Anda di halaman 1dari 35

PENYUSUNAN RENCANA TINDAK

PEREMAJAAN KAWASAN KUMUH


KABUPATEN PIDIE
A. Latar Belakang
 Lahan berkembang cepat menjadi hunian sementara yang kumuh dan seringkali
bukan pada peruntukan perumahan dalam RTRW/RDTR.

 UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, Pasal 27 ayat (2)
menyatakan bahwa kegiatan yang dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas
permukiman meliputi upaya melalui perbaikan atau pemugaran, peremajaan serta
pengelolaan dan pemeliharaan yang berkelanjutan

 Keterbatasan dan kualitas dari sarana dan prasarana permukiman yang tidak
memadai untuk suatu kawasan permukiman menjadi salah satu permasalahan
mendasar yang terjadi di daerah Kumuh.

 Program – program rencana tindak dan strategi penangannya mulai disusun


melalui peningkatan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan pengelolaan
penanganan permukiman kumuh dengan keyakinan dasar bahwa suatu
permukiman yang responsive dapat secara langsung mendukung pengembangan
jatidiri, produktifitas dan kemandirian masyarakat penghuninya
B. Maksud dan Tujuan
 Masukan rencana dan program pembangunan fisik bagi Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten Pidiendalam penanganan permukiman kumuh.

 Masukan teknis bagi Pemerintah Provinsi Aceh dan Pemerintah Kabupaten Pidie dalam bentuk
rincian penyelenggaraan, pengelolaan dan pemeliharaan dalam upaya penataan dan peningkatan
kualitas lingkungan permukiman kumuh dan pemberdayaan komunitas perumahan terutama
dalam penanganan kawasan kumuh.

 Masukan teknis bagi Pemerintah Provinsi Aceh dan Pemerintah Kabupaten Pidie dalam
mengarahkan peran seta pelaku pembangunan dalam mewujudkan lingkungan yang bebas
kumuh di Tahun 2011.

 Tersusunnya program investasi dan rencana tindak untuk lima tahun ke depan sebagai program
jangka menengah melalui matrik identifikasi kebutuhan dan sumber dana serta instansi
penanggung jawab kegiatan.

 Tesusunnya Laporan – laporan studi kegiatan Penyusunan Rencana Tindak Kawasan Kumuh
untuk Tahun 2011 Kab. Pidie sebagai arahan dan pegangan pelaksanaan peningkatan kualitas
permukiman di daerah tersebut.
C. Sasaran
 Tersusunnya masukan rencana dan program pembangunan fisik bagi pemerintah kabupaten
Pidie dalam penanganan permukiman kumuh.
 Tersusunnya masukan teknis bagi pemerintah kabupaten Pidie dalam bentuk rincian
pengendalian penanganan permukiman kumuh.
 Tersusunnya masterplan penanganan permukiman di Kawasan Perencanaan
 Tersusunnya DED untuk lokasi fisik percontohan pada permukiman kumuh dimaksud, khususnya
Prasarana Lingkungan).
 Tersusunnya program investasi Lintas Sektoral penanganan kawasan selama lima tahun ke
depan dalam bentuk matriks identifikasi kebutuhan dana, sumber dana dan instansi penanggung
jawab kegiatan program jangka menengah ini

D. Pemahaman Rencana Tindak


 Program peran masyarakat dalam penyusunan rencana tindak
 Rencana umum desain
 Panduan pengembangan detail rencana
 Program pembiayaan
 Panduan administrasi rencana, program dan kelembagaan
 Panduan pengendalian pelaksanaan
 Program DED Kawasan Percontohan
Gambar. Peran Serta Masyarakat dalam Rencana Tindak

P e n d e k a ta n P e ra n S e rta
M a s y a ra k a t
A s p ira s i s ta k e h o ld e r m e w a k ili
W a w a n c a ra d e n g a n
k e lo m p o k -k e lo m p o k
s ta k e h o ld e r
m a s y a ra k a t A s p ira s i m a s y a ra k a t
te rid e n tifik a s i

A s p ira s i m a s y a ra k a t/ W a w a n c a ra la n g s u n g A s p ira s i m a s y a ra k a t m a s u k
p e n d u d u k s e k ita r k a w a s a n d e n g a n m a s y a ra k a t d a la m s u s u n a n p ro g ra m

P e ru m u s a n m a s a la h d a n
k o n s e p p ro g ra m s e s u a i
k e b u tu h a n ja n g k a p a n ja n g
A s p ira s i s e b a g ia n A n g k e t d a la m b e n tu k
kaw asan
m a s y a ra k a t s e c a ra s a m p lin g q u e s tio n e r
S k a la p rio rita s p e la k s a n a a n
a w a l d a p a t d ite n tu k a n s e s u a i
k e b u tu h a n ja n g k a p e n d e k
D ia lo g in te ra k tif s ta k e h o ld e r,
m a s y a ra k a t d a n p e m e rin ta h W o rk s h o p
k o ta L u b u k L in g g a u

Permasalahan umum bidang perumahan dan permukiman di Indonesia :


 Belum terlembaganya sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman
 Rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau
 Menurunnya kualitas lingkungan permukiman
 Meningkatnya luas kawasan permukiman kumuh
 Rendahnya kemampuan sebagian besar masyarakat
 Fasilitasi pemerintah masih kurang
E. Ciri-Ciri Permukiman Kumuh
Ciri-Ciri Permukiman Kumuh (Supardi Suparlan) :
 Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai
 Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaan ruang-ruangnya mencerminkan
penghuninya yang kurang mampu atau miskin
 Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam penggunaan ruang-ruang yang
ada di pemukiman kumuh sehingga mencerminkan adanya kesemerawutan tata ruang
 Ketidakberdayaan ekonomi penghuninya
Sedangkan ciri-ciri kawasan kumuh menurut kriteria Dep. PU adalah:
Lingkungan tidak terawat/kotor, Umur kawasan kadangkala telah mencapai lebih dari 50 tahun dan
kondisinya semakin menurun, Dibangun spontan sebagai hunian, Tidak
ada kejelasan hak milik (liar/Squatter), Bahan bangunan rumah diperoleh dari
bahan-bahan seadanya, bangunan bersifat semi permanen, Warganya merupakan migran
urbanisasi yang bermigrasi dari desa ke kota, Warga slum yang bekerja kebanyakan
adalah pekerja pasar dan serabutan, Banyak dihuni oleh pengangguran, Tingkat
kejahatan/kriminalitas tinggi, Demoralisasi tinggi, Emosi warga tidak stabil, Miskin
dan berpendapatan rendah, Daya beli rendah, Sarana prasarana publik sangat
tidak memadai

Ciri-ciri fisik lingkungan kawasan kumuh adalah :


 Kepadatan bangunan tinggi
 Bangunan bersifat semi permanen
 Struktur pemukiman kurang tertata
 Biasanya berdekatan dengan sarana pendukung (air, tempat pembuangan, dll)
 Sirkulasi antar bangunan sempit dan tidak dapat dilalui mobil
F. PENETAPAN KAWASAN PERENCANAAN
Pertimbangan untuk penetapan kawasan perencanaan :
 Kesamaan permasalahan yang menyangkut pola rencana penanganan
 Kesesuaian penanganan yang menyangkut pola pelaksanaan yang terpadu dengan rencana lain yang ada di
kawasan
 Cakupan luasan rata-rata untuk penanganan peremajaan ini diatur sebagai berikut:
  Kota Metro atau kota besar seluas 50 ha
  Kota sedang 25 ha
  Kota kecil atau kawasan permukiman kumuh yang berfungsi strategis 10 ha

Kawasan Perencanaan
Untuk kawasan penataan di Gampong Blang Asan di bagi kedalam 7 (tujuh) blok yang terdapat di 4 (empat)
lingkungan yaitu :
Lingkungan Rukun (terdiri dari 116 blok persil)
Lingkungan Bengga (terdiri dari 121 blok persil)
Lingkungan Perdamaian (terdiri dari 119 blok persil)
Lingkungan Jeumpa (terdiri dari 66 blok persil)
P e m b a g ia n B lo k K a w a s a n P e n a t a a n
B lo k Luas L o kasi
B lo k 0 1  L u a s 1 ,1 4 H a  S e b a g ia n B e n g g a d e n g a n in t i p e n a a t a n r u m a h
k u r a n g d a n t id a k la y a k h u n i
B lo k 0 2  L u a s 2 ,7 1 H a  S e b a g ia n B e n g g a d e n g a n in t i p e n a t a a n R T H d a n
K u b u ra n
B lo k 0 3  Luas 5 ,9 8 H a  S e b a g ia n J e u m p a , s e b a g ia n P e r d a m a ia n , d e n g a n
in t i p e n a t a a n j a r in g a n j a la n lin g k u n g a n , s a lu r a n
d r a in a s e d a n J e m b a t a n
B lo k 0 4  L u a s 7 ,9 1 H a  S e b a g ia n J e u m p a , s e b a g ia n P e rd a m a ia n in t i
p e n a t a a n ja la n lin g k u n g a n d a n s a lu r a n d r a in a s e
B lo k 0 5  L u a s 8 ,7 8 H a  S e b a g ia n P e r d a m a ia n dan S e b a g ia n Bengga
d e n g a n in t i p e n a t a a n ja rin g a n j a la n lin g k u n g a n ,
s a lu ra n d r a in a s e , r u m a h k u r a n g la y a k h u n i.
B lo k 0 6  L u a s 1 2 ,7 8 H a  S e b a g ia n r u k u n d e n g a n in t i p e n a t a a n s a n it a s i
lin g k u n g a n (b e k a s la h a n ta m b a k )
B lo k 0 7  L u a s 9 ,7 0 H a  S e b a g ia n r u k u n d e n g a n in t i p e n a t a a n s a n it a s i
lin g k u n g a n (b e k a s la h a n ta m b a k )
S u m b e r : H a s il A n a lis is 2 0 1 0
Peta Kawasan Perencanaan dan Penataan
Pembagian Blok Berdasarkan Karakter Dominasi
BLOK TIPOLOGI KUMUH
Blok 01  Permukiman Kumuh Pinggir Krueng Baro.
Blok 02  Permukiman Kumuh Pinggir sekitar kawasan Tempat Pemakaman Bengga.
Blok 03  Permukiman dengan pola perumahan dominan lebih tertata, namun
prasarana jalan lingkungan dan jembatan penghubung antar wilayah yang
tidak layak/rusak/membahayakan dan tidak bisa dilalui oleh kendaraan
roda dua.
Blok 04  koridor perkantoran pelayanan umum dan pemukiman organic yang relative
tertata
Blok 05  koridor perdagangan dan jasa serta perkantoran dan pemukiman organic
yang relative tertata
Blok 06  kawasan campuran dan penggunaan lahan bekas tambak
Blok 07  kawasan campuran (pemukikan dan perdagangan jasa) berbatasan dengan
lahan bekas tambak.
Sumber: Hasil Analisis 2010
G. KAWASAN PERENCANAAN
a. Fisik Dasar
Berada pada kemiringan 0-5% dengan ketinggian antara 2-5 m dpl, berada pada
kawasan berdekatan dengan pesisir laut dan kawasan sungai (krueng Baro),
termasuk kawasan rawan banjir Krueng Baro, dengan jenis tanah alluvium dan
Podsolik Merah Kuning, termasuk iklim tipe C, curah hujan 1500-3000 mm dengan
curah hujan 8,8 hari/bulan.
b. Penggunaan Lahan c. Sosial
Jumlah penduduk Gampong Blang
Asan pada tahun 2008 adalah 2.069
jiwa. Jumlah penduduk di kelurahan
ini merupakan 11,21 % dari jumlah
penduduk di Kecamatan Kota Sigli
dan merupakan 5,80 % dari jumlah
peduduk Perkotaan Sigli.
Perbandingan jumah penduduk
dengan lahan yang tersedia Gampong
Blang Asan merupakan Kelurahan
Terpadat kedua setelah Gampong
Keramat dalam di Kecamatan Kota
Sigli yaitu 46 jiwa/Ha, namun diatas.
Angka ini jauh melampaui angka
kepadatan penduduk Kecamatan Kota
Sigli 28 jiwa/ha dan kepadatan
Perkotaan Sigli yaitu 26 jiwa/ha.
d. Prasarana dan Sarana
 Parasarana Jalan dan Jembatan

Jembatan yang dikategorikan sebagai salah


satu prasarana lingkungan penunjang
pergerakan barang dan manusia yang
melalui jalur darat. Terdapat dua jenis
jembatan di Gampong Blang Asan, yaitu
jaringan jalan di Gampong Blang jembatan besar (yang melintasi sungai besar
Asan terdiri dari jaringan jalan utama Jl. Tgk. Cik Di Tiro sebagai batas antara
aspal 1.925 m (jalan koridor utama Gampong Blang Asan dengan Gampong
kawasan) dan jalan lingkungan Kramat Luar) dengan panjang + 30 meter
dengan total panjang 6.508,62 m dan lebar 10 meter, dan jembatan gantung di
bagian timur kawasan menuju utara yang
berbatasan dengan gampong Lampoh
Krueng mempunyai bentangan + 30 meter
dan lebar 2 meter.
 Jalan Lingkungan Kondisi jalan lingkungan utama di
kawasan perencanaan sebagian
besar kategori baik (baik dari
konstruksi maupun permukaan
jalannya), namun ada beberapa ruas
jalan utama tersebut masih
dalam konstruksi perkerasan
batu dan tanah

 Jalan Gang
Jalan gang dengan konstruksi tanah dengan
kondisi cukup baik yang menghubungkan antar
unit rumah yang saling berhimpitan maupun
jalan gang yang menuju ke lahan terbuka
(kebun). Lokasi jalan gang ini lebih banyak di
bagian utara dan barat kawasan letaknya berada
dilingkungan padat penduduk dengan garis
muka antar bangunan antara 0,5-1 meter.
 Jalan Setapak
Jalan setapak ini merupakan jalan sambungan sepanjang pinggir Krueng
Baro yang dimulai dari Jembatan Krueng Baro melewati Lingkungan
Bengga dengan konstruksi tembok mempunyai panjang + 250 m dan
lebar 1,5-2 meter sampai batas menuju kuburan. Kondisi jalan baik dan
konstruksinya masih berupa tanah, aksesi jalan setapak tersebut menjadi
kurang bila terjadi hujan berbahaya terkait jalan setapak yang berada di
sepanjang pinggir Krueng Baro. Jalan tersebut selain berfungsi sebagai
jalan pintas menuju kebun, antar lingkungan dan kawasan, juga
dipergunakan sebagai jalan akses menuju sungai yang digunakan oleh
sebagian masyarakat sebagai tempat kakus.
 Drainase

Saluran drainase utama (alam) berupa sungai yaitu


Krueng Baro yang berada di utara kawasan sekaligus
sebagai batas kawasan perencanaan bagian utara.
Saluran drainase terbuka dengan perkerasan; umumnya
disediakan untuk menampung air kelebihan (air hujan)
yang terdapat di pinggir jalan dan di depan bangunan di
kawasan permukiman, perumahan, perdagangan,
perkantoran dan pemanfaatan bangunan lainnya. Saluran
jenis ini mendominasi di wilayah Gampong Blang Asan.
Saluran drainase tertutup dengan perkerasan; umumnya
disediakan untuk menampung air kelebihan yang terdapat
di bawah air tanah dan ditutup dengan bangunan/beton.
Umumnya saluran jenis ini terdapat dititik-titik tertentu
seperti persimpangan jalan yang menyebabkan terjadi
perpotongan antara saluran dengan badan jalan.
Kondisi Drainase yang masih sangat minim dibeberapa
tempat dapat menjadi prioritas penanganan.
Sistem dan pola jaringan drainase di Gampong Blang
Asan adalah mengikuti jaringan jalan dan bermuara pada
Kreung Baro.
 Air Bersih

Saat ini sudah terdaftar sebanyak 378 unit atau 85,33 %


sedangkan sisanya memanfaatkan potensi sumur gali dan
sumur pompa 6,99 % dan memanfaatkan air permukaan
(mandi, cuci) sebesar 7,67%.

Hidran umum yang tersedia di Meunasah Lingkungan


Beungga yang dipakai masyarakat untuk mandi, cuci, kakus
serta kebutuhan air minum

Sumur gali yang berada diluar (depan rumah) yang


tersedia di beberapa rumah warga yang dipakai
masyarakat untuk mandi, cuci, serta kebutuhan air minum

Air permukaan (sungai Krueng Baro) yang dipakai


masyarakat untuk mandi, cuci, serta kakus
 Persampahan
Pengelolaan persampahan di Gampong Blang
Asan dilaksanakan di bawah koordinasi Dinas
Kebersihan Perkotaan Sigli. Volume sampah
diperkirakan sekitar 4,13 m3/hari. Tingkat
pelayanan pengelolaan sampah dengan
persentase 70 % sampah terangkut.
Kurangnya Fasilitas TPS Kawasan, membuat
masyarakat cenderung membuang sampah
pada lahan kosong yang semestinya dapt
berfungsi sebagai ruang terbuka hijau.

 Listrik
Seluruh Gampong Blang Asan telah memiliki sambangunan listrik, jadi
seluruh penduduk di Gampong Blang Asan dapat mengakses listrik untuk
kebutuhan sehari-hari.

 Telepon
Prasarana telekomunikasi di Gampong Blang Asan secara umum telah
tersedia dan tersebar di seluruh wilayah. Prasarana meliputi warung
telekomunikasi (Wartel), telepon umum serta sambungan telepon pribadi,
dan yang paling utama adalah adanya telepon seluler yang dimiliki oleh
hampir seluruh warga terutama golongan usia produktif 15-54 tahun,
sementara warnet belum tersedia di gampong ini.
Peta Sebaran Sarana
H. POTENSI KAWASAN
 Cukup besarnya proporsi distribusi penduduk Gampong Blang Asan
terhadap Kawasan Perkotaan Sigli setelah Gampong Keramat dan Gajah
Ayee, yaitu sebesar ± 5,8 % atau 2.069 jiwa dari total jumlah penduduk
Kawasan Perkotaan Sigli sebesar 35.685 jiwa, dapat menjadi potensi bagi
pembangunan lokal di wilayah Gampong. Namun demikian perlu di kelola
dengan baik agar tidak menjadi faktor yang menghambat perkembangan
kawasan,
 Adanya rencana pengembangan perumahan perkotaan
 Adanya rencana pengembangan rencana kawasan campuran di koridor
jalan utama Banda Aceh (Jl Tgk. Cik Ditiro)-Medan (Jl. Prof A. Madjid
Ibrahim)
 Posisi strategis kawasan yang berada di pusat kota bisa dijangkau dari
berbagai arah
 Kecenderungan jadi pusat inti kegiatan diantara 2 kutub pertumbuhan
kawasan perkotaan Hierarki I (Pelayanan Kabupaten) dan Hierarki II
(Pelayanan Skala Perkotaan).
 Masih cukup banyak lahan non terbangun di Gampong Blang Asan, dapat
menjadi potensi bagi pengembangan dan peremajaan kawasan.
I. PERMASALAHAN KAWASAN
1. Permasalahan Fisik dan Tata Ruang
 Adanya kecenderungan semakin meluasnya kawasan permukiman kumuh di sekitar
daerah aliran sungai Kreung Baro perlu ditindaklanjuti dengan upaya perencanaan yang
tepat dan upaya pengendalian yang ketat.
 Pola pemanfaatan ruang yang tidak seiimbang berkembang tidak terkendali dan
cenderung kurang optimal di pinggiran Gampong Blang Asan membutuhkan pola
penanganan yang tepat agar kegiatan masyarakat sekitar dapat berjalan dengan
semestinya.
2. Permasalahan Prasarana dan Sarana
 Buruk dan sempitnya jalan lingkungan yang ada terutama untuk lingkungan padat
bangunan perumahan yang cukup menghambat aktifitas warga.
 Saluran drainase yang kurang memadai dapat mengurangi keseimbangan lingkungan.
 Belum adanya Tempat Pembuangan Sampah Sementara baik yang bersifat Arm Roll
Truck maupun bangunan TPS diperkirakan sangat dibutuhkan untuk menampung volume
timbulan sampah.
3. Permasalahan Lingkungan
 Bila terjadi gelombang pasang yang besar dari laut akan mempengaruhi tinggi muka air
Kreung Baro, sehingga tingkat kecemasan akan mempengaruhi juga terhadap penduduk
yang berada di sekitar Krueng Baro tersebut. Selain itu berdasarkan data dan pengamatan
lapangan kawasan ini berpotensi terjadinya banjir tahunan.
 Pemanfaatan beberapa titik (spot) tepian sungai Kreung Baro oleh masyarakat sekitar
yang dipakai untuk Kakus Umum, tanpa adanya pengendalian dapat mengurangi kualitas
lingkungan sungai Kreung Baro.
 Terdapat beberapa lokasi yang dijadikan tempat penimbunan sampah oleh warga, seperti
sempadan sungai atau tanah kosong
 Tingkat kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah masih kurang
Peta Kondisi Potensi dan Permasalahan Kawasan
J. KONSEP PENANGANAN KAWASAN
Rencana Penanganan dibagi dalam 7 (tujuh) Blok Penanganan
1. Permasalahan Utama
Blok 1 :
 Pelayanan sarana lingkungan yang belum memadai terutama air bersih dan
persampahan.
 Bangunan yang berada di sekitar sempadan sungai cenderung memilki kondisi buruk
 Kondisi bangunan yang tidak layak huni dengan sistem pencahayaan dan penghawaan
yang tidak memadai Blok 1
 Sanitasi lingkungan yang kurang terutama adanya WC terapung yang terlihat langsung
dari Koridor utama jalan Kota Sigli kearah Krueng Baro sehingga menimbulkan kesan
estetika kota yang buruk.

Blok 2:

 Beberapa bangunan rumah tidak layak huni dengan akses terhadap sarana dan
prasarana yang terbatas serta sistem pencahayaan dan penghawaan yang tidak
memadai
 Berupa permukiman kumuh yang mempunyai kepadatan penduduk dan rumah tinggi
serta tidak mempunyai pola struktur yang teratur karena terbangun tanpa perencanaan. Blok 2
 Sanitasi lingkungan yang kurang terutama adanya WC terapung dengan konstruksi yang
membahayakan bagi sipemakai.
 Ekonomi individu rendah karena pemukim kebanyakan bekerja pada sector informal
pendukung aktivitas kota
Blok 3:
 Bangunan rumah tepi sungai (sempadan) tidak layak huni dengan akses terhadap
sarana dan prasarana yang terbatas serta sistem pencahayaan dan penghawaan
yang tidak memadai
 Pola permukiman dan pola struktur yang tidak teratur karena terbangun tanpa Blok 3
perencanaan
 Bangunan jembatan yang tidak memadai untuk penghubung antar wilayah/kawasan
sehingga tingkat aksesibilitas khususnya lingkungan jeumpa dan umumnya Gampong
Blang Asan dengan Gampong Lampoh Krueng jadi terhambat.
 Kondisi jalan lingkungan utama yang menghubungkan blok ini dengan jalan utama
(protocol kota) dengan konstruksi yang belum memadai.

Blok 4:
 Permukiman yang telah tertata dan terpola dengan tingkat pemenuhan prasarana dan
sarana yang mamadai cukup membuat kesenjangan yang tinggi dengan lingkungan
sekitar kawasan.
 Kepadatan bangunan yang cukup tinggi, dengan konsrtruksi semi permanent dan
Blok 4
permanent dengan tingkat pelayanan sanitasi lingkungan terutama persampahan dan
air bersih yang belum optimal.

Blok 5:
 Permukiman yang telah tertata dan terpola dengan tingkat pemenuhan prasarana dan
sarana yang mamadai cukup membuat kesenjangan yang tinggi dengan lingkungan
sekitar kawasan.
 Kepadatan bangunan yang cukup tinggi terutama yang berbatasan langsung dengan
blok 01, dan beberapa bangunan dengan kualitas pencahayaan dan penghawaan Blok 5
yang tidak memadai.
 Sebagian pemukiman tidak mendapat pelayanan air bersih (PAM) dengan
memnafaatkan sumur gali dengan kualitas yang kurang memadai (payau).
Blok 6:
 Permukiman yang telah tertata dan terpola dengan tingkat pemenuhan prasarana dan
sarana yang mamadai cukup membuat kesenjangan yang tinggi dengan lingkungan
sekitar kawasan. Blok 5
 Adanya pemanfaatan lahan yang tidak produktif lagi pada blok peruntukan ini menjadi
masalah utama selain membuat penurunan nilai estetika lingkungan juga kualitas
sanitasi lingkungan (adanya lahan bekas tambak)

Blok 6
Blok 7:
 Adanya pemanfaatan lahan yang tidak produktif lagi pada blok peruntukan ini menjadi
masalah utama selain membuat penurunan nilai estetika lingkungan juga kualitas
sanitasi lingkungan (adanya lahan bekas tambak).
 Mulai adanya koridor perdagangan yang berbatasan dengan bekas lahan tambak
yang kurang memperhatikan aspek kualitas lingkungan.

Blok 7
2. Potensi Penataan
Blok 01
 Pemenuhan sarana kawasan (Mandi Cuci Kakus), air bersih, persampahan
 Jalan lingkungan (inspeksi) sebagai jalan akses sudah ada dengan konstruksi tembok
 Kemampuan ekonomi individu rendah sehingga terbatas kemampuan untuk membangun rumah layak huni secara
mandiri
Blok 02
 Kemampuan ekonomi individu rendah sehingga terbatas kemampuan untuk membangun rumah layak huni secara
mandiri.
 Peningkatan kualitas lingkungan berupa pembangunan prasarana baru dan peningkatan prasarana yang ada
guna menaikan nilai aksesibilitas kawasan
 Pemenuhan sarana kawasan
 Adanya lahan terbuka yang berpotensi untuk dijadikan RTH sebagai identitas pengikat lingkungan
Blok 03
 Sudah ada jalur jalan setapak sebagai penguhubung menuju jembatan gantung, untuk ditingkatkan menjadi jalan
penguhubung (poros) menuju kawasan lain.
 Sudah ada konstruksi jembatan gantung dengan kondisi yang tidak layak untuk dipakai bagi pengguna kendaraan
bermotor.
Blok 04
 Ketersediaan lahan di kawasan yang berpotensi untuk pengembangan perumahan sesuai dengan arahan RDTR
Kota Sigli.
 Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana lingkungan
Blok 05
 Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana lingkungan
 Penataan pintu gerbang masuk kawasan inti pentaan bagian utara yang berdampingan dengan Krueng Baro.
Blok 06
 Perubahan fungsi atau menghidupkan kembali lahan tambak tersebut dengan wajah baru yang lebih menarik
sebagai lahan tujuan wisata memancing dan kuliner ditempat itu juga sehingga akan mempunyai nilai ekonomi
yang tinggi dan mempunyai multifier effect bagi masyarakatnya.
 Pengembangan jalur hijau di lokasi tertentu sebagai sabuk pengaman dan batas antara permukiman dengan
lahan tambak
Blok 07
 Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana lingkungan
 Pengembangan jalur hijau di lokasi tertentu sebagai sabuk pengaman dan batas antara permukiman dengan
lahan tambak
3. Konsep Pengembangan Fisik Kawasan
Konsep perencanaan fisik kawasan yang direncanakan merupakan bagian dari
rencana keseluruhan program penataan kawasan. Konsep perencanaan fisik ini
kemudian dibagi menjadi beberapa konsep detail kawasan yang secara
keseluruhan akan menjadi acuan dalam pengembangan kawasan ini dalam kurun
waktu lima tahun mendatang.
 Pembangunan pusat lingkungan kawasan
Di kawasan ini, terdapat area TPU (Taman Pemakaman Umum) yang salah satu
batas yang berhubungan dengan tepi sungai. Untuk penataan kawasan TPU ini,
agar menjadi salah satu ruang terbuka sebagai tempat berkumpul masyarakat,
maka pada batas tepi sungai direncanakanlah ruang terbuka hijau yang dilengkapi
dengan sarana olahraga dan rekreasi. Dalam perencanaan penataan RTH ini, yang
menjadi pusat adalah daerah tepi sungai yang menjadi salah satu tempat
beraktivitas dan berinteraksi sosial serta relaksasi.

 Pembangunan Jembatan Penghubung antar kawasan


Jembatan penguhubung ini sangat diperlukan sekali oleh masyarakat yang saat ini
kondisinya sangat memprihatinkan dan membahayakan bagi pengguna yang
melewatinya. Jembatan tersebut sangat membantu dalam mempersingkat dan
mempercepat aksesibilitas antar kawasan ke titik-titik pusat pertumbuhan antar
kawasan dan mengurangi beban jaringan jalan utama (arteri) menuju pusat kota
Sigli.
 Pembangunan Jalan Baru (inspeksi) tepi Krueng Baro
dengan panjang + 325 meter
Pembangunan jalan baru (inspeksi) sangat dibutuhkan selain
untuk mempermudah tingkat aksesibilitas kawasan bagian
menuju timur (titik awal jembatan besar kota/eksisting) menuju
barat kawasan (jembatan gantung/eksisting) dan sebaliknya,
juga berfunsgi sebagai penahan bibir/tepi Krueng Baro yang
dilengkapi dengan pembangunan kirmir (point 1 diatas) dari
gerusan air bila volume air sungai naik bahkan banjir.

 Pembangunan Kirmir tepian sungai dengan panjang + 325


meter
Dikarenakan terdapat beberapa kawasan ini rawan longsor
tepi/bibir sungai akibat luapan air banjir, serta adanya upaya
peningkatan kualitas tepi sungai yang mengakibatkan perlu
adanya pembangunan pengaman tepi sungai yaitu Kirmir
bersambung dari bangunan kirmir sebelumnya.
 Pembangunan pusat ekonomi lokal
Pada Gampong Blang Asan terdapat lokasi lahan
tambak yang tidak produktif lagi dan dekat dengan
permukiman penduduk. Mengingat bahwa pada
saat ini bahaya penyakit yang disebabkan oleh
nyamuk yang mematikan (DBD), maka diharapkan
lahan tersebut difungsikan lagi seperti semula
dengan penataan wajah baru lahan tambak yang
lebih menarik dengan cara penataan sekitar lahan
tambak tersebut yang lebih berkualitas baik segi
lingkungan maupun dari segi hasil yang mempunyai
nilai ekonomis (adanya pemancingan dan wisata
kuliner yang sifatnya on site).

 Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman


Dengan kegiatan antara lain peningkatan kualitas
jalan lingkungan, peningkatan kualitas rumah
hunian yang berangkat dan diselaraskan dengan
program penanganan Rumah Tidak layak Huni
(RTLH) yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten
Pidie, perbaikan drainase serta perbaikan dan
peningkatan kualitas prasarana lain yang
dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan masing-
masing blok.
K. RENCANA MASTER PLAN KAWASAN
L. IMPLEMENTASI PROGRAM
Blok 01 Penetapan garis sempadan sungai dengan pembangunan jalan inspeksi
dan jalur hijau
Pembangunan prasarana dan sarana lingkungan
Blok 02 Penetapan garis sempadan sungai dengan Pembangunan jalan inspeksi
dan jalur hijau
Pembangunan prasarana dan sarana lingkungan
Pengembangan ruang terbuka hijau sebagai pusat lingkungan
Pembanguna penahan longsor (talud/kirmir)
Blok 03 Pengembangan ruang terbuka hijau sebagai pusat lingkungan
Pembangunan gerbang kawasan peremajaan
Perbaikan/Pembangunan jembatan
Pembangunan prasarana dan sarana lingkungan
Pembanguna penahan longsor (talud/kirmir)
Blok 04 Pembangunan prasarana dan sarana lingkungan
Blok 05 Pembangunan prasarana dan sarana lingkungan
Pembangunan gerbang kawasan peremajaan
Blok 06 Pembangunan pusat ekonomi local
Optimalisasi lahan budidaya tambak sebagai penghasil kegiatan
ekonomi kawasan dan penunjang pariwisata kuliner
Pembangunan prasarana dan sarana lingkungan
Pengembangan ruang terbuka hijau
Blok 07 Pembangunan prasarana dan sarana lingkungan

Anda mungkin juga menyukai