Anda di halaman 1dari 14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar
Secara psikologis belajar menurut slameto (2003:2) adalah suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi keutuhan hidupnya atau belajar merupakan suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan , sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Skinner (dalam Dimyati dan Mudjiono,
2006:9) menjelaskan bahwa :

“Belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar, maka


responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar
maka responnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal
berikut: 1) Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan
respons pebelajar; 2) Respons si pebelajar; 3) Konsekuensi yang
bersifat menguatkan respon tersebut, pemerkuat terjadi pada
stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai
ilustrasi, perilaku respon si pebelajar yang baik diberi hadiah.
Sebaliknya, perilaku respon yang tidak baik diberi teguran dan
hukuman”.

Menurut Gagne (dalam Dimyati dan Mudjiono 2006:10) belajar


merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah
belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya
kapabilitas tersebut adalah dari (i) Stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (ii)
Proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Dengan demikian, belajar adalah
seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati
pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.
Menurut Gagne belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi
eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar. Komponen tersebut dilukiskan dalam
bagan berikut.

Kondisi internal belajar Hasil belajar

Keadaan Internal Informasi verbal


dan proses kognitif
siswa Ketrampilan intelek
Ketrampilan motorik
Sikap
Siasat Kognitif

Berinteraksi dengan

Stimulus dari
lingkungan Acara Pembelajaran

Kondisi eksternal belajar


Bagan 2.1 : Komponen Esensial Belajar dan Pembelajaran
Adaptasi dari Bell Gredler, 1991:188 (dalam Dimyati dan Mudjiono,
1994:11)
Bagan tersebut melukiskan hal-hal berikut.
a. Belajar merupakan interaksi antara “keadaan internal dan proses
kognitif siswa” dengan “stimulus dari lingkungan”
b. Proses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil
belajar tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelek,
keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.
Kelima hasil belajar tersebut merupakan kapabilitas siswa. Kapabilitas siswa
tersebut berupa : Gagne (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006:12)
1) Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan
pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
Pemilikan informasi verbal memungkinkan individu berperanan
dalam kehidupan; 2) Keterampilan Intelektual adalah kecakapan
yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta
mempresentasikan konsep dan lambing. Keterampilan intelek ini
terdiri dari diskriminasi jamak, konsep konkret dan terdefinisi, dan
prinsip; 3) Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan
mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini
meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan
masalah; 4) Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan
serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga
terwujud otomatisme gerak jasmani; 5) Sikap adalah kemampuan
menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap
obyek tersebut.

Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal


yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek,
yaitu dari siswa dan dari guru. Dari segi siswa , belajar dialami sebagai suatu
proses. Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Bahan
belajar tersebut berupa keadaan alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, dan
bahan yang telah terhimpun dalam buku-buku pelajaran. Dari segi guru, proses
belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar tentang sesuatu hal.
Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam
proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Proses belajar yang mengaktualisasikan ranah-ranah
tersebut tertuju pada bahan belajar tertentu.
Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri
siswa, agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan dalam
kurikulum maka guru harus merencanakan dengan seksama dan sistematis
berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkah laku siswa
sesuai dengan apa yang diharapkan. Aktifitas guru untuk menciptakan kondisi
yang memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal disebut dengan
kegiatan pembelajaran.
Dengan kata lain pembelajaran adalah proses membuat orang belajar.
Guru bertugas membantu orang belajar dengan cara memanipulasi lingkungan
sehingga siswa dapat belajar dengan mudah, artinya guru harus mengadakan
pemilihan terhadap berbagai starategi pembelajaran yang ada, yang paling
memungkinkan proses belajar siswa berlangsung secara optimal. Dalam
pembelajaran proses belajar tersebut terjadi secara bertujuan, Arief Sukadi
(1984:8).
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan
mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar
dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal
lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.
Duffy dan Roehler (1989:9) mengatakan apa yang dilakukan guru agar
proses belajar mengajar berjalan lancar, bermoral dan membuat siswa merasa
nyaman merupakan bagian dari aktivitas mengajar, juga secara khusus mencoba
dan berusaha untuk mengimplementasikan kurikulum dalam kelas. Sementara itu
pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan
pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum.
Jadi pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk
memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan
yaitu tercapainya tujuan kurikulum. Dalam buku pedoman melaksanakan
kurikulum SD,SLTP dan SMU (1994) istilah belajar diartikan sebagai suatu
proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadinya interaksi dengan
sumber belajar. Sumber belajar tersebut dapat berupa buku, lingkungan, guru dll.
Gredler (1986:22) menegaskan bahwa proses perubahan sikap dan tingkahlaku itu
pada dasarnya berlangsung pada suatu lingkungan buatan (eksperimental) dan
sangat sedikit sekali yang bergantung pada situasi alami (kenyataan). Oleh karena
itu linkungan belajar yang mendukung dapat diciptakan, agar proses belajar ini
dapat berlangsung optimal.
Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan utama dalam proses
pendidikan. Pengertian belajar apabila diperhatikan dari pendapat seorang ahli
dengan lainnya akan berlainan pula jawabannya. Secara psikologis belajar itu
dapat diartikan sebagai suatu proses memperoleh perubahan perubahan tingkah
laku untuk mendapatkan pola-pola respon yang baru dan diperlukan untuk
interaksi dalam lingkungan. Belajar merupakan suatu kegiatan perubahan tingkah
laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan tingkah
laku yang di maksud adalah tinglah laku yang positif dalam hubungannya untuk
mencapai kesempurnaan hidupnya.

2. Pengertian Hasil Belajar

Berakhirnya suatu proses belajar, maka peserta didik memperoleh suatu


hasil belajar. “ Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar
dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan berakhirnya
penggal dan puncak proses belajar ”. (Dimyati dan Mudjiono, 1994:4). Secara
umum Reigeluth (1983:20) mengatakan bahwa hasil pembelajaran secara umum
dapat dikategorikan menjadi tiga indikator , yaitu :
a. Efektifitas pembelajaran, yang biasanya diukur dari tingkat
keberhasilan ( prestasi) belajar siswa dari berbagai sudut.
b. Efisiensi pembelajaran, yang biasanya diukur dari waktu pembelajaran
dan atau/ biaya pembelajaran.
c. Daya tarik pembelajaran yang selalu diukur dari tendensi siswa ingin
belajar terus menerus.
Secara spesifik hasil belajar adalah suatu kinerja yang diindikasikan dari
suatu kapabilitas ( kemampuan ) yang telah diperoleh. Berdasarkan beberapa
pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah hasil
yang dicapai siswa selama berusaha belajar untuk memperoleh perubahan baru
disusun oleh otak sebagai hasil dari belajar serta terjadi karena motif dan faktor
tujuan yang ingin dicapai. Perubahan baru tersebut dinyatakan dalam cara-cara
bertingkah laku karena pengalaman dan latihan, jadi prinsip-prinsipnya adalah
perubahan.
Menurut Depdiknas (2003:3), “Hasil belajar (prestasi belajar) siswa yang
diharapkan adalah kemampuan yang utuh yang mencakup kemampuan kognitif,
kemampuan psikomotor, dan kemampuan afektif atau perilaku.” Menurut Tu’u
(2004:75), “Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai peserta didik ketika
mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.”
Sedangkan menurut Surya (2004:64), “Prestasi belajar ialah sesuatu yang dicapai
oleh peserta didik sebagai perilaku belajar yang berupa hasil belajar yang
berbentuk perubahan pada pengetahuan, sikap, dan keterampilan.” Prestasi belajar
peserta didik ini biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu: kecerdasan,
usaha, bimbingan belajar, teman sebaya, dan waktu yang cukup untuk belajar.
Sedangkan menurut Nasution (2005:38), faktor yang mempengaruhi perbuatan
dan hasil belajar antara lain: bakat, mutu pembelajaran, kesanggupan untuk
memahami pengajaran, ketekunan, dan waktu yang tersedia untuk belajar.
Menurut Yunanto (2004:44) pada dasarnya melakukan kegiatan belajar di
sekolah dan di rumah tidak banyak berbeda. Di rumah orang tua, pengasuh anak,
orang dewasa yang sedang mendampingi anak perlu menggunakan prinsip-prinsip
dalam kegiatan pembelajaran agar dapat mendukung kegiatan belajar, yaitu:
a. Anak perlu diperhatikan. Perhatian kepada anak merupakan kunci
keberhasilan kegiatan belajar anak.
b. Pada dasarnya anak mengalami tumbuh kembang yang unik.
Kegiatan belajar yang dilakukan harus disesuaikan dengan
tumbuh kembang anak yang sedang terjadi.
c. Fasilitas belajar sebaiknya disediakan dalam ruangan khusus.
d. Waktu kegiatan belajar di rumah bisa lebih longgar.
Menurut Roestiyah (1996:151) bahwa dua faktor penghambat proses
pembelajaran dapat berpengaruh pada proses belajar peserta didik. Adapun dua
faktor tersebut adalah faktor internal dan eksternal. Roestiyah (1996:151),
pengertian dua faktor internal dan eksternal adalah berikut ini :
1) Faktor internal, ialah faktor yang timbul dari dalam diri anak itu
sendiri, seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, minat dan
sebagainya. Pada faktor internal, hal yang dapat mempengaruhi
belajar peserta didik adalah bersumber dari dalam dirinya seperti
masalah kesehatan, kemampuan, rasa aman, dan berbagai
kebutuhanya. Apabila peserta didik yang merasa belajarnya kurang
sehat, tidak aman, kemampuan belajarnya rendah, kurang motivasi
dalam belajar dan sebagainya maka sudah tentu kelancaran atau
kelangsungan belajar dijalankan akan terhambat/terganggu,
mungkin terhalang sama sekali; 2) Faktor eksternal, ialah faktor
yang datang dari luar si anak, seperti kebersihan rumah, udara yang
panas, lingkungan dan sebagainya. Hal-hal yang dapat
mempengaruhi belajar pada peserta didik dapat bersumber dari luar
dirinya (faktor eksternal) seperti: masalah kebersihan, udara yang
panas dan lingkungan yang kurang mendukung dalam aktivitas
belajar.
Roestiyah (1996:151) bahwa dari berbagai faktor yang termasuk dalam
faktor eksternal yang dapat mempengaruhi belajar pada peserta didik di atas dapat
ditanggulangi dengan baik dan sesuai kebutuhan, maka akan kecenderungan
memperoleh prestasi yang tinggi. Dengan demikian dapat di pahami bahwa faktor
sekolah, masyarakat dan keluarga anak didik dapat mempengaruhi secara positif
terhadap keberhasilan peserta didik dalam belajar. Dengan kata lain, apabila
keadaan sekolah, masyarakat, dan keluarga peserta didik yang sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik, maka cenderung prestasi belajarnya akan semakin
tinggi. Begitu pula sebaliknya apabila ketiga faktor di atas tidak sesuai dengan
keadaan peserta didik dan tidak ditunjang oleh faktor lainnya, baik itu faktor
eksternal dan internal yang kurang mendukung kegiatan belajar peserta didik,
dipastikan peserta didik yang bersangkutan akan sulit berkembang sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan hidupnya.

3. Penilaian Hasil Belajar


Kegiatan penilaian hasil belajar merupakan bagian dari kegiatan
pembelajaran di lembaga pendidikan, dari pendidikan dasar sampai pada lembaga
pendidikan tingkat tinggi. Adanya kegiatan penilaian hasil belajar maka akan
dapat diketahui dan dipertanggungjawabkan kebenaran hasilnya. Fungsi penilaian
menurut Surya Brata (dalam Kumala, 1998:22) dapat dikelompokkan menjadi tiga
bagian yaitu :
1) Fungsi psikologis: a. Dipandang dari segi anak didik, Anak
didik dapat mengetahui diantara teman – temannya, apakah ia
termasuk anak yang pandai, yang sedang dan lain sebagainya; b.
Di pandang dari segi orag tua, Secara psikologis orang tua butuh
mengetahui kemajuan anak-anak yang menjadi tanggung
jawabnya. 2) Fungsi dikdatis: a. Ditinjau dari segi anak didik,
pengetahuan tentang kemajuan tentang yang telah dicapai pada
umumnya berpengaruh terhadap pekerjaan selanjutnya. Artinya
dapat menyebutkan prestasi belajar yang lebih baik; b. Ditinjau
dari segi guru, yang pertama, guru dapat menilai dirinya tentang
keberhasilan dan tingkat kegagalan yang telah dilakukan dalam
kegiatan belajar mengajar. Kedua, membantu guru dalam menilai
kesiapan siswa terhadap pelajaran. Ketiga mengetahui siswa
dalam kelasnya; 3) Fungsi administratif: a. Memberikan data
untuk dapat menentukan status anak didik didalam kelas atau
apakah siswa lulus ujian atau tidak; b. Memberikan ikhtiar
mengenai usaha yang dilakukan oleh lembaga pendidikan.

Sesuai dengan penjelasan di atas, maka jelas bahwa prestasi belajar


merupakan langkah akhir dalam pengambilan keputusan tentang hasil belajar
siswa. Oleh karena itu, pengambilan keputusan tentang hasil belajar siswa
merupakan suatu keharusan bagi seorang guru untuk mengetahui tingkat belajar
siswa dalam kegiatan mengajar siswa. Tingkat keberhasilan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, dan faktor-faktor tersebut
harus diselidiki apabila siswa menemui atau mengalami kegagalan dalam belajar.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Menurut Muzakir dan Sutrisno ( 1996:155 ), faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa pada dasarnya ada dua, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Untuk lebih jelas berikut ini akan dibahas tentang faktor-faktor
tersebut yaitu :
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa yang datangnya dari dalam diri siswa. Faktor internal dapat dibedakan
menjadi beberapa bagian antara lain :
Faktor yang bersifat fisiologis
Manusia pada dasarnya kesatuan dari psikis dan fisik atau antara jiwa
dan raga. Pertumbuhan fisik dapat dilihat dari tinggi badan, berat badan dan lain-
lain. Pertumbuhan dan perkembangan fisik seseorang yang kurang atau tidak
normal, misalnya terlalu gemuk atau terlalu kurus akan mempengaruhi jiwanya,
yaitu menjadi kurang percaya diri, pemalu. Kalau keadaan tersebut dibiarkan terus
menerus akan dapat mempengaruhi kegiatan belajar mengajarnya. Perkembangan
fisik yang normal memungkinkan anak untuk melakukan semua kegiatan tanpa
mengalami hambatan sehingga akan memberikan keuntungan dalam kegiatan
belajar ( Purwanto dalam Kumala, 1998:26)
Menurut Purwanto (dalam Kumala, 1998:27) bahwa sehubungan dengan
keadaan fisik, memang tidak dapat dipisah bahwa anak yang fisiknya sehat atau
normal pasti akan dapat berprestasi dengan baik. Hal demikian ini tidak menutup
kemungkinan anak yang fisiknya sehat dengan fasilitas yang memadai yang hanya
dapat berprestasi sedang bahkan tidak jarang sampi putus sekolah. Sebaliknya ada
juga anak yang secara fisik kurang atau tidak sehat dapat berprestasi dengan baik.
Hal ini kemungkinan karena anak yang keadaan fisiknya kurang atau tidak sehat
tersebut memiliki kemauan, kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
anak yang keadaan fisiknya lebih sehat atau lebih normal.
Selain keadaan fisik ada juga faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar
siswa yang datangnya dari dalam diri siswa, misalnya panca indera yang kurang
lengkap atau tidak normal. Keadaan demikian dapat menggangu aktivitas belajar
anak, karena panca indera merupakan bagian tubuh yang berinteraksi langsung
dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial ( Muzakir dan Sutrisno, 1996:156 )
Berdasarkan uraian diatas, maka seorang anak harus tetap menjaga keadaan
fisik dan panca inderanya sebaik mungkin. Kaena apabila seorang anak terganggu
kesehatanya maka dapat mengakibatkan anak tersebut malas belajar dan bahkan
apabila sakit tidak dapat belajar sama sekali. Oleh karena itu, sebaiknya faktor-
faktor yang menyangkut keadaan fisik dijaga dengan sebaik-baiknya sehingga
tidak ada hambatan dalam belajar.
2) Faktor yang bersifat psikologis
Faktor yang bersifat psikologis adalah hal-hal yang berkaitan dengan
situasi, kondisi dan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan kejiwaan siswa.
Faktor-faktor tersebut yaitu :
(a) Cita-cita
Adanya cita-cita seorang anak dapat menumbuhkan suatu kebutuhan untuk
memperoleh sesuatu. Sebagian besar anak tidak sadar kalau dorongan
belajar akibat cita-citanya, sehingga dengan dorongan belajar lebih banyak
timbul dari luar, misalnya takut dimarahi guru atau orang tua, ingin
mendapat pujian dari orang lain.
(b) Minat
Minat sebagai aspek kejiawaan yang berkaitan dengan aktivitas yang dapat
menimbulkan perasaan senang atau tertarik. Siswa yang tidak mempunyai
minat untuk mempelajari sesuatu, maka tidak akan dapat belajar dengan
baik, karena tidak ada daya tarik bagi siswa. Adanya minat siswa terhadap
suatu pelajaran dapat memudahkan siswa untuk mempelajari dan
menyimpan materi pelajaran yang dipelajari. Oleh karena itu, minat dapat
meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar dan sekaligus berpengaruh
terhadap keberhasilan belajar siswa.
(c) Bakat
Bakat adalah kemampuan bawaan sebagai potensi yang masih perlu untuk
dikembangkan. Bakat ini memerlukan latihan dan pendidikan, agar suatu
tindakan dapat dilakukan dimasa mendatang. Siswa yang memiliki prestasi
belajar yang menonjol dalam suatu bidang studi atau yang lainnya dapat
mencerminkan bakat atau keunggulan dalam diri siswa tersebut. Sebaliknya
belum tentu siswa yang mempunyai bakat akan dapat mencapai prestasi
belajar yang tinggi. Oleh karena itu, prestasi belajar merupakan perwujudan
dari bakat dan prestasi belajar juga dipengaruhi oleh bakat siswa.
(d) Motivasi
Motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan seorang individu untuk
melakukan suatu tingkah laku atau tindakan. Motivasi belajar merupakan
hasrat untuk belajar dari seorang individu. Seorang siswa dapat belajar
secara lebih efisien apabila ia berusaha untuk belajar secara maksimal,
artinya siswa memotivasi dirinya sendiri untuk belajar. Motivasi merujuk
pada kekuatan atau daya pendorongnya, sedangkan tingkah laku atau
tindakan sebagai akibat dari adanya hasrat atau dorongan seseorang untuk
melakukan kegiatan belajar. Sehingga motivasi merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi hasil belajar.
(e) Situasi dan kondisi psikologis yang bersifat temporer
Situasi siswa dalam suatu waktu tertentu akan mempengaruhi perasaan dan
konsentrasi dalam proses pembelajaran. Siswa yang menghadapi masalah
tertentu akan sulit untuk memusatkan pikiran dan perhatiannya pada bidang
tertentu. Situasi kejiwaan tersebut antara lain : gelisah, cemas, bingung,
putus asa, resah, frustasi dan lain-lain ( Purwanto dalam Kumala,
1998:2830)
Adanya perhatian anak terhadap mata pelajaran yang dihadapi juga sangat
membantu keberhasilan dalam belajar. Perhatian seperti ini masih bersifat
sementara apabila dibandingkan dengan cita-cita. Namun tanpa adanya perhatian
tidak mungkin berhasil dengan baik dalam belajar. Hal ini karena mata pelajaran
yang tidak menarik perhatian anak enggan untuk belajar, sehingga hasil belajar
yang dicapai rendah. Oleh karena itu, untuk menimbulkan atau menarik perhatian
anak terhadap suatu mata pelajaran perlu adanya dorongan atau motivasi
(Slameto, 1995:56).
Dengan demikian, dalam proses pembelajaran perhatian siswa terhadap
suatu mata pelajaran sangat penting, karena tanpa perhatian siswa proses
pembelajaran siswa tidak dapat berlangsung dengan baik.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
belajar siswa yang berasal dari luar diri siswa. Situasi dan kondisi belajar siswa
dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor situasi dan kondisi belajar dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu : faktor lingkungan alamiah dan lingkungan
sosial.

2.2 Proses Belajar Mengajar Bermedia


Di dalam proses belajar mengajar sumber pesan bias beragam bentuk dan
jenisnya, maksudnya yang bertindak sebagai sumber penyampai pesan bias guru,
buku atau sumber lain. Pesan pembelajaran yang disampaikan biasanya materi
atau bahan pelajaran sedangkan saluran/perantara yang digunakan berupa metode
atau teknik, strategi pembelajaran, dan alat seperti gambar, foto, diagram, komik,
film, slide, televise, dan lain-lain. Menurut Santoso S. Hamijoyo (1988:11)
“Media adalah semua bentuk yang digunakan manusia untuk menyampaikan
pesan, menyebarkan ide, pendapat atau gagasan sehingga yang disampaikan itu
bisa sampai ke penerima”. Kemudian pengertian media menurut Brigs (1970)
yang dikutif oleh Arief S. Sadiman (1990:6) “Media adalah segala sesuatu alat
fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar”.
Penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat mempertinggi proses
belajar siswa sehingga tercapainya tujuan pembelajaran. Penggunaan media dalam
proses pembelajaran digambarkan dalam pola-pola interaksi belajar mengajar
bermedia.
Hakikat Media Pembelajaran:
• Alat komunikasi untuk membawa informasi dari pengajar ke anak didik.
• Memberi penguatan dan motivasi
• Menciptakan kondisi yang dikontrol dengan baik
Munculnya teknologi pendidikan (teknologi media)
• I : ketika orang tua merasa tidak mampu member pengajaran terhadap
anaknya
• II : munculnya kebutuhan guru untuk menyampaikan informasi lebih
banyak dan lebih cepat
• III: ditemukannya mesin cetak dan budaya tulis baca
• IV: perkembangan teknologi komunikasi

Peranan Media
• Penyajian materi ajar menjadi lebih standar
• Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik
• Kegiatan belajar dapat menjadi lebih interaktif
• Waktu yang dibutuhkan untuk PPb dapat dikurangi
• Kualitas belajar dapat ditingkatkan
• Pembelajaran dapat disajikan di mana dan kapan saja
• Meningkatkan sikap positif peserta didik dan proses belajar menjadi lebih
kuat/ baik
• Memberikan nilai positif bagi pengajar

Penggunaan media dalam proses pembelajaran mempunyai manfaat yang


dapat menarik minat dan memotivasi belajar siswa. Menurut Arief S. Sadiman
kegunaan media pembelajaran bila dilihat dari karakteristiknya sebagai perantara
dalam menyampaikan pesan, diantaranya:
1. Memperjelas penyajian pesa agar tidak terlalu verbalistis
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera
3. Menimbulkan kegairahan belajar
4. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antar anak didik dengan
lingkungan dan kenyataan
5. Memungkinkan terjadinya belajar secara individual menurut kemampuan
dan minatnya
6. Memberikan rangsangan yang sama pada setiap siswa
7. Mempersamakan pengalaman
8. Menimbulkan persepsi yang sama antara siswa yang satu dengan yang
lainnya

2.3 Media Komik


Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1991:63) “Sebagai suatu bentuk
kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan
yang erat dihubungkan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada
para pembacanya. Menurut David Manning White (1967:370) “Comics, are
cartoon arranged either in a single panel or in several boxes-in which case they are
called ‘Comic Strip’-which are popular feature of more American newspaper”
yang maksudnya komik adalah rangkaian gambar kartun dalam satu panil maupun
rangkaian gambar kartun dalam bingkai-bingkai yang disebut komik strip.
Komik sebagai bacaan sudah menjadi bagian dari kehidupan anak-anak,
sebagai bacaan komik berfungsi ganda, yaitu sebagai media pendidikan dan
sebagai media hiburan. Komik dapat membantu anak-anak dalam proses belajar.
Melalui komik siswa dapat mengenal lingkungannya disamping pemenuhan
kebutuhan akan fantasi dan imajinasi kreatif. Komik sebagai bacaan dapat dilihat
dari segi isi dan temanya ada bermacam-macam, antara lain: cerita petualangan,
detektif, sejarah, humor, fiksi ilmiah, roman, perang, horror, silat, dll.
Penggunaan media komik dalam pembelajaran meliputi peranan yaitu
kemampuan dalam menciptakan minat belajar pada siswa. Penggunaan media
dalam proses pembelajaran termasuk dalam ruang lingkup teknologi pengajaran.
Pengertian teknologi pengajaran menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai
(1989:41) adalah “Himpunan dari proses terintegrasi yang melibatkan manusia,
prosedur, gagasan, peralatan dan organisasi serta pengelolaan cara-cara
pemecahan masalah pendidikan yang terdapat dalam situasi-situasi belajar yang
bertujuan dan disengaja”.
Teknologi pengajaran mempunyai aplikasi praktis dengan adanya sumber-
sumber belajar seperti pesan, orang material, peralatan, metode, dan lingkungan,
berperannya tugas-tugas pengembangan dan pengelolaan pendidikan.
Konsep teknologi pengajaran merupakan bagian dari teknologi
pendidikan. Teknologi pendidikan dapat mempengaruhi struktur organisatoris
pendidikan sebab mempengaruhi secara langsung pengembangan kurikulum,
member alternatif bentuk pembelajaran yaitu menggunakan sumber manusia,
sumber-sumber lain kecuali manusia, dan sumber-sumber lain yang
dikombinasikan dalam system pembelajaran dengan media pembelajaran, dan
media pembelajaran atau guru dengan media saja, member kemungkinan
terbentuknya kelembagaan alternative yang dapat menyediakan fasilitas belajar
dan dapat melayani semua bentuk kelembagaan pendidikan ( Nana Sudjana dan
Ahmad Rivai, 1989:2).

Anda mungkin juga menyukai