13 Ramadhan 1431 H
Senin, 23 Agustus 2010
Bismillahirrahmanirrahim
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu
takut kepada Allah, niscaya Allah
memberikan petunjuk dan menutupi
kesalahanmu, serta mengampuni dosamu,
Allah memunyai karunia yang maha besar”.
(S. Al Anfal ayat 29).
Alhamdulillah ustadz H.Irwandi,
M.Pd menyampaikan ceramah subuh, di
Masjid Jami’ Birugo. Kalimat “Taqwa” sudah
banyak kita dengar dimana-mana seolah-
olah berserakan. Apa sebenarnya takwa
itu?, yang puasa juga tujuannya agar kamu
bertaqwa. Manusia diberi akal dan nafsu,
puasa melatih diri agar dapat
mengendalikan hawa nafsunya.
Bertanya seorang sahabat kepada
sahabat lainnya : “Jika engkau akan
melewati jembatan lurus dan licin yang
tiada pegangan, sedang dibawahnya ada
batu-batu yang tajam dan dialiri sungai
yang dalam, sedikit saja engkau lengah
engkau pasti akan tergelincir dan menerima
nasib yang sial, apa yang engkau lakukan?”,
maka dijawablah oleh sahabatnya :”Tentu
saya akan berhati-hati. Dapat disimpulkan
pulalah baghwa berhati-hati itula h yang
taqwa.
Dalam sebuah penilitian
disimpulkan jika perjalanan matahari keluar
dari lintasannya sejauh 3 ml saja, maka
manusia akan menggelegak kepalanya.
Begitu Allah mengatur perjalanan matahari
dan susunan tata surya lainnya,
sebagaimana Allah bersumpah dalam surat
As Syam.
Maaf, seorang ustadz yang sedang
berceramah, jamaah dapat menilai yang
cukup mengagumkan, Alhamdulillah.
Pembaca, ketika kita masih dalam
rahim ibu kita pernah berjanji kepada Allah
dalam surat Al Araf ayat 172, mungkin kita
tidak ingat sama sekali, tapi fitrah kesucian
bila kita melakukan hati akan gelisah dan
bila melakukan kebaikan hati akan senang
dan gembira.
Tapi seandainya jika sudah terbiasa
pula melakukan dosa, setiap hari berganti
minggu berganti bulan, bula berganti tahun,
seolah-olah tiada masalah. Malah
menganggap semua yang dikerjakan itu
akan menguatkan hidup di dunia ini, seperti
Fir’aun yang sampai mengatakan : “Sayalah
Tuhanmu yang paling tinggi, raja yang
paling kaya paling ditakuti dan tak pernah
sakit”, Allah sangat benci kepada orang
yang sombong. Akhirnya dia
ditenggelamkan di Laut Merah ketika
mengejar Nabi Musa dan pengikutnya Bani
Israil. Sampai sekarang kita bisa
menyaksikan jasad Fir’aun sebagai bukti
keingkarannya kepada Allah.
Allah memang Maha Pengampun
kepada hambaNya terutama kepada umat
nabi Muhammad, dengan memberikan
teguran dan coabaan agar mereka kembali.
Tersebut tahunlah 1995-an, diceritakan
seseorang pejabat sewaktu akan
membacakan hasil rapat, tiba-tiba matanya
buta, akhirnya pejabat berobat ke dokter
dalam negri maupun luar negri, bahkan
sampai ke dukun, agar matanya sembuh.
Dukun menyarankan agar mencari buah
jambu yang tumbuh diatas pusara, mana
ada, tapi demi kesembuhan dicari juga ke
dusun-dusun, akhirnya ketemu namun
penyakitnya tak kunjung sembuh, akhirnya
di bawalah ke dokter ahli jiwa yang juga
seorang ustadzah, Ibu Dr. Zakiah Drajat,
apapun syaratnya harus dia penuhi, yang
pertama dia harus menceritakan riwayat
hidupnya dari awal sampai akhir, dia tidak
pernah sholat dan suka berselingkuh,
pantas dosanya menumpuk, syarat kedua ia
harus sholat seperti yang diwajibkan Allah,
lima kali sehari semalam, dan diajarkanlah
pula pada pejabat itu 3 surat pendek yang
berawalan “Qul” yang sama-sama kita
ketahui, sungguh besar makna dibalik surat-
surat itu. Setelah dia melakukannya dia
merasakan ketenangan, tidurnya pun
nyenyak, selama ini susah tidur bahkan
detik-detik jam berdentang tak luput dari
keresahannya.
Apakah Allah mau menerima
tobatnya?, walaupun ia belum bisa melihat,
dokter memberikan harapan teruslah
beribadah berdoa dan berobat karena tiap-
tiap penyakit ada obatnya kecuali maut.
Pada pertemuan ke-13, pagi-pagi ia temui
kembali dokter dan menyatakan ia sudah
sembuh, matanya kembali melihat,
Alhamdulillah berarti Allah sudah menerima
tobatnya.
Masih ada kesempatan untuk
memperbaiki diri, mudah-mudahan semua
dosa akan dapat diimbangi dengan
kebaikan yang diperbuat nanti, Allah Maha
Tahu akan niat yang tulus.
Sabda nabi : “Bila seseorang
meninggal, Allah akan berbaik sangka
kepada orang banyak, bila seserang
meninggal itu baik, maka baiklah dia, dan
sebaliknya bila seseorang itu dianggap jahat
maka jahatlah dia, Na’udzubillah.
Petahankanlah kebaikan itu sampai akhir
hayat.
Wassalam
Hj. Zildawati Malik