Kelas : XI IPA
Pohon adalah pembentuk ruang paling dasar (akar dan tanah = lantai, batang =
tiang, ranting dan daun = atap) yang menciptakan keteduhan agar manusia
dapat melakukan aktivitas di bawahnya. Sang Buddha Gautama merenung
hening di bawah pohon Bodi (Ficus religiosa). Para murid yang sekolahnya
ambruk tetap dapat belajar di bawah kerindangan pohon.
Bumi dan perempuan adalah satu. Kata bumi sendiri berkonotasi perempuan.
Bumi tempat pohon berpijak menghujamkan akarnya. Bumi, pohon, dan
perempuan menginspirasi Sutradara Garin Nugroho untuk membuat film
terbarunya berjudul Under The Tree. Bagi Garin, pohon mempunyai banyak
makna yang menjadi bagian tak terlupakan dalam kehidupan semua orang di
Bumi. Pohon dan perempuan juga telah mendorong Gerakan Perempuan Tanam
dan Pelihara Sepuluh Juta Pohon (1/12/2007) untuk menyelamatkan Bumi.
Pusat-pusat kota di Jawa ditandai dengan dua pohon beringin kurung di alun-
alun sebagai titik nol kota. Pohon kamboja (Plumeria alba) banyak ditanam di
pura-pura suci di Bali atau di tanah pemakaman di Jawa.
Sebutan kota-kota kita juga ada yang berasal dari ciri khas pohon-pohonnya,
seperti Semarang (pohon asam yang ditanam jarang-jarang), Bogor yang identik
dengan pohon kenari. Begitu pula sejumlah kawasan di Jakarta, dulu Sunda
Kelapa (Cocos nucifera), kawasan Menteng (Baccaurea recemosa), Cempaka
Putih (Michelia alba), Karet (Ficus elastica), Kemang (Mangifera caecea),
Kelapa Gading (Cocos capitata), Kapuk (Ceiba petandra), Kosambi (Schleichera
oleosa), atau Kebayoran (Bayur = Pterospermum javanicum).
Tetapi pohon-pohon kini merana karena tumbang ditiup angin atau ditebangi
tanpa terkendali. Padahal, pohon wajib dilindungi dan dilestarikan apa pun
alasannya. Menebang pohon sama saja mempercepat ajal kita.
Global Warming effect Pada era pemanasan Bumi dan berbagai bencana alam
(banjir, tanah longsor, pencemaran udara, krisis air) terjadi, gerakan
penanaman pohon besar yang lebih banyak lagi merupakan hal mutlak. Pohon
berjasa menahan air dalam tanah, mencegah erosi dan longsor, menjadi
habitat bagi beragam makhluk hidup, memproduksi oksigen, menyerap
karbondioksida–gas rumah kaca penyebab pemanasan global–menyaring gas
polutan, meredam kebisingan, angin dan sinar matahari, dan menurunkan suhu
kota.
Jenis pohon tertentu terpilih sebagai pohon penyelamatan (escape trees) yang
ditanam di sepanjang jalur evakuasi bencana (escape route) menuju taman
atau bangunan penyelamatan (escape building) lainnya. Penanaman pohon
besar di sepanjang jalur hijau jalan, jalur pedestrian, bantaran rel kereta api,
jalur tegangan tinggi, serta jalur tepian air bantaran kali, situ, waduk, tepi
pantai, dan rawa-rawa akan membentuk infrastruktur hijau raksasa yang
berfungsi ekologis. Kota pohon memberi keteduhan pada pejalan kaki dan
penunggang sepeda.
Ada beberapa pohon yang layak tanam untuk kota besar seperti Jakarta, yaitu
pohon trembesi/Ki Hujan (Samanea saman), asam (Tamarindus indica), mahoni
(Swietenia mahogani), tanjung (Mimusops elengi), atau bintaro (Cerbera
manghas). Selain itu, pohon buah-buahan yang menarik bagi burung dan tupai
dapat pula ditanam di lingkungan rumah kita, seperti pohon mangga (Mangifera
indica), sawo kecik (Manilkara kauki), rambutan (Nephelium lappaceum),
nangka (Artocarpus integra). Kawasan pantai dapat ditanami waru laut
(Hibiscus tiliaceus), cemara laut (Casuarina equisetifolia), nyamplung
(Calophyllum inophyllum), ketapang (Terminilia cattapa).
Kita tidak akan pernah dapat menghargai pohon selama kita tak pernah
mendengarkan bahasa pohon. Seperti pepatah bijak dari China 500 SM, “jika
engkau berpikir untuk satu tahun ke depan, semailah sebiji benih, jika engkau
berpikir untuk sepuluh tahun ke depan, tanamlah sebatang pohon”. Ingat pula,
kata Al Gore, “Plant trees, Lots of trees,” (An Inconvenient Truth, Al Gore,
2007).