Anda di halaman 1dari 10

Osmond Hardy Mulyono

070610011
Pendahuluan
Dalam beberapa tahun terakhir perusahaan telah
sangat meningkatkan jumlah sumber daya yang
dialokasikan untuk diklasifikasikan sebagai kegiatan
Corporate Social Responsibility (CSR).
Salah satu tren perusahaan yang paling signifikan
pada dekade terakhir adalah pertumbuhan asosiasi
aktivitas dengan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(CSR).
Kunci asumsi dalam analisis bahwa hubungan antara
pengeluaran CSR dan nilai perusahaan adalah tidak
datar atau tidak sama (non-monotonic).
Ketika pengeluaran CSR adalah rendah, seharusnya
memiliki kontribusi positif bagi nilai perusahaan,
sebagai contoh, dengan meningkatkan produktivitas
karyawan atau menghindari biaya seperti reputasi
buruk polusi dan denda.
Permasalahan
Peningkatan pesat pengeluaran CSR
Hubungan antara pengeluaran CSR dan nilai
perusahaan adalah tidak datar atau tidak sama (non-
monotonic).
Implementasi CSR sebagai orientasi untuk mengejar
keuntungan pribadi orang-dalam.
Adanya konflik kepentingan diantara para pemegang
saham (shareholders).
Permasalahan…
Pada saat suatu pengeluaran CSR tinggi mungkin
akan memberi keuntungan pada orang-dalam
perusahaan (afiliasi pemegang saham), pemegang
saham lainnya mungkin tidak akan menerima dari
pengeluaran CSR yang tinggi jika itu mengurangi nilai
perusahaan.
Aspek terjadinya konflik CSR
Kepemilikan saham perusahaan
Struktur modal yang kuat dalam suatu perusahaan
kepemilikan orang dalam adalah bersifat negatif dan
secara signifikan berhubungan dengan penilaian dan
peringkat CSR.
orang-dalam mendapatkan keuntungan pribadi dari
CSR
Terdapat hubungan antara corpotare governance
dengan tingkat terjadinya konflik CSR dalam suatu
perusahaan.
2 jenis pemilik saham:
Orang-dalam (insider)
Pemegang saham eksternal (institusi)
Insider
Kelompok orang-dalam dibedakan menjasi dua sub-
grup:
Manager
Non-manager

insiders biasanya terkait dengan perusahaan dan


dapat mengambil keuntungan dari kenyataan bahwa
perusahaan diklasifikasikan sebagai SR
Institusi
Kepemilikan saham yang besar, ada insentif untuk
memantau pengambilan keputusan perusahaan.
investor kelembagaan obyektif mungkin berbeda dari
yang mereka pemegang unit.
Kesimpulan
Konflik CSR yang terjadi karena adanya perbedaan
kepentingan antara pemegang saham, dimana
insiders (orang dalam) berusaha mendapatkan
keuntungan pribadi dari fakta yang terkait dengan
perusahaan yang memiliki rating CSR yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai