Anda di halaman 1dari 11

Manajemen Stress

Disusun oleh :

Aprisal W Malale
0932100242

Kelas III B
D III Khusus Perpajakan
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Definisi Stress

Stress dapat didefenisikan sebagai sebuah keadaan yang kita alami ketika ada sebuah
ketidaksesuain antara tuntutan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya. Stress
adalah keseimbangan antara bagaimana kita memandang tuntutan dan bagaimana kita
memandang tuntutan-tuntutan dan bagaimana kita berpikir bahwa kita dapat mengatasi semua
tuntutan yang menentukan apakah kita tidak merasakan stres, merasakan distress atau eutres.

Distres adalah suatu keadaan dimana terlalu sedikit tuntutan yang


merangsang anda yang menyebabkan kebosanan dan frustasi.

Eutres adaah suatu keadaan dimana kemampuan yang kita rasakan untuk mengatasi
melebihi tuntutan yang dirasakan. Dalam hal ini eutres dapat diartikan sebagai perluasan zona
normal dalam keseimbangan stress.

Penyebab stres adalah sebagai berikut :

1. Beban kerja berlebihan (terlampau banyak tugas).

2. Tekanan waktu dan tenggat waktu yang tidak mungkin dipenuhi.

3. Seberapa baik dan sejauh mana anda merasa keahlian dan kemampuan anda dipergunakan.

4. Peran kerja yang dipahami didefenisikan dengan buruk.

5. Perubahan prosedur.

6. Komunikasi buruk, tidak tahu apa yang sedang terjadi dan tidak merasa sebagai bagian dari
organisasi.

Stress adalah suatu kondisi normal pada waktu menghadapi perubahan dan ancaman
dengan respon yang dapat adaptive. Stress melibatkan perubahan fisiologis yang kemungkinan
dapat dialami sebagai baik sebagai anxiousness (distress) atau pleasure (eustress). Tugas dari
tiap orang untuk menemukan nilai optimum dari stress stimulation, yang menyegarkan dan
energizing, dan dengan tetap mempertahankan tingkatan relaksasi. Tiap orang harus juga
mencari keseimbangan antara periode stress dan ketenangan diri. Stress management adalah
usaha seseorang untuk mencari cara yang paling sesuai dengan kondisinya untuk mengurangi
stress yang terjadi dalam dirinya.

Ada beberapa strategi atau metode untuk mengurangi stress. Diantaranya adalah
muscle relaxation exercises, meditational breathing, suntikan pereda stress, dan prioritizing.
Bagaimanapun juga, tidak semua pendekatan untuk stress management ditujukan untuk
mengurangi stress. Jadi, semuanya tergantung dari kondisi masing-masing individu, tingkatan
stress yang ada dan kejadian yang melatarbelakangi stress-nya.

“Stress (n), Psychological and physical strain or tension generated by physical,


emotional, social, economic, or occupational circumstances, events, or experiences that are
difficult to manage or endure.” ( Colman, Andrew M. (1st ed.).(2001). Oxford Dictionary Of
Psychology. hal. 711)

Pada waktu kita berbicara tentang stress, biasanya pembicaraan itu berawal dari suatu
keadaan atau situasi yang sulit untuk dihadapi sementara tuntutan untuk keberhasilan dalam
menghadapi situasi tersebut sangat tinggi sehingga menyebabkan ketegangan dan perasaan
tidak nyaman. Kita dapat memahami arti kata stress tersebut karena pernah mengalami
pengalaman pribadi yang serupa dan berdampak sama. Karena pengalaman tersebut sifatnya
sangat umum dan orang seringkali memberi label “stress” untuk situasi seperti diatas
berdasarkan pengalaman pribadi dalam hidupnya, mungkin diharapkan bahwa konsep
mengenai stress itu sendiri dapat diuraikan secara sederhana. Tetapi pada kenyataannya tidak.

Stress psikologis telah dikonsepkan dalam 3 cara (Baum, 1990; Coyne & Holroyd, 1982;
Hobfoll, 1989) :

A. Konsep yang fokusnya pada lingkungan, mendeskripsikan stress sebagai stimulus, dimana
referensi sumber atau penyebab ketegangannya adalah suatu kejadian atau rangkaian peristiwa
yang terjadi. Contohnya seperti yang banyak dialami dalam pekerjaan yang tingkat stress-nya
tinggi. Kejadian atau keadaan yang direspon sebagai ancaman atau sesuatu yang
membahayakan diri kita, sehingga menimbulkan perasaan tegang, disebut stressors.

B. Pendekatan yang memperlakukan stress sebagai suatu response, yang terfokus pada reaksi
seseorang terhadap stressors. Contohnya adalah ketika seseorang menggunakan kata stress
untuk menjelaskan tingkat ketegangan dalam dirinya. Response tersebut mempunyai 2
komponen yang saling berkaitan, yaitu komponen psikologis; yang melibatkan perilaku, pola
pikir, dan emosi, dan komponen fisiologis; yang melibatkan peningkatan rangsangan tubuh
seperti jantung berdebar, sakit perut, berkeringat, dan lain sebagainya. Respon psikologis dan
fisiologis seseorang terhadap stressor disebut strain.

C. Pendekatan yang mendeskripsikan stress sebagai sebuah proses yang melibatkan stressors
dan strains, ditambah dengan sebuah bentuk hubungan yang penting yaitu hubungan antara
seseorang dan lingkungannya (Cox, 1978; Lazarus & Folkman, 1984). Proses ini melibatkan
interaksi dan penyesuaian secara berkesinambungan yang disebut transactions, antara
seseorang dan lingkungannya, dimana keduanya saling mempengaruhi satu sama lain.
Contohnya, seseorang yang terjebak dalam kemacetan dan terlambat untuk suatu appointment
terus melihat jamnya, terus membunyikan klakson mobilnya, dan menjadi semakin marah
setiap menitnya.

“Stress is the conditionthat results when person-environment transactions lead the


individual to perceive a discrepancy-whether real or not-between the demands of a situation
and the resources of the person’s biological, psychological, or social systems” (Sarafino, Edward
P. (3rd ed.). (1990). Health Psychology. hal 70.)

Transactions yang mengarah pada kondisi stress umumnya melibatkan proses


assesment yang oleh Richard Lazarus dan rekannya menyebut hal ini sebagai cognitive appraisal
(Cohen & Lazarus, 1983; Lazarus & Folkman, 1984b; Lazarus & Launier, 1978). Cognitive
appraisal adalah suatu proses mental yang dimana ada 2 faktor yang dinilai oleh seseorang: (1)
apakah sebuah tuntutan mengancam kesejahteraannya dan (2) resources yang tersedia untuk
memenuhi tuntutan tersebut. Kedua faktor tersebut, membuat perbedaan antara dua macam
penilaian yaitu primary dan secondary. Penilaian primary adalah proses penilaian pada waktu
kita mendeteksi suatu keadaan yang potensial untuk menyebabkan stress, dan penilaian
secondary mengarah pada resources yang tersedia pada diri kita untuk menanggulangi stress.

Penilaian terhadap suatu keadaan yang dapat menyebabkan stress disebut stress
appraisals. Menilai suatu keadaan sebagai suatu keadaan yang dapat mengakibatkan stress
tergantung dari 2 faktor, yaitu faktor yang berhubungan dengan orangnya (personal factors)
dan faktor yang berhubungan dengan situasinya. Personal factors didalamnya termasuk
intelektual, motivasi, dan personality characteristics.

Pada umumnya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi stress appraisals, yaitu :

A. Kejadian yang melibatkan tuntutan yang sangat tinggi dan mendesak sehingga menyebabkan
ketidaknyamanan

B. Life transitions, dimana kehidupan mempunyai banyak kejadian penting yang menandakan
berlalunya perubahan dari kondisi atau fase yang satu ke yang lain, dan menghasilkan
perubahan substansial dan tuntutan yang baru dalam kehidupan kita.

C. Timing juga berpengaruh terhadap kejadian-kejadian dalam kehidupan kita, dimana apabila
kita sudah merencanakan sesuatu yang besar dalam kehidupan kita dan timing-nya meleset
dari rencana semula, itu juga bisa menimbulkan stress.

D. Ambiguity, yaitu ketidakjelasan akan situasi yang terjadi

E. Desirability, ada beberapa kejadian yang terjadi diluar dugaan kita

F. Controllability, yaitu apakah seseorang mempunyai kemampuan untuk merubah atau


menghilangkan stressor. Seseorang cenderung untuk menilai suatu situasi yang tidak terkontrol
sebagai suatu keadaan yang lebih stressful, daripada situasi yang terkontrol.

Aspek Psikososial dari Stress


Kita dapat melihat bahwa ada hubungan antara sistem biologis, psikologis dan sistem
sosial pada waktu stress. Stressors menghasilkan perubahan fisiologis, tetapi faktor psikososial
juga mempunyai peranan. Tingkat stress yang tinggi dapat mempengaruhi ingatan dan
perhatian seseorang karena stress dapat menyebabkan ketidakseimbangan fungsi cognitive,
seringkali dengan mengalihkan perhatian kita. Sebagai contoh, kebisingan dapat menjadi
stressor, dan ada orang yang tinggal di lingkungan yang sangat bising, misalnya di dekat rel
kereta atau jalan bebas hambatan. Bagaimana kebisingan yang sifatnya kronik tersebut dapat
mempengaruhi cognitive performance seseorang? Banyak orang dapat mengatasi keadaan
stress seperti ini dengan mengganti fokus perhatiannya dari kebisingan itu dengan aspek-aspek
yang relevan dari suatu tugas cognitive. Tetapi stress juga dapat meningkatkan konsentrasi kita,
khususnya terhadap stressor.

Emosi cenderung untuk menyertai stress, dan seseorang seringkali menggunakan


tingkat emosionalnya untuk mengevaluasi stress mereka. Cognitive appraisal processes dapat
mepengaruhi pengalaman stress dan emosional (Maslach, 1979; Schachter & Singer, 1962,
1979; Scherer, 1986). Sebagai contoh : kemungkinan kita mengalami stress dan ketakutan
apabila kita berhadapan dengan ular pada waktu kita melintasi hutan, khususnya apabila kita
tahu bahwa ular tersebut berbisa. Emosi kita tidak akan senang atau excitement, kecuali
apabila kita memang mempelajari tentang ular dan kita mencari jenis ular tersebut. Kedua
situasi tersebut dapat menimbulkan stress, tetapi kita akan mengalami ketakutan apabila
penilaian akan kejadian itu adalah sebagai suatu ancaman, dan kita akan mengalami excitement
apabila penilaian akan kejadian itu adalah sebagai suatu tantangan.

Ada beberapa reaksi emosional yang umum terjadi pada waktu stress :

A. Ketakutan adalah reaksi emosional yang mengikutsertakan ketidaknyamanan psikologis dan


rangsangan fisik apabila kita merasa terancam.

B. Phobia adalah ketakutan yang intense dan irrational yang dikaitkan dengan kejadian dan
situasi yang khusus.
C. Anxiety adalah perasaan ketidaknyamanan yang tidak jelas atau samar-samar yang seringkali
melibatkan ancaman yang relatif tidak jelas atau tidak spesifik

D. Anger, khususnya ketika seseorang menerima suatu keadaan sebagai keadaan yang
membahayakan atau frustrating

Stress juga dapat menimbulkan perasaan sedih atau depresi. Perbedaan antara depresi
normal dan depresi sebagai serious disorder adalah masalah tingkatannya. Depresi dapat
menjadi psychological disorder apabila fatal, sering terjadi dan long-lasting sifatnya. Orang
dengan disorder ini cenderung untuk :

• Umumnya mempunyai unhappy mood

• Hopeless tentang masa depannya

• Kelihatan pasif dan tidak mempunyai semangat

• Memperlihatkan kebiasaan makan dan tidur yang kacau

• Mempunyai kepercayaan diri yang rendah dan sering menyalahkan diri sendiri atas kejadian
yang mempengaruhi kehidupannya

Sumber-sumber Stress dalam kehidupan

1. Sumber Stress dari Individu

Kadang-kadang sumber stress adalah dari individu/orangnya sendiri. Satu jalan yang
dapat menimbulkan stress dari orangnya sendiri adalah melalui penyakit yang diderita oleh
seseorang. Menjadi sakit menempatkan demands pada sistem biologis dan psikologis, dan
tingkatan stress yang dihasilkan oleh demands tersebut tergantung dari keseriusan penyakit
dan umur dari orang tersebut. Hal lain yang dapat menimbulkan stress dari orangnya sendiri
adalah melalui penilaian dari motivational forces yang bertentangan, ketika terjadi konflik
dalam diri seseorang dan biasanya orang tersebut berada dalam suatu kondisi dimana dia harus
menentukan pilihan dan pilihan tersebut sama pentingnya.

2. Sumber Stress Dalam Keluarga

Perilaku, kebutuhan dan personality dari tiap anggota keluarga yang mempunyai
pengaruh dan berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya, kadang-kadang menimbulkan
stress. Konflik interpersonal dapat timbul sebagai akibat dari masalah keuangan, inconsiderate
behavior, atau tujuan yang bertolak belakang. Dari banyak sumber stress dalam keluarga, ada 3
hal yang paling banyak terjadi, yaitu :

A. Bertambahnya anggota keluarga dengan kelahiran anak, dapat menimbulkan stress yang
berkaitan dengan masalah keuangan (tambah anak bertambah pula biaya pengeluaran),
masalah kesehatan dan ketakutan bahwa hubungan antara suami-istri dapat terganggu

B. Perceraian, dapat menghasilkan banyak stressful transitions untuk semua anggota keluarga
karena mereka harus menghadapi perubahan dalam status sosial, pindah rumah, dan
perubahan kondisi keuangan

C. Anggota keluarga yang sakit, cacat, dan mati, yang pada umumnya memerlukan adaptasi,
kemampuan untuk mengatasi perasaan sedih atau duka yang mendalam dan kesabaran.

3. Sumber Stress dalam Komunitas dan Lingkungan

Hubungan yang dibuat seseorang diluar lingkungan keluarganya dapat menghasilkan


banyak sumber stress. Salah satunya adalah bahwa, hampir semua orang pada suatu saat
dalam kehidupannya mengalami stress yang berhubungan dengan pekerjaannya. Hal ini
disebabkan karena tuntutan pekerjaan yang dapat menghasilkan stress dalam 2 cara :

A. Beban pekerjaan yang terlalu tinggi, sebagai akibat dari keinginan untuk mendapatkan
penghasilan yang lebih atau jabatan yang lebih tinggi
B. Beberapa macam aktivitas lebih stressful daripada yang lainnya, apabila pekerjaan yang
dilakukan terus menerus underutilize kemampuannya

Bentuk aktivitas yang lain yang dapat menimbulkan stress adalah pada waktu akan
diadakannya evaluasi kinerja karyawan, yang merupakan suatu proses yang seringkali sulit baik
untuk supervisor maupun karyawannya.

Beberapa aspek dari pekerjaan dapat meningkatkan stress pekerja, diantaranya adalah :

A. Lingkungan kerja (tingkat kebisingan, temperature, kelembaban, atau illumination-nya)

B. Reliabilitas peralatan kerja (kinerja mesin, komputer, dll.)

C. Hubungan interpersonal yang buruk

D. Kurangnya pengakuan dari atasan atas hasil kerja yang baik dan tidak adanya kemajuan
dalam pekerjaan

E. Kehilangan pekerjaan akibat dipecat atau pensiun

Coping With Stress

Individu dari semua umur mengalami stress dan mencoba untuk mengatasinya. Karena
ketegangan fisik dan emosional yang menyertai stress menimbulkan ketidaknyamanan,
seseorang menjadi termotivasi untuk melakukan sesuatu untuk mengurangi stress. Hal-hal yang
dilakukan tersebut merupakan bagian dari coping. Coping adalah proses dimana seseorang
mencoba untuk mengatur perbedaan yang diterima antara demands dan resources yang dinilai
dalam suatu keadaan yang stressful. Walaupun coping efforts dapat diarahkan untuk
memperbaiki atau menguasai suatu masalah, hal ini juga dapat membantu seseorang untuk
mengubah persepsinya atas ketidaksesuaian, mentolerir atau menerima bahaya atau ancaman,
atau melepaskan diri atau menghindari situasi stress. Stress diatasi dengan cognitive dan
behavioral transactions dengan lingkungan.
Proses coping bukan hanya satu kejadian. Karena coping melibatkan ongoing
transactions dengan lingkungan, dan proses tersebut sebaiknya dilihat sebagai suatu dynamic
series.

1. Proble Focused Coping

Problem focused coping ditujukan dengan mengurangi demands dari situasi yang
stressful atau memperluas resource untuk mengatasinya. Seseorang cenderung menggunakan
metode problem focused coping apabila mereka percaya bahwa resources atau demands dari
situasinya dapat dirubah.

2. Emotion Focused Coping

Emotion Focused Coping ditujukan untuk mengontrol respon emosional terhadap situasi
stress. Seseorang dapat mengatur respon emosionalnya melalui pendekatan behavioral dan
cognitive.

3. Metode Coping

Menurut Folkman & Lazarus (Folkman & Lazarus, 1988; Folkman et al., 1986), skill dan
strategi coping diuraikan sebagai berikut :

A. Planful problem-solving

B. Confrontive coping

C. Seeking social support

D. Distancing (emotion-focused)

E. Escape-avoidance

F. Self-control
G. Accepting responsibility

H. Positive reappraisal

V. Stress Management

Stress adalah suatu kondisi normal pada waktu menghadapi perubahan dan ancaman
dengan respon yang dapat adaptive. Stress melibatkan perubahan fisiologis yang kemungkinan
dapat dialami sebagai baik sebagai anxiousness (distress) atau pleasure (eustress). Tugas dari
tiap orang untuk menemukan nilai optimum dari stress stimulation, yang menyegarkan dan
energizing, dan dengan tetap mempertahankan tingkatan relaksasi. Tiap orang harus juga
mencari keseimbangan antara periode stress dan ketenangan diri. Stress management adalah
usaha seseorang untuk mencari cara yang paling sesuai dengan kondisinya untuk mengurangi
stress yang terjadi dalam dirinya.

Ada beberapa strategi atau metode untuk mengurangi stress. Diantaranya adalah
muscle relaxation exercises, meditational breathing, suntikan pereda stress, dan prioritizing.
Bagaimanapun juga, tidak semua pendekatan untuk stress management ditujukan untuk
mengurangi stress. Jadi, semuanya tergantung dari kondisi masing-masing individu, tingkatan
stress yang ada dan kejadian yang melatarbelakangi stress-nya.

Anda mungkin juga menyukai