Anda di halaman 1dari 69

NEUROFISIOLOGI

Detty Iryani
Bagian Fisiologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas
SISTEM YANG MENGATUR FUNGSI
TUBUH :
•Sistem saraf
•Sistem hormon

SISTEM SARAF :
•Divisi sensoris
•Divisi motoris
DIVISI SENSORIS

INFORMASI

RESEPTOR

SARAF SENSORIS

PUSAT SENSORIS
RESEPTOR
Menerima dan mengubah informasi

RESEPTOR SENSORIS
1. Free nerve ending
2. Merkel’s discs
3. Tactile hair
4. Pacinian corpuscle
5. Meissner’s corpuscle
6. Krause’s corpuscle
7. Ruffini’s end organ
8. Golgi tendon apparatus
9. Muscle spindle
NEURON
SINAPS
• Pengertian
• Fungsi :
1.Memblok impuls
2.Mengubah impuls tunggal jadi
berulang-ulang
3.Mengintegrasikan impuls
•Jenis sinaps :
1. Sinaps kimia (chemical sinaps)
2. Sinaps listrik (electrical
sinaps)
• Neurotransmitter
• Mekanisme pelepasan neurotransmitter
Depolarisasi membran presinaptik

Ion Ca masuk dalam terminal

Neurotransmitter dilepaskan ke
dalam
celah sinaptik
Neuron post sinaptik mempunyai 2 komponen :
1. Binding component
2. Ionophore component
a. saluran ion
b. second mesenger activator
Saluran ion :
1. Saluran kation (Na, K)
2. Saluran anion (Cl)

Transmitter :
1. Transmitter eksitasi : membuka saluran
kation
ex.: asetilkholin, NE, Dopamin, Serotonin
2. Transmitter inhibisi : membuka saluran anion
ex.: GABA, Glisin
Sistem second mesenger :
1. Membuka saluran ion melalui saluran membran sel
post sinaptik
2. Aktivasi cAMP atau cGMP
3. Aktivasi enzim intraseluler
4. Aktivasi transkripsi gen

Mekanisme eksitasi reseptor membran post sinaptik :


1. Pembukaan saluran natrium
2. Menekan konduksi melalui saluran khlorida atau kalium
3. Berbagai perubahan metabolisme dalam sel

Mekanisme inhibisi reseptor membran post sinaptik :


1. Pembukaan saluran khlorida
2. Meningkatnya konduktans ion kalium melalui reseptor
3. Aktivasi enzim reseptor
Peristiwa listrik selama :
1. eksitasi neuron
2. inhibisi neuron
Klasifikasi reseptor :
1. Mekhano reseptor
2. Thermo reseptor
3. Nociseptor
4. Reseptor elektromagnetik
5. Khemoreseptor

Mekanisme potensial reseptor :


1. Deformasi mekanik
2. Aplikasi zat kimia terhadap membran
3. Perubahan temperatur membran
4. Melalui efek radiasi elektromagnetik
Adaptasi reseptor
Sifat khusus semua reseptor sensoris untuk beradaptasi
sebagian/seluruhnya terhadap stimulus konstan sesudah
suatu periode tertentu

1. Reseptor tonik
- adaptasi lambat, dapat deteksi stimulus kontinyu
- ex. : apparatus tendon golgi, muscle spindle, res.nyeri,
baroreseptor, khemoreseptor (carotid & aortic body),
reseptor makula pada alat vestibuler

2. Reseptor fasik
- adaptasi cepat
- pacinian corpuscle
SENSASI TAKTIL
• Raba, tekanan, getaran……… reseptor sama
• Perbedaan :
1. Sensasi raba : reseptor taktil dalam kulit atau dalam
jaringan dibawah kulit
2. Sensasi tekanan : deformasi jaringan yang lebih dalam
3. Sensasi getaran : sinyal sensoris berulang dan cepat pada
beberapa jenis reseptor untuk raba dan
tekanan , khususnya yang adaptasi cepat
Reseptor taktil
1. Free nerve ending
2. Meissner’s corpuscle
3. Mercle disc
4. Hair end organ (organ akhir rambut)
5. Ruffini’s end organ
6. Paccinian corpuscle
TRANSMISI SENSASI TAKTIL
1. Meissner corpuscle, Merkel disc, pacinian corpuscle dan
Ruffini’s end organ
…….Serat saraf tipe A (30-70 m/dt)

2. Free nerve ending


…….Serat saraf bermielin tipe A (5-30 m/dt)

3. Sebagian free nerve ending


……..Serat saraf tipe C (1-2 m/dt)
POSITION SENSE=PROPRIOCEPTIVE SENSE
1. Statik
2. Kinestetik=dynamic proprioceptive

Reseptor :
1. Ruffini’s organ
2. Reseptor tendon golgi
3. Pacinian corpuscle

Transmisi sinyal kinestetik….saraf sensoris tipe A


JALUR SENSORIK :
1. Sistem Kolumna dorsalis/lemniskus medial
- Radix dorsalis  ascenden  menyeberang pada LM
- Serabut saraf bermielin tebal, kecepatan konduksi 35-70 m/dt
- Transmisikan informasi sensoris yang cepat

2. Sistem Anterolateral
- radix dorsalis  menyeberang ke kontralateral  ascenden
- Serabut kecil, ada yang tidak bermielin, kec.konduksi 1-15 m/dt
- Transmisikan informasi sensoris kurang cepat
SISTEM KOLUMNA DORSALIS
SISTEM ANTEROLATERAL
SISTEM KOLUMNA DORSALIS
1. Sensasi raba dengan tingkat lokalisasi rangsang yang tinggi
2. Sensasi raba dengan intensitas gradasi halus
3. Sensasi fasik seperti getaran
4. Sensasi gerakan pada kulit
5. Sensasi kinestetik
6. Sensasi tekanan dengan intensitas derajat halus

SISTEM ANTEROLATERAL
1. Nyeri
2. Termal
3. Sensasi raba dan tekanan kasar
4. Sensasi gatal dan geli
5. Sensasi seksual
KORTEX SOMATOSENSORIK
- Daerah somatosensoris I (girus postsentralis kortex cerebri)
- Daerah somatosensoris II (posterior inferior ujung bawah
girus
post sentralis)
- Proyeksi tubuh dalam daerah somatosensorik I
- Diferensiasi modalitas dalam daerah somato sensoris I
LESI PADA DAERAH SOMATO SENSORIS I
1. Tidak dapat melokalisir berbagai sensasi yang berasal dari berbagai
bagian tubuh
2. Tidak dapat menilai secara kritis tingkat tekanan pada tubuh
3. Tidak dapat menilai dengan tepat berat benda
4. Tidak dapat menilai bentuk benda (astereognosis)
5. Tidak dapat menilai tekstur benda
6. Tidak dapat menilai gradasi halus suhu
7. Tidak dapat mengenali orientasi dari berbagai bagian tubuh

DAERAH ASOSIASI SOMATIK


- Daerah Broadmann V dan VII
- Efek lesi pada daerah asosiasi somatik : amorfosintesis
- Tidak dapat mengenali benda atau bentuk yang komplex
- Kehilangan sensasi mengenai tubuh sendiri
ASPEK KHUSUS FUNGSI SENSORIK
- Fungsi thalamus
- Dermatom :
bidang segmental persarafan spinal
terdapat overlapping dari segmen ke segmen
guna : menentukan segmen medula spinalis yang rusak
DERMATOM
NYERI

- Gejala yang sering ditemukan


- Tujuan nyeri : Mekanisme protektif tubuh

RESEPTOR NYERI : Free nerve ending


-Banyak terdapat pada kulit, periosteum, dinding arteri
permukaan sendi, falx dan tentorium cerebri
-Jaringan yang lebih dalam tidak banyak terdapat FNE
Ada 3 jenis reseptor nyeri berdasarkan jenis stimulus :
1. Mechanical
2. Thermal
3. Chemical

Zat kimia yang menimbulkan nyeri :


Bradikinin, serotonin, histamin, potassium ion
acids, acethylcholin, proteolytic enzymes

Zat yang meningkatkan sensitivitas reseptor nyeri :


Prostaglandin dan substance P
SIFAT RESEPTOR NYERI :
1. Tidak beradaptasi
2. Hyperalgesia

Intensitas nyeri sebanding dengan kecepatan kerusakan jaringan


Intensitas nyeri juga berkorelasi dengan peningkatan konsentrasi ion K
Dan Enzim proteolitik

KERUSAKAN JARINGAN SEBAGAI PENYEBAB NYERI :


1. Zat kimia
2. Iskemia jaringan……peningkatan asam laktat
3. Spasme otot…….
- stimulus terhadap mechanosensitive pain receptor
- kompresi pembuluh darah…..iskemia
JENIS NYERI :
1. Nyeri cepat
- ditimbulkan oleh rangsangan mekanik atau termal
- ditransmisikan oleh serat saraf tipe A (Kec. 6-30 m/dt)
- dibawa oleh traktus neospinothalamic
- neurotransmitter : glutamat

2. Nyeri lambat
- ditimbulkan oleh rangsangan mekanik, termal dan
kimia
- ditransmisikan oleh serat saraf tipe C (kec. 0,5-2 m/dt)
- dibawa oleh traktus paleospinothalamic
- Neurotransmitter : Substance P
SISTEM ANALGESIA
-Reaksi terhadap nyeri………derajat yang berbeda
-Tergantung pada kemampuan otak untuk mensuppresi rasa nyeri
melalui sistem analgesia

Neurotransmitter yang terlibat dalam sistem analgesia :


…….enkhephalin dan serotonin

Sistem opiat otak :


1. Beta endorphin……hipothalamus dan hipofise
2. Met-enkhephalin….batang otak dan MS
3. Leu-enkhephalin….batang otak dan MS
4. Dynorphin……….hipothalamus dan hipofise

Mekanisme kerja : presinaptic inhibition dan postsinaptic inhibition


REFERRED PAIN
-Pengertian
-Mekanisme

VISCERAL PAIN
- Penyebab true visceral pain :
1. iskemia
2. stimulus kimia
3. spasme hollow viscus
4. overdistensi hollow viscus

Viscera yang insensitif :


parenkim hati dan parenkim paru
SENSASI THERMAL
Reseptor termal :
1. Reseptor panas
2. Reseptor dingin
3. Reseptor nyeri

-dingin…. transmisi oleh saraf tipe C (kec.0,4-2 m/dt)


-panas…..transmisi oleh saraf tipe A dan C

Perangsangan reseptor termal


< 10 C  res.nyeri
10-15 C  res.nyeri dan res.dingin
15-30 C  res.dingin
30-43 C  res.panas dan res.dingin
30-50 C  res.panas
43-50 C  res.panas dan nyeri
REFLEX

Arcus reflex atau lengkung reflex :


1. Reseptor
2. Saraf afferen atau saraf sensoris
3. Pusat reflex
4. Saraf efferen atau saraf motorik
5. Effektor
Reflex :
1. Monosinaptik
2. Polisinaptik

Reseptor sensoris otot


1. Muscle spindle
- panjang otot
- kecepatan perubahan panjang otot
2. Alat tendon golgi
- ketegangan otot
- kecepatan perubahan ketegangan otot
Aplikasi klinis regang
contoh :
1. Reflex patella
2. Reflex biseps
3. Reflex triceps
4. Reflex achiles

Tujuan :
1. Menilai derajat fasilitasi
-Jika fasilitasi meningkat…..sentakan kuat
-Jika fasilitasi menurun…….sentakan lemah
2. Menentukan spastisitas otot
-spastic
-flaccid
3. Tonus otot :
- hipotonus
- hipertonus

4. Klonus :
-Peningkatan impuls gamma efferent
-Sentakan otot berosilasi
-Contoh :
REFLEX FLEXOR
= Reflex nociceptif
= Reflex penarikan diri (withdrawn reflex)
-Stimulus : rangsangan nyeri
-Mekanisme neuronal :
1. Sirkuit divergen
2. Sirkuit inhibisi timbal balik
3. After discharge

REFLEX EKSTENSOR MENYILANG


- 0,2-0,5 detik sesudah timbul reflex flexor
-Terjadi ekstensi pada ekstremitas yang berlawanan
-Mekanisme neuronal : sinyal sensoris menyeberang ke
kontralateral
REFLEX PATOLOGIS
• Pengaruh pusat yang lebih tinggi terhadap neuron motoris
anterior hilang
• Reflex Babinsky : penggoresan telapak kaki timbul reaksi
ekstensi
ibu jari kaki dan pengembangan jari-jari lain
• Normal terjadi pada bayi
• Reflex patologis lain (jika +, reaksi sama dengan reflex Babinsky)
1. Reflex Chaddock
2. Reflex Gordon
3. Reflex Oppenheim
4. Reflex Schaeffer
SISTEM SARAF MOTORIK
KORTEKS MOTORIK

 Lokasi :anterior sulkus sentralis (1/3 bagian


posterior lobus frontalis)
 Korteks motorik terbagi atas 3 area :
 Korteks motorik primer
 Area premotorik
 Area motorik suplementer
Korteks motorik primer

 Lokasi : Area 4 Brodmann


 Susunan topografis berbagai area tubuh pada
korteks motorik primer
TRAKTUS KORTIKOSPINAL

 Semua gerakan volunter melibatkan aktivitas dalam


korteks serebri
 Sinyal dari korteks motorik ditransmisikan secara
langsung dari korteks motorik ke medula spinalis melalui
traktus kortikospinal
 Secara tidak langsung melibatkan ganglia basalis,
serebelum dan nuklei batang otak melalui traktus
extrapiramidalis
 Traktus kortikospinal disebut juga traktus
piramidalis
 Traktus kortikospinal :
 30% dari korteks motorik primer
 30% dari area premotorik dan area motorik
suplementer
 40% dari area somatosensorik
 Perjalanan traktus kortikospinal (gambar)
Traktus piramidalis
Peran batang otak

 Batang otak terdiri dari : medula oblongata, pons dan


mesencephalon
 Fungsi batang otak :
 Mengatur pernafasan
 Mengatur sistim kardiovaskuler
 Mengatur fungsi sistim gastrointestinal
 Mengatur gerakan tubuh yang streotype
 Mengatur keseimbangan
 Mengatur gerak bola mata
 Sebagai tempat simpangan sinyal
Serebelum

 Area tenang, tidak ada aktivitas dengan perangsangan


listrik
 Serebelum penting : karena membantu mengurutkan
aktivitas motorik, memonitor dan memperbaiki
penyesuaian aktivitas motorik tubuh sehingga dapat
menyesuaikan diri terhadap sinyal yang dikeluarkan
korteks motorik
Kelainan akibat kerusakan pada serebelum

 Dismetria dan ataksia


 Post pointing
 Disdiadokokinesia
 Disartria
 Tremor intensi
 Nistagmus serebelar
 Hipotonia
Ganglia basalis

 Terdiri dari : nukleus kaudatus, putamen, globus


palidus, substansia nigra dan nukleus
subtalamikus
 Fungsi utama : berkaitan dengan sistim
kortikospinal untuk mengatur pola aktivitas
motorik yang kompleks
Kelainan akibat kerusakan ganglia basalis

 Abnormalitas lintasan putamen (lesi di globus palidus


dan subtalamus) :
 Atetosis : gerakan menggeliat
 Hemibalismus : gerakan menghempas secara tiba-tiba di seluruh
anggota tubuh
 Korea : gerakan tersentak-sentak pada tangan, wajah
 Kerusakan umum
 Penyakit parkinson (kekakuan pada otot, tremor involunter,
akinesia)
 Penyakit huntington (gangguan herediter, timbul pada usia 40-
50an, gerakan tersentak-sentak pada sendi, gerakan menyimpang,
dementia berat
SISTEM SARAF OTONOM
 Sistim saraf otonom adalah sistim saraf yang
bekerja mengatur fungsi viseral tubuh
 SSO terutama diaktifkan oleh pusat yang
terletak di medula spinalis, batang otak dan
hipotalamus
 Terbagi atas 2 subdivisi utama :
 Sistim saraf simpatis
 Sistim saraf parasimpatis
Sistim saraf simpatis

 Berasal dari segmen torakolumbal


 Saraf simpatis terdiri dari neuron preganglionik
dan neuron postganglionik
SYMPATHETIC NERVOUS SYSTEM
Sistim saraf parasimpatis

 Berasal dari saraf kranial dan saraf spinal


segmen sakral
 Terdiri dari neuron preganglionik dan
postganglionik parasimpatis
Neurotransmitter saraf simpatis dan
parasimpatis
 Semua neuron preganglionik simpatis dan
parasimpatis bersifat kholinergik
 Semua neuron postganglionik parasimpatis
bersifat kholinergik
 Semua neuron postganglionik simpatis bersifat
adrenergik
Asetilkholin

 Reseptor asetilkholin ada 2 yaitu :


 Reseptor muskarinik : terdapat pada semua sel
efektoryang dirangsang oleh neuron postganglionik
parasimpatis
 Reseptor nikotinik : terdapat pada sinaps antara
neuron preganglionik dan postganglionik saraf
simpatis dan parasimpatis
Adrenergik

 Reseptor adrenergik ada 2 yaitu :


 Reseptor alfa
 Reseptor beta (beta 1 dan beta 2)
 Norepinefrin dan epinefrin disekresikan oleh
medula adrenal
 NE terutama merangsang reseptor alfa
 E tertama merangsang reseptor beta
Reseptor adrenergik dan fungsinya

Reseptor alfa Reseptor beta

Vasokonstriksi Vasodilatasi (2)

Dilatasi iris Kardioakselerasi (1)

Relaksasi usus Peningkatan kekuatan


miokard (1)

Kontraksi sfingter usus Relaksasi usus (2)

Kontraksi pilomotor Bronkhodilatasi (2)

Kontraksi sfingter kandung Relaksasi kandung kemih


kemih (2)
Kerja eksitasi dan inhibisi saraf simpatis dan
parasimpatis

 Perangsangan simpatis dapat menimbulkan


eksitasi pada beberapa organ namun
menimbulkan inhibisi pada beberapa organ,
demikian juga dengan saraf parasimpatis

Anda mungkin juga menyukai