Anda di halaman 1dari 4

Mengapa 

Kecerdasan Kita Menciut

http://enewsletterdisdik.wordpress.com/2010/10/17/mengapa-kecerdasan-kita-menciut/

Oleh : Marjohan M.Pd


Guru SMAN 3 Batusangkar

Hidup ini sering terasa unik, khusus yang berhubungan dengan kisah-kisah belajar di sekolah. Ada yang
mengatakan bahwa saat belajar di SMP, SMA dan di Perguruan Tinggi termasuk orang yang cerdas.
Natanya setelah dewasa menjadi orang biasa-biasa saja. Ada pula yang mengakui bahwa ketika belajar
di SD dan SMP termasuk anak yang nakal, namun berubah jadi baik saat belajar di SMA dan di Perguruan
Tinggi sehingga potensi dirinya bisa jadi melejit. Sementara itu ada pula yang mengaku termasauk orang
yang kurang beruntung saat belajar di SMP dan SMA, malah kuliah di Perguruan Tinggin terancam D.O
(Drop Out), namu setelah dewasa bisa sukses dalam berbagai lini kehidupan.

“Dulu ketika aku sekolah di SMA, aku tergolong pintar, tetapi sekarang ya biasa- biasa saja. Teman ku
ketika di SMA termasuk bandel sering berurusan dengan guru, sering kena hukum, namun sekarang
mereka semua menjadi orang gede”. Ternyata untuk berhasil kelak dalam kehidupan tidak ditentukan
semata-mata oleh kepintaran otak , tetapi juga ditentukan oleh kepintaran yang lain- yaitu kepintaran
emosional, kepintsaran sosial dan kepintaran spiritual.  Pernyataan seperti ini sering terdengar dalam
percakapan antar teman setiap hari. Dan inilah realita kehidupan kita.

Tulisan ini tidak berbicara tentang sukses atau tidak sukses secara umum, tetapi berbicara tentang
prilaku akademik kita. Salah seorang teman saat bersekolah di SMA dan Perguruan Tinggi termasuk
orang yang gemar membaca dan menulis, namun di usia dewasa kebiasaan belajarnya menjadi
menurun. Teman yang lain mengatakan bahwa saat ia belajar di SD, SMP danSMA selalu menjadi
bintang kelas, malah kuliahnya bisa selesai sesuai target. Namun di usia 40-an ia  merasa sebagai orang
yang bodoh, menjadi gatek- gagap teknologi. Tidak tahu dan tidak berani dalam mengoperasikan
barang-barang elektronika. Ia kemudian merasakan  kecerdasannya menjadi menciut.
Memang  banyak orang kita yang merasakan bahwa dengan bertambahnya umur  maka kecerdasan
terasa menciut- menurun dratis. Padahal sebagian ada yang tamatan dari Perguruan. Tinggi- Kim Kyung
(2010) mengakui tentang fenomena ini. Ia sendiri telah menulis artikel dengan judul “Berjalan mencegah
otak menciut di hari tua”. Judul artikelnya terasa tepat dengan kenyataan yang dirasakan sebagian
orang. Bila kita hubungkan dengan kebiasaan orang Eropa, seperti yang diceritakan dalam buku
pertualangan,  yang memang senang berjalan kaki- hiking atau menjelajah. Ternyata mereka diakui lebih
cerdas.

Tidak  merendahkan diri  bahwa kita kadangkala malas berjalan kaki, terlalu memanjakan diri.
Menempuh jarak setengah kilometer saja kita cenderung pakai sepeda motor atau buru-buru mencari
ojek. “Ojek…sini dong antarkan aku ke persimpangan…!” Akhirnya tubuh kita kurang bergerak. Kita 
kurang keringatan, akibatnya  suplai oksigen yang dibawa aliran darah ke otak kurang lancar. Maka
lambat laun otak kita menjadi tidak fit and fresh (segar dan bugar). Itulah termasuk penyebab kalau
akhirnya fikiran kita jadi mandeg.

Berjalan kaki sampai badan kita jadi  keringatan  setiap hari, mungkin berjalan untuk  2 atau 3 km,
adalah salah satu cara paling mudah untuk mencegah otak  cepat menyusut/ menciut di hari tua. Untuk
melakukan hal ini  kita tidak perlu menghabiskan banyak uang. Penyusutan ukuran otak pada orang
lanjut usia dapat menyebabkan masalah memori pada otak mereka akibatnya mereka  mudah lupa.
Maka kebiasaan berjalan kaki dapat mencegah kepikunan.

Kita tidak perlu mencari contoh terlalu jauh. Mari kita amati orang tua yang ada di seputar kita. Mereka
yang segera memutuskan untuk pensiun dalam usia yang belum terlalu tua. Apalagi kemudian mereka
juga tidak melakukan aktivitas fisik, berpotensi akan cepat jadi  pelupa dan pikun. Sementara mereka
yang masih aktif hingga tua  dan suka beraktivitas, mereka terlihat masih  segar bugar hingga usia 70 dan
80 tahun (Dengan catatan bahwa mereka punya gaya hidup yang cukup istirahat dan cukup
mengkonsumsi  makan yang sehat).

Tidak bermaksud berlebih lebihan bahwa kakek dan nenek penulis dahulu yang tinggal di pedesaan
Lubuk Alung , hidup bertani dan pola hidup sederhana:  banyak melahap makanan yang serba alami,
memiliki umur hingga 80 dan 90 tahun. Sementara kerabat penulis yang  lain, berada di perkotaan-
kurang banyak bergerak, kurang keringatan dan  banyak mengkonsumsi fast food- akibatnya  sering sakit
sakitan di usia 60-an.

Selain kebiasaan berjalan kaki , kebiasaan mengkonsumsi makanan yang alami juga bisa mencegah
merosotnya kecerdasan kita. Anna Heart (2009) juga menulis artikel tentang “makan versus vitamin
untuk mencegah penyusutan otak atau alzeimers”. Dikatakan bahwa mengkonsumsi vitamin dan bahan
makanan yang  banyak mengandung bahan kimia, apakah itu atas nama supplement, bisa membahayan
kesehatan. Mengkonsumsi vitamin dan bahan makan yang banyak mengandung zat kimia tentu tidak
sebagus vitamin yang langsung dikonsumsi dari bahan alami, seperti buah buahan dan biji bijian. Sekali
lagi bahwa Mengkonsumsi vitamin dari bahan makanan yang mengandung bahan kimia- penyedap dan
pewarna yang terlalu berlebihan berpotensi menyebabkan  gangguan kesehatan, seperti gangguan pada
ginjal, hati dan jantung.
Mengkonsumsi vitamin D (vitamin  yang hanya larut dalam lemak)  akan bisa menjadi racun bagi tubuh
dan menyebabkan gangguan ginjal. Sebaliknya, kekurangan vitamin D dalam tubuh bisa mengganggu
kesehatan tulang dan otak, sehingga  lambat laut kesegaran otak juga akan terganggu. Sebagaimana
vitamin D banyak terkantung dalam susu, maka mengkonsumsi susu  untuk kesehatan dan  kecerdasan
otak, tereutama selama masa anak-anak dan masa remaja, sangat dianjurksa. Kalau boleh  kebiasaan 
minum susu  berlanjut hingga usia dewasa.

Kemudian bagaimana pola makan kita ? kemiskinan membuat kita dan banyak orang tidak bisa
menyediakan hidangan yang ideal buat keluargsa. Ungkapan tentang  kebiasaan makan yang sehat yaitu
empat sehat lima sempurna sering menjadi ungkapan sekedar pajangan saja.

Hidangan empat sehat lima sempurna sering sulit untuk kita penuhi. Alasan klasik adalah karena
kesulitan finansial. Bukankah banyak famili dan tetangga kita yang sulit memenuhi kebutuhan pangan,
tidak mampu   membeli lauk pauk dan susu. Ada yang makan nasi, tetapi  lauk pauknya terbuat dari
jengkol  kerupuk jengkol atau kerupuk singkong . Bagaimana kebutuhan gizi dan vitamin akan terpenuhi.
Bagaimana asupan gizi untuk otak akan mencukupi. Inilah alasan mengapa otak kita menjadi kurang
segar dalam berfikir.

Hal yang  kontra  bahwa ada yang memiliki kelebihan finansial, namun kurang mengenal gaya hidup
sehat. Mereka  mengkonsumsi fast food dan makanan kaya kolesterol hingga mengganggu kesehatan
otak dan jantung. Ya, mana mungkin orang yang kesehatannya kurang prima bisa berfikir dengan segar
dan bugar. Ini pun termasuk penyebab mengapa kecerdasan cepat menciut.

Kognitif kita akan cepat mengkerut/ menciut, ini bisa terjadi karena otak itu sendiri jarang dipakai atau 
jarang diasah. Bagaimana cara menggunakan atau mengaktifkan otak ? secara umum bahwa otak atau
fikiran banyak dipakai dalam bentuk kegiatan membaca, menulis, bertukar fikiran. Malas membaca dan
menulis adalah fenomena negatif di kalangan kita.

Ayat pertama yang diturunkan Allah Swt adalah tentang Iqra’ atau membaca. Ini memberi isyarat bahwa
kita (pemeluk Islam) harus senantiasa membaca dan menjadikan membaca sebagai bagian dari hidup.
Ini memberi isyarat bahwa dalam masyarakat, mulai dari rumah, hingga sekolah dan di tempat
pendidikan lain musti ada perpustakaan. Namun kenyataannya  belum demikian. Bahwa yang mudah
ditemukan pada banyak rumah adalah rak atau lemari sekedar memajang keramik, boneka, fasilitas
hiburan atau home theatre. Ini tidak salah, namun porsi untuk sarana bacaan keluarga belum berimbang
dengan fasilitas lain. Kemudian di berbagai sekolah, terutama di Sekolah Dasar, begitu banyak
perpustakaan yang ditutup dan terlihat cuma sebagai gudang buku. Sehingga murid murid belum
merasakan betapa indahnya membaca itu. Kebiasaan tidak suka membaca berlanjut hingga pendidikan
selanjutnya sehingga bagaimana kita mau cerdas dan bagaimana otak akan berfungsi otminal.

Kebiasaan  menulis juga belum jadi budaya kita. Kita lebih terbiasa dengan budaya oral atau lisan yaitu
kebanyakan  ngobrol dan ngerumpi. Manakala kita tidak terbiasa dalam menulis, maka menulis  menjadi
suatu hal yang berat. Begitu kita duduk di perguruan tinggi, harus  menulis proposal, laporan penelitian
untuk skripsi, tesis dan disertasi. Ini  menjadi  satu hal yang sulit. Kalau begini caranya maka D.O (Drop
Out) dari Perguruan Tinggi akan menjadi fenomena yang jelek bagi sebagian mahasiswa.
Menciutnya kecerdasan kognitif atau kecerdasan otak perlu kita atasi. Hal-hal yang perlu dilakukan
adalah membiasakan diri untuk banyak berjalan- kalau perlu hingga badan jadi keringatan, aliran darah
dan aliran oksigen dalam tubuh begitu lancar. Otak akan jadi segar. Kemudian kita perlu menghindari
gaya hidup yang  berlebihan mengkonsumsi kurang sehat- fast food, makanan berkolesterol, banyak zat
pewarna dan penyedap mrasa. Untuk asupan vitamin D buat otak, segelas susu hangat sangat baik
untuk dikonsumsi. Last but not least (akhir kata) bahwa kita perlu membudayakan gemar membaca,
menulis dan gemar bertukar fikiran (http://penulisbatusangkar.blogspot.com).

Note: 1) Kim Kyung-Hoon (2010). Berjalan Mencegah Otak Menciut di Hari Tua. London: reuters
(http://www.tempointeraktif.com), 2) Anna Heart (2009). Makanan Versus Vitamin Untuk Mencegah
Penyusutan Otak dan Alzeimers. Sacramento: UCLA)

Anda mungkin juga menyukai