Anda di halaman 1dari 4

Kanker payudara merupakan neoplasma ganas, suatu pertumbuhan jaringan payudara abnormal yang tidak

memandang jaringan sekitarnya (Reksoprasodjo, 1995:356). Karsinoma mammae adalah jenis keganasan yang
berasal dari parenkim, stroma, areola dan papilla mamma (Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD dr. Soetomo, 1994:163).
Karsinoma mamma merupakan keganasan yang dialami wanita nomor dua terbanyak. Suatu keanehan bahwa
payudara sebenarnya paling sering diraba sedikitnya 2-3 kali sehari saat mandi tetapi mengapa menjadi keganasan
kedua terbesar pada wanita? (Manuaba, 1999:70).
Tahun 1990 di Amerika Serika, sekitar 150.000 kasus baru di diagnosa dan 44.000 dari wanita ini mati akibat kanker
payudara (Hacker/Moore, 2001:487). Di negara maju insiden karsinoma payudara pada wanita dan pria masing-
masing 87 dan 0,7 per 100.000. Angka kematian kira-kira 27 per 100.000 tetapi di Indonesia insiden tumor ini belum
dapat ditentukan (Handojo, 1995:26).
Penyebab dari kanker payudara memang belum diketahui tetapi terdapat beberapa faktor resiko seseorang
menderita kanker payudara tetapi kebanyakan masyarakat kurang menyadarinya. Penderita keganasan payudara
biasanya datang saat stadium lanjut sehingga pengobatannya tidak adekuat atau tepat dengan kesembuhan prima
bahkan bisa berakhir dengan kematian pada hal usaha penemuan dini dapat dilakukan oleh indvidu dengan
mengikutsertakan melalui penyuluhan atau dengan pemeriksaan payudara sendiri.
1. Pengertian
Kanker payudara adalah neoplasma ganas, suatu pertumbuhan jaringan payudara abnormal yang tidak memandang
jaringan sekitarnya (Reksoprodjo, 1995:356).
Karsinoma mamma adalah keganasan yang berasal dari parenkim, stroma, areola dan papilla mamma (Lab/UPF
Ilmu Bedah RSUD dr. Soetomo, 1994:163).
2. Etiologi
Faktor etiologi sampai saat ini belum diketahui pasti, namun penyebab itu mungkin dipengaruhi oleh:
a. Konstitusi genetika, ini berdasarkan
1) Adanya kecenderungan pada keluarga tertentu lebih banyak kanker payudara
2) Adanya kontribusi prediksi antar bangsa atau suku bangsa
3) Pada kembar monozigot
4) Terdapat persamaan lateralitas kanker payudara pada keluarga dekat dari penderita kanker payudara
5) Seorang dengan klinefelter.
b. Pengaruh hormon, ini berdasarkan
1) Kanker payudara lebih besar terjadi pada wanita daripada pria
2) Pada usia lebih 35 tahun insidennya lebih tinggi
3) Pengobatan hormonal banyak memberikan hasil
c. Virogen
d. Makanan terutama yang banyak mengandung lemak
e. Radiasi daerah dada karena dapat menyebabkan mutagen
(Reksoprodjo, 1995:343)
3. Faktor risiko terkena kanker payudara
a. Wanita di atas usia 35 tahun
b. Melahirkan anak pertama saat usia lebih dari 30 tahun
c. Tidak atau sedikit anaknya
d. Kurang lama atau tak pernah sama sekali menyusui anaknya
e. Ada riwayat anggota keluarga menderita penyakit kanker
f. Usia kurang dari 13 tahun saat menarche
g. Usia lebih dari 50 tahun saat menopause
h. Sebelumnya pernah menderita karsinoma pada salah satu payudara
i. Penderita tumor jinak payudara
(Handojo, 1995:27)
j. Displasia mamma
k. Obesitas
l. Mamma kontralateral pada penderita kanker mamma
(Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD dr. Soetomo, 1994:63)
4. Tanda-tanda
a. Benjolan pada payudara
b. Pada pertumbuhan awal biasanya tidak ada keluhan sakit
c. Kadang hanya berupa eksem
d. Pada tumor yang semakin membesar, timbul rasa sakit, edema pada kulit, ulserasi
e. Batuk dan sesak nafas karena metastasis pada paru
f. Sakit punggung akibat metastasis pada corpus vertebrae
(Handojo, 1995:32)
5. Metastasis
Metastasis tumor ganas dapat terjadi melalui dua jalan:
a. Melalui sistem vena
Metastasis tumor ganas payudara melalui sistem vena akan menyebabkan terjadinya metastasis ke paru-paru dan
organ lain. Akan tetapi dapat pula metastasis ke vertebra secara langsung melalui vena-vena kecil yang bermuara ke
v. interkostalis.
b. Melalui sistem limfe
Metastasis melalui sistem limfe ini pertama kali akan mengenai kelenjar getah bening regional.
1) Metastasis ke kelenjar getah bening aksila
Metastasis utama karsinoma mamma sistem limfe adalah ke kelenjar getah bening aksila. Pada stadium tertentu,
biasanya hanya kelenjar aksila inilah yang terkena.
2) Metastasis ke kelenjar getah bening supraklavikula
Bila metastasis karsinoma mamma telah sampai ke kelenjar getah bening subklavikula, ini berarti bahwa metastasis
tinggal 3-4 cm dari grand central limfatik terminalis yang terletak dekat pertemuan V subklavikula dan V jugularis
interna.
3) Metastasis ke kelenjar getah bening mammaria interna
Metastasis ini ternyata lebih sering dan biasanya terjadi pada karsinoma mamma di sentral dan kwadran medial dan
biasanya setelah metastasis ke aksila.
4) Metastasis ke hepar
Selain melalui sistem vena ternyata dapat terjadi metastasis karsinoma mamma ke hepar melalui sistem limfe. Ini
terjadi bila tumor primer terletak ditepi medial bagian bawah payudara.
(Reksoprodjo, 1995:347)
6. Prosedur menegakkan diagnosis
a. Pemeriksaan fisik, meliputi:
1) Anamnesis yang lengkap :
a) Mengenai keluhan -keluhan
b) Keluhan tambahan
d) Faktor-faktor risiko tinggi
e) Tanda-tanda umum kegansan yang berhubungan dengan berat badan dan nafsu makan
2) Pemeriksaan fisik yang sistematis
Sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan di saat pengaruh hormon seminimal mungkin, yaitu setel;ah menstruasi
lebih kurang satu minggu dari hari pertam menstruasi
b. Pemeriksaan penunjang
1) Mammografi
Suatu teknik pemeriksaan soft tissu teknik. Adanya proses keganasan akan memberikan tanda-tanda primer dan
skunder. Tanda-tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign, adanya perbedaan yang nyata ukuran klinik dan
rontgenologik dan adanya mikrokalsifikasi. Tanda-tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya
vaskularisasi, perubahan posisi papilla dan aerola adanya bridge of tumor, keadaan daerah tumor dan jaringan
fibroglanduler tidak teratur, inflitrasi dalam jaringan lunak dibelakang mamma dan adanya metastasis ke kelenjar.
Mammografi dapat mendeteksi tumor-tumor yang secara palpasi tidak teraba.
2) Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini hanya dapat dibedakan lesi solid dan kistik. Pemeriksaan lain dapat berupa termografi,
xerografi.
7. Penemuan Dini
Penemuan dini merupakan upaya penting dalam penanggulangan karsinima payudara. Untuk menemukan penyakit
ini lebih awal dikembangkan berbagai metode sebagai berikut :
a. Pemeriksaan payudara sendiri ( SARARI )
Pemeriksaan ini dilakukan sendiri setiap bulan secara teratur. Bagi wanita masa reproduksi, pemeriksaan dilakukan
5-7 hari sesudah haid berhenti. Tindakan pemeriksaan payudara sendiri :
1) Melihat di depan cermin
Duduk didepan caermin dengan dada terbuka. Perhatikan apakah simetris antara payudara kanan dan kiri,
bagaimana bentuk puting susu. Gerakkan tangan ke atas- samping sambil memperhatikan keikutsertaan payudara.
Perhatikan perubahan kulit yang terjadi : apakah normal, keriput/terdapat perubahan warna, terdapat luka, putting
susu masuk ke dalam.
2) Meraba sendiri payudara
Raba secara berurutan dari putting susu keluar sampai mencapai ketiak dengan gerakan melingkar. Perhatikan
benjolan yang mungkin ada : besarnya, gerakan bebas atau terbatas, nyeri atau tidak, kulit diatas benjolan ( merah
dan sakit, keriput seperti kulit jeruk, benjolan pada ketiak [ sudah ada penyebaran ]).
3) Pijatan puting susu
Pijat puting susu seperti mengeluarkan air susu, apakah mengeluarkan cairan jernih atau berdarah,apakah sakit saat
di pijat.
b. Pemeriksaan payudara secara klinis ( SARANIS )
Pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter, bidan dan paramedis wanita terlatih ataua terampil. Saranis sebaiknya
dilakukan sistematis dan berurutan mulai dari inspeksi sampai palpasi
c. Pemeriksaan mamografi
( Handojo,1995 : 34 )
8. Diagnosa banding
a. Fibroadenoma mamma
b. Kelainan fibrokistik
c. Kistosarkoma filoides
d. Galactocele
e. Mastitis
9. Diagnosa pasti
Diagnosa pasti ditegakkan dengan pemeriksaan histologi. Bahan pemeriksaan diambil dengan cara :
a) Eksisional biopsi, kemudian diperiksa potong beku atau PA. Ini untuk kasus-kasus yang diperkirakan masih
stadium dini.
b) Insisional biopsi, cara ini untuk kasus-kasus ganas yang sudah lanjut.
10. Pengobatan
Stadium I, II, dan III awal, sifat pengobatanya adalah kuratif. Pengobatan pada stadium I, II, dan III adalah opersi
yang prmer, terapi lainya hanya bersifat ajuvant. Untuk stadium I, II pengobatan adalah radikal mastektomi atau
modified radikal mastektomi, dengan atau tanpa radiasi dan sitostatika ajuvant. Stadium IIIa adalah simple
mastektomi dengan radiasi dengan sitostatika ajuvant. Stadium IIIb dan IV, sifat pengobatannya adalah paliasi, yaitu
terutama untuk mengurangi penderitaan penderita dan memperbaiki kualitas hidup. Untuk stadium IIIb
pengobatannya adalah radiasi dan dapat diikuti oleh modalitas yaitu harmonal terapi dan sitostatika. Stadium IV
pengobatan yang primer adalah yang bersifat sistemik yaitu hormonal dan khemoterapi. Radiasi diperlukan untuk
paliasi.

Anda mungkin juga menyukai