controlled trial of the effects of low
intensity Nd-YAG laser irradication on lateral epicondylitis. Arch Phys Med Rehabil
2000; 81:1504-10.

23.

Maher S. Is low-level laser therapy effective in the management of lateral


epicondylitis? Phys Ther 2006; 86:1161-67.

24.

Vasseljen O. Low level laser versus placebo in the treatment of tennis elbow.
Scand J Rehabil Med 1992; 24:37-42.

25.

Lundeberg T, Haker E. Effect of laser versus placebo in tennis elbow. Scand J


Rehabil Med 1987; 19:135-38.

26.

Brattberg G. Acupuncture therapy for tennis elbow. Pain 1983; 16:285-288.

27.

Molsberger A, Hille E. The analgesic effect of acupuncture in chronic tennis


elbow pain. Br J Rheum.1994; 33:1162-1165.

28.

Chen SC. A tennis elbow support. Br Med J 1977; 290:894.

29.

Cyriax JH. The pathology and treatment of tennis elbow. J Bone Joint Surg 1936;
4: 921-948.

30.

Mulligan R.B. Manual therapy NAGS, SNAGS, MWMS, etc: 3rd ed.
Wellington, New Zealand: Plane view service1995:78-88.

14

31.

Stratifies P. Manipulation of wrist for management of lateral epicondylitis- a


randomized pilot study. Phys Ther 2003; 83:608-616.

32.

Hoppenrath T, Ciccone CD. Is there evidence that phonophoresis is more effective


than ultrasound in treating pain associated with lateral epicondylitis? Phys Ther 2006;
86:136-140.

33.

Cameron MH. Physical agents in rehabilitation. WB Saunders; Ultrasound: 272302.

34.

Kochhar M, Dogra A. Effectiveness of a specific physiotherapy regimen on


patients with tennis elbow. Physiotherapy 2002; 88:333-341.

35.

Kisner C, Colby LA. Therapeutic exercise: foundation and techniques. 5th ed.
Philadelphia: FA Davis Co. 2002.

36.

Magee DJ. Orthopedic physical assessment. 4th ed Saunders 2002; principles and
concepts: P-7

37.

Lowe A, Wessel J. Test retest reliability, construct validity and responsiveness of a


functional pain scale for tennis elbow. Phys Canada 2003; 55:114-112.

38.

Binder A, Hodge G. Is therapeutic ultrasound effective in treating soft tissue


lesions? Br Med J 1985; 290:512-513

39.

Smidt N, Assendelft WJ. Effectiveness of physiotherapy for lateral epicondylitisa systemic review. Ann Med 2003; 35:51- 62.

40.

Lundeberg T, Haker E. A comparative study of continuous ultrasound and rest in


epicondylagia. Scand J Rehabil Med 1988; 20:99-101.

41.

Holdworth LK, Anderson DM. Effectiveness of ultrasound used with a


hydrocortisone coupling medium or epicondylitis clasp to treat lateral epicondylitispilot study. Physiotherapy 1993; 79:19-24.

42.

Miller J. Case Study: Mulligan concept management of tennis elbow. Ortho Div
Rev 2000 June; http://www.canzed.on.ca/ updates/articles-tennis.htm

43.

Paungmali A, OLeary S. Hypoalgesic and sympathoexcitatory effects of


mobilization with movement for lateral epicondylitis. Phys Ther 2003; 83:374-83.

15

Anda mungkin juga menyukai