Anda di halaman 1dari 3

PERJALANAN MUSIK DANGDUT

Jujur saya pribadi tidak terlalu menyukai musik dangdut, isi playalist yang ada di
komputer saya pun nihil akan lagu yang berirama dangdut. Tapi saya tidak menutup telinga
ketika lagu dangdut menggema saat saya di angkot atau sedang berada di pasar tradisional.

Musik dangdut memang mempunyai irama tersendiri yang membuat musik ini akrab di
telinga masyarakat Indonesia. Irama musik dangdut itu merupakan percampuran dari irama
melayu dengan sentuhan musik india dan arab (dalam alat musiknya). Bahkan, seiring dengan
trend musik yang ada di Indonesia, dangdut juga mendapat sentuhan irama pop, rock, atau pun
house music.

Musik dangut lahir di Indonesia sekitar tahun 1940-an. Namun pada saat itu musik yang
lengket dengan tabuhan gendang ini belum bernama dangdut. Kata ”dangdut” sendiri berasal dari
suara gendang yang menghasilkan bunyi ”dang” dan ”dut”. Beberapa pendapat menyebutkan
bahwa istilah dangdut ini pada awalnya merupakan ejekan sebagian musisi rock terhadap jenis
musik yang berakar dari musik melayu deli dan india.

Memasuki tahun 1950 adalah A. Haris yang mulai mempelopori musik dangdut dengan hitsnya
yang bejudul Kudaku Lari. Di lagu ini A. Haris telah memasuki unsur musik India pada
aransemennya.

Di tahun 1950-1960an ini pula musisi dangdut yang lain mulai mencuat namanya, seperti
Said Effendi dengan lagu Serojanya, Hussein Bawafie pencipta lagu Boneka dari India dan P.
Ramlee penyanyi asal Malaysia yang terkenal dengan lagu Engkau Laskana Bulan.

Selain dijejali dengan penyanyi-penyanyi terkenal, pada tahun ini grup musik dangdut
atau yang lebih dikenal dengan sebutan Orkes Melayu (OM) juga mulai berkembang. Mereka
biasa tampil dalam panggung-panggung hiburan rakyat atau dalam acara pernikahan. Instrumen
yang mereka gunakan masih lengket dengan instrumen musik Arab dan India seperti gambus dan
rebana.

Musik dangdut kontemporer mulai muncul pada tahun 1970-an di mana Rhoma Irama
dan Soneta grupnya mulai memasukkan unsur Barat  seperti penggunaan gitar listrik, organ
elektrik, terompet, dan saksofon. Hal ini juga menambahkan pencampuran jenis musik baru
dalam tubuh dangdut, yaitu musik rock.

Jika dilihat dari perkembangan musik Indonesia sendiri pada waktu itu, memang masyarakat
Indonesia sedang heboh-hebohnya dengan musik rock. Sehingga bisa disebut pada saat itu
terdapat dua kubu yang sedang bersaing dalam popularitas: dangdut dan rock.

Apa yang dilakukan si ”Raja Dangdut” Rhoma Irama ini memang menciptakan warna
baru dalam musik dangdut. Lagu-lagunya tidak melulu mendayu-dayu dan mengajak kita
bersedih hati tapi juga membangkitkan semangat dan mengajak kita berjoget ria dengan irama
barunya itu.

Tak hanya nama ia saja yang bersinar pada tahun tersebut. Elvi Sukaesih, Mansyur S, dan
A. Rafiq termasuk penyanyi yang berjaya dan menjadi ikon musik ini.

Akhir 1970-an variasi musik dangdut bertambah lagi dengan memasukkan unsur humor jenaka
dalam liriknya. Grup Orkes Melayu Pancaran Sinar Petromak (PSP) adalah salah satu grup
musik yang meramaikan kancah musik di penghujung tahun 70-an itu. Salah satu ciri grup musik
ini adalah lagu yang mereka bawakan merupakan lagu-lagu barat yang ditransformasi dalam
irama dangdut yang membuat kita bergoyang riang. Selain itu ada pula grup OM Pengantar
Minum Racun (PMR) yang membawakan musik dangdut dengan musik dan lirik yang jenaka.
Jenis dangdut dengan unsur humor ini mulai ramai kembali pada tahun 2000-an yang dimotori
oleh grup Pemuda Harapan Bangsa (PHB).

Memasuki tahun 2003, musik ini mulai menimbulkan kontroversi. Inul daratista bisa
disebut sebagai pemicu kontroversi ini karena goyang ngebornya yang terkesan erotis. Bahkan
Rhoma Irama dan beberapa Forum Islam pun sempat mengecam Inul dan menyuruhnya untuk
berhenti bernyanyi.

Inul merupakan cikal bakal lahirnya beberapa penyanyi dangdut yang ingin mendapatkan
popularitas dengan sensasi-sensasi seperti itu. Sekarang sudah banyak istilah goyangan yang
melekat di nama penyanyinya seperti Annisa Bahar dengan goyang patah-patah, Dewi Persik
dengan goyang gergaji, Uut Permata Sari dengan goyang ngecor, dan Ira Swara dengan goyang
vibratornya.

Selain goyangannya, pakaian yang mereka pakai juga kerap menambah kesan erotis
dengan belahan dada yang rendah ataupun pakaian yang sangat ketat sehingga setiap lekuk tubuh
mereka sangat terlihat jelas.

Walaupun musik ini telah melahirkan kontroversi namun ia tetaplah musik yang
merakyat. Musik yang dinikmati hampir seluruh masyarakat Indonesia. Mulai dari tukang becak
sampai pejabat menyukai musik dangdut. Hal ini juga menunjukkan bahwa dangdut bukan hanya
untuk konsumsi masyarakat kelas bawah saja tapi ia universal bisa untuk siapa saja. Anda sendiri
bagaimana?

Anda mungkin juga menyukai