Anda di halaman 1dari 12

KOPERASI KARYAWAN YAYASAN PAULUS MAKASSAR

KEUSKUPAN AGUNG MAKASSAR


Jl. G. Latimojong 120, Makassar

ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1
Tata cara penerimaan anggota:
(1) Calon Anggota mengajukan permohonan secara tertulis dengan menggunakan formulir yang dibuat
Pengurus yang diketahui oleh Kepala Sekolah/instansi terkait serta melampirkan SK Pengangkatan.
(2) Permohonan yang diajukan akan diseleksi melalui Rapat Pengurus, hasil seleksi akan disampaikan
pada calon anggota secara tertulis.
(3) Calon Anggota yang lolos seleksi wajib mengikuti pendidikan awal KOPKAR.
(4) Setelah selesai mengikuti pendidikan awal KOPKAR, Calon Anggota melunasi:
(a) Uang Pangkal;
(b) Simpanan Pokok;
(c) Simpanan Wajib.
(5) Calon Anggota/pemohon memperoleh keanggotaannya setelah menandatangani buku daftar anggota
KOPKAR.
(6) Calon anggota, dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah melunasi Simpanan Pokok harus
menjadi anggota.

Pasal 2
Tata cara berakhirnya keanggotaan atas permintaan sendiri adalah:
(1) mengajukan permohonan secara tertulis kepada Pengurus.
(2) menerima surat keputusan pemberhentian dari Pengurus setelah diproses, paling lama 1 (satu)
bulan;
(3) berhak menerima kembali seluruh simpanannya setelah dikurangi kewajiban-kewajiban;
(4) Apabila kewajiban anggota lebih besar dari simpanan/modalnya maka yang bersangkutan wajib
membayar selisihnya kepada KOPKAR;
(5) Pada akhir tahun buku tidak mendapat Sisa Hasil Usaha (SHU).

Pasal 3
Anggota yang diberhentikan oleh Pengurus:
(1) Jika tidak mengindahkan surat peringatan Pengurus.
(2) Jika selama 12 (dua belas) bulan berturut-turut tidak lagi memenuhi kewajiban simpanannya,
(3) Jika selama 12 (dua belas) bulan berturut-turut tidak lagi memenuhi kewajiban membayar
pinjamannya.
(4) Jika selama 12 (dua belas) bulan berturut-turut tidak lagi memenuhi kewajiban membayar bunga
pinjamannya.
(5) Berhak menerima kembali seluruh simpanannya dikurangi kewajiban-kewajiban.
(6) Apabila kewajiban anggota lebih besar dari simpanan/modalnya maka yang bersangkutan wajib
membayar selisihnya kepada KOPKAR.
(7) Pada akhir tahun buku tidak mendapat Sisa Hasil Usaha (SHU).

Pasal 4
(1) Anggota yang meninggal dunia dan atau cacat tetap:
(a) Ahli waris berhak menerima kembali seluruh simpanannya setelah dikurangi kewajiban-
kewajibannya.
(b) Apabila kewajiban anggota lebih besar dari simpanan/modalnya maka ahli warisnya wajib
membayar selisihnya kepada KOPKAR.
(c) Bila simpanan/modal ditarik ahli waris sementara tahun buku berjalan, maka tidak akan
mendapatkan Sisa Hasil Usaha (SHU), tetapi bila ditarik pada akhir tahun buku akan mendapat
Sisa Hasil Usaha (SHU).
(2) Ahli waris yang dimaksud di atas adalah:
a) suami/ istri yang sah, atau
b) salah seorang anak kandung/anak angkat, atau
c) Ibu/bapa kandung, atau
d) saudara kandung
(3) Semua ahli waris yang dimaksud dalam ayat 2 (dua) di atas harus menunjukkan bukti-bukti yang sah
kepada Pengurus.

1
(4) Salah seorang anak kandung/anak angkat sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2) butir (b)
harus mendapat kuasa secara tertulis dari saudara-saudaranya.

Pasal 5
(1) Anggota yang diberhentikan oleh pengurus apabila telah melalui (dua) tahap:
(a) peringatan lisan 2 (dua) kali,
(b) peringatan tertulis 2 (dua) kali.
(2) Memberhentikan seseorang anggota KOPKAR oleh Pengurus harus dilaporkan pada Rapat Anggota
dan/atau Rapat Anggota Tahunan dengan memberikan penjelasan alasan pemberhentian tersebut.
(3) Berakhirnya keanggotaan KOPKAR harus dicatat di dalam Buku Induk Anggota dan penarikan
kembali buku anggota oleh Pengurus.

Pasal 6
Pembekuan Modal Anggota
(1) Pembekuan Modal anggota apabila 3 (tiga) bulan berturut-turut tidak memenuhi kewajiban
pinjamannya.
(2) Selama modalnya dibekukan SHU-nya tidak dihitung.
(3) SHU akan dihitung kembali pada saat anggota memenuhi kewajibannya.

BAB II
PERANGKAT ORGANISASI
Pasal 7
Pengurus
(1) Pengurus terdiri dari:
(a) Ketua
(b) Wakil Ketua
(c) Sekretaris
(d) Wakil Sekretaris
(e) Bendahara
(f) Wakil Bendahara
(2) Ketua KOPKAR berwewenang melengkapi kepengurusan dan pelaksana seksi-seksi.
(3) Seksie yang dimaksud adalah:
(a) Seksi Kredit
(b) Seksi Kesra
(c) Seksi Pendidikan
(4) Jumlah Pelaksana seksi disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan KOPKAR.

Pasal 8
Pengurus dan seksie KOPKAR tidak boleh merangkap jabatan pada KOPKAR lain.

Pasal 9
Tugas Ketua KOPKAR
Ketua KOPKAR bertugas:
(1) Melaksanakan keputusan Rapat Anggota, Rapat Anggota Tahunan, Rapat Anggota Luar Biasa dan
Rapat Pengurus.
(2) Memimpin semua tingkatan Rapat.
(3) Menandatangani surat-surat berharga dan surat-surat lainnya yang berkaitan dengan kegiatan
KOPKAR.
(4) Dalam hal Rapat apabila Ketua KOPKAR berhalangan maka Ketua dapat mendelegasikan kewenangan
sementara untuk memimpin Rapat kepada Pengurus lain dengan memberikan memo.
(5) Mengawasi kegiatan operasional KOPKAR.
(6) Mengangkat dan/atau memberhentikan Pengurus dan/atau seksi apabila tidak melaksanakan tugas
KOPKAR dengan penuh tanggung jawab.
(7) Menyimpan surat-surat berharga.

Tugas Wakil Ketua


Pasal 10
(1) Melaksanakan semua tugas Ketua bila mana Ketua berhalangan sementara dan/atau berhalangan
tetap.
(2) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas seksie-seksie

Tugas Sekretaris
Pasal 11
(1) Melaksanakan Keputusan Rapat Anggota, Rapat Anggota Tahunan, Rapat Anggota Luar Biasa
dan/atau Rapat Pengurus.
(2) Mempersiapkan Rapat-rapat.
2
(3) Membuat notulen rapat .
(4) Memelihara berita acara rapat.
(5) Menata kesekretariatan.
(6) Menyimpan arsip dan memelihara sarana prasarana KOPKAR.
(7) Menampung ide-ide, gagasan, dan merumuskan konsep-konsep tentang perkembangan KOPKAR.
(8) Menandatangani surat-surat bersama ketua KOPKAR.
(9) Mengkoordinasikan semua kegiatan KOPKAR.
(10) Mengkoordinasikan penyusunan pola kebijakan KOPKAR.

Pasal 12
Tugas Wakil Sekretaris
(1) Melaksanakan semua tugas sekretaris bila sekretaris berhalangan
(2) Mengolah data KOPKAR.
(3) Mendistribusikan data-data kegiatan KOPKAR untuk kepentingan Pengurus dan Anggota.
(4) Menjamin kerahasiaan data terhadap pihak ketiga baik diminta maupun tidak diminta tanpa
persetujuan Ketua KOPKAR.

Pasal 13
Tugas Bendahara
(1) Melaksanakan Keputusan Rapat Anggota, Rapat Anggota Tahunan, Rapat Anggota Luar Biasa
dan/atau Rapat Pengurus.
(2) Menjamin terselenggaranya sistem administrasi keuangan dengan baik dan benar.
(3) Memelihara harta kekayaan KOPKAR.
(4) Menyiapkan Laporan Pertanggungjawaban Keuangan.
(5) Menyiapkan Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja KOPKAR.

Pasal 14
Tugas wakil bendahara
(1) Melaksanakan tugas bendahara bila bendahara KOPKAR berhalangan.
(2) Melaksanakan penataan pembukuan Keuangan dengan baik dan benar
(3) Membuat laporan keuangan secara berkala kepada Ketua KOPKAR.
(4) Menjamin kerahasiaan data keuangan dari pihak ketiga tanpa persetujuan Ketua KOPKAR.

Pasal 15
Tugas Seksie-seksie
Rincian tugas seksie-seksie secara konkrit akan diatur dan ditetapkan pada Pola Kebijakan Pengurus.

Pasal 16
(1) Pengurus yang secara berturut-turut tidak hadir dalam 3 (tiga) kali rapat rutin tanpa memberi alasan
yang dapat diterima, dianggap telah meninggalkan jabatannya.
(2) Pengurus mengusahakan agar dalam kantor KOPKAR dapat dilihat laporan keuangan bulanan yang
terakhir berdasarkan buku kas harian.
(3) Isi Laporan:
(a) Saldo bulan lalu : ….
(b) Uang masuk bulan ini : ....
(c) Uang Keluar bulan ini : ....
(d) Saldo bulan ini : ….

Pasal 17
Pengawas
Pengawas terdiri dari:
(1) Ketua
(2) Sekretaris
(3) Anggota

Pasal 18
Tugas Pengawas
(1) Ketua Pengawas memimpin Rapat Pengawas serta pelaksanaan tugas-tugas pengawasan dan
pemeriksaan.
(2) Sekretaris Pengawas membuat laporan tentang hasil pemeriksaan serta menyimpan berita-berita
acara asli dan lengkap mengenai segala tindakan yang diambil oleh pengawas.
(3) Anggota Pengawas membantu terlaksananya tugas-tugas pengawasan dan pemeriksaan.

Pasal 19

3
(1) Pengawas harus melakukan pemeriksaan buku anggota serta permohonan pinjaman anggota
sekurang-kurangnya 4 bulan sekali (3 kali setahun) maksimal 6 (enam) hari setiap kali pemeriksaan
dan hasilnya dilaporkan secara tertulis kepada Pengurus KOPKAR dan anggota.
(2) Sebelum pemeriksaan harus diadakan Cash Opname.
(3) Pengawas harus meneliti dan menanggapi keluhan-keluhan yang disampaikan Anggota
mengenai penyelenggaraan usaha-usaha KOPKAR.
(4) Pengawas berkewajiban membuat laporan dan administrasi tersendiri mengenai hasil pemeriksaan
(5) Pengawas berkewajiban menyerahkan laporan Pengawasan dan Pemeriksaan kepada Pengurus
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah selesai melaksanakan tugasnya.

Pasal 20
(1) Pengawas dan pengurus harus mengadakan rapat klarifikasi setiap akhir pemeriksaan
(2) Apabila terjadi perbedaan hasil pemeriksaan antara Pengawas dengan Pengurus maka segera
melakukan pencocokan mencari penyelesaian untuk dipertanggungjawabkan kepada Rapat Anggota
dan/atau Rapat Anggota Tahunan

BAB III
PENGELOLA
Pasal 21
(1) Pengelolaan kegiatan usaha KOPKAR oleh Pengurus.
(2) Pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan oleh Pengelola yang diangkat
oleh Pengurus.
(3) Pengelola sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) bertanggung jawab kepada Pengurus.
(4) Pengelola sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat berupa perorangan atau badan usaha,
termasuk yang berbentuk badan hukum.
(5) Dalam melaksanakan pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Pengelola wajib
mengadakan kontrak kerja dengan Pengurus.

Pasal 22
(1) Pengangkatan pengelola diajukan dalam Rapat Anggota untuk mendapat persetujuan.
(2) Pengelolaan usaha oleh Pengelola tidak mengurangi tanggung jawab Pengurus sebagaimana
ditentukan dalam pasal 21.
(3) Apabila Pengurus mengangkat pengelola maka Pengurus tidak boleh merangkap sebagai pengelola.

Pasal 23
Hubungan antara Pengelola sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 dengan Pengurus KOPKAR
merupakan hubungan kerja atas dasar perikatan.

Pasal 24
(1) Hubungan kerja antara Pengelola dengan Pengurus diatur dalam suatu kontrak kerja yang
ditandatangani oleh kedua belah pihak.
(2) Setiap tahun Pengurus KOPKAR akan melakukan evaluasi kinerja dari Pengelola untuk melihat
prestasi kerja sebagai pertimbangan kelangsungan kontrak kerja.

Pasal 25
(1) Pengelola sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 berfungsi sebagai pelaksana harian KOPKAR;
(2) Pengelola diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus;
(3) Pengelola tidak merangkap jabatan sebagai Pengurus;
(4) Pengelola wajib mengadakan kontrak kerja dengan Pengurus.

Pasal 26
Pengelola sekurang-kurangnya harus memenuhi ketentuan Undang-undang Perkoperasian dan Peraturan
Pemerintah .

Pasal 27
Syarat-syarat untuk menjadi Pengelola adalah:
(1) Sehat jasmani dan rohani,
(2) Mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang memadai dalam bidang perkoperasian dan
manajerial,
(3) Memiliki jiwa kepemimpinan dan harus dapat bekerja sama dengan pengurus serta pihak lain.
(4) Bersedia bekerja secara penuh dan tidak mengurus atau menjadi pemimpin pada badan usaha lain.
(5) Tidak ada hubungan keluarga sampai derajat satu menurut garis lurus ke bawah maupun ke samping
dengan pengurus/pengawas.
(6) Tidak merangkap sebagai Pengurus dan/atau anggota KOPKAR.

Pasal 28
4
Tugas-tugas Pengelola adalah:
(1) mengkoordinasikan perencanaan program kerja dan anggaran serta pengendalian
(2) kebijakan tentang nilai-nilai perkoperasian,
(3) meningkatkan profesionalismenya dengan mengikuti pendidikan perkoperasian guna peningkatan
usaha koperasi,
(4) menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan pihak lain secara internal dan eksternal,
(5) bekerja sesuai dengan tata aturan/ kaidah-kaidah yang berlaku di KOPKAR,
(6) menyampaikan laporan pertanggungjawaban secara berkala dan/atau pada akhir masa jabatannya
kepada pengurus.

Pasal 29
(1) Dalam melaksanakan tugas, Pengelola dapat mengangkat staf atau karyawan yang mempunyai
keahlian dibidangnya dan sesuai dengan kebutuhan serta Anggaran Pendapatan dan Belanja KOPKAR.
(2) Pengangkatan staf/karyawan, kepala bidang/bagian harus mendapat persetujuan Pengurus KOPKAR.

Pasal 30
Dalam hal kondisi dan keuangan belum memungkinkan untuk mengangkat pengelola maka Pengurus
dapat merangkap sebagai pengelola

Pasal 31
(1) Dalam hal Pengelola adalah perorangan, wajib memenuhi persyaratan minimal sebagai berikut:
(a) tidak pernah melakukan tindakan tercela di bidang keuangan dan atau dihukum karena terbukti
melakukan tindak pidana di bidang keuangan;
(b) memiliki akhlak dan moral yang baik;
(c) mempunyai keahlian di bidang keuangan atau pernah mengikuti pelatihan di bidang koperasi
atau magang dalam usaha koperasi.

(2) Dalam hal Pengelola adalah badan usaha wajib memenuhi persyaratan minimal sebagai berikut:
(a) memiliki kemampuan keuangan yang memadai;
(b) memiliki tenaga managerial yang berkualitas baik.

Pasal 32
Dalam hal Pengurus secara langsung melakukan pengelolaan terhadap usaha simpan pinjam maka
berlaku ketentuan mengenai persyaratan Pengelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1).

Pasal 33
Dalam hal pengelolaan dilakukan oleh lebih dari 1 (satu) orang, maka:
(1) Sekurang-kurangnya 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah Pengelola wajib mempunyai keahlian
di bidang keuangan atau pernah mengikuti pelatihan di bidang simpan pinjam atau magang dalam
usaha simpan pinjam.
(2) Di antara Pengelola tidak boleh mempunyai hubungan keluarga sampai derajat ke satu menurut garis
lurus ke bawah maupun ke samping.

Pasal 34
(1) Dalam menjalankan usahanya, Pengelola wajib memperhatikan aspek permodalan, likuiditas,
solvabilitas dan rentabilitas guna menjaga kesehatan usaha dan menjaga kepentingan semua pihak
yang terkait.
(2) Aspek permodalan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
(a) modal sendiri KOPKAR tidak boleh berkurang jumlahnya dan harus ditingkatkan;
(b) setiap pembukaan jaringan pelayanan, harus disediakan tambahan modal sendiri;
(c) antara modal sendiri dengan modal pinjaman dan modal penyertaan harus berimbang.
(3) Aspek likuiditas yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
(a) penyediaan aktiva lancar yang mencukupi untuk memenuhi kewajiban jangka pendek;
(b) ratio antara pinjaman yang diberikan dengan dana yang telah dihimpun.
(4) Aspek solvabilitas yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
(a) penghimpunan modal pinjaman dan modal penyertaan didasarkan pada kemampuan membayar
kembali;
(b) ratio antara modal pinjaman dan modal penyertaan dengan kekayaan harus berimbang.
(5) Aspek rentabilitas yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
(a) rencana perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) atau keuntungan ditetapkan dalam jumlah yang wajar
untuk dapat memupuk permodalan, pengembangan usaha, pembagian jasa anggota dengan tetap
mengutamakan kualitas pelayanan;
(b) ratio antara Sisa Hasil Usaha (SHU) atau keuntungan dengan aktiva harus wajar.

Pasal 35
5
Pengelola berkewajiban merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan simpanan dan pinjaman
anggota kepada pihak ketiga dan kepada anggota lain secara perorangan, kecuali dalam hal yang
diperlukan untuk kepentingan proses peradilan dan perpajakan.

BAB VI
UNIT SIMPAN PINJAM
Pasal 36
(1) Unit Simpan Pinjam adalah unit KOPKAR yang bergerak di bidang usaha simpan pinjam, sebagai
bagian dari kegiatan usaha KOPKAR
(2) Kegiatan Unit Simpan Pinjam adalah kegiatan yang dilakukan KOPKAR untuk menghimpun dana dan
menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari, oleh, dan untuk anggota KOPKAR yang
bersangkutan, calon anggota KOPKAR, dan KOPKAR lain.
(3) Anggota Unit Simpan Pinjam adalah seluruh Anggota KOPKAR.

Pasal 37
Kegiatan Usaha Unit Simpan Pinjam
Kegiatan usaha simpan pinjam dilaksanakan dari, oleh, dan untuk anggota, calon anggota KOPKAR, dan
KOPKAR lain.

Pasal 38
(1) Kegiatan Usaha Unit Simpan Pinjam adalah:
(a) menghimpun simpanan KOPKAR berjangka dan tabungan KOPKAR dari anggota dan calon
anggotanya, dan koperasi lain;
(b) memberikan pinjaman kepada anggota, calon anggota, koperasi lain.
(2) Dalam memberikan pinjaman, Unit Simpan Pinjam wajib memegang teguh prinsip pemberian
pinjaman yang sehat dengan memperhatikan penilaian kelayakan dan kemampuan pemohon
pinjaman.
(3) Unit Simpan Pinjam dalam melayani koperasi lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
berdasarkan perjanjian kerjasama antar koperasi.

Pasal 39
(1) Dalam melaksanakan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2), Unit Simpan
Pinjam mengutamakan pelayanan kepada anggota.
(2) Apabila anggota sudah mendapat pelayanan sepenuhnya, koperasi lain dapat dilayani berdasarkan
perjanjian kerjasama antar koperasi yang bersangkutan.

Pasal 40
(1) Rapat Anggota menetapkan ketentuan mengenai batas maksimum pemberian pinjaman baik kepada
anggota dan koperasi lain.
(2) Ketentuan mengenai batas maksimum pinjaman kepada anggota berlaku pula bagi pinjaman kepada
Pengurus dan Pengawas.

Pasal 41
Dalam hal terdapat kelebihan dana yang telah dihimpun, setelah melaksanakan kegiatan pemberian
pinjaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1) huruf b, Unit Simpan Pinjam dapat:
(1) menempatkan dana dalam bentuk giro, deposito berjangka, tabungan, sertifikat deposito pada bank
dan lembaga keuangan lainnya;
(2) pembelian saham melalui pasar modal;
(3) mengembangkan dana tabungan melalui sarana investasi lainnya.

Pasal 42
(1) Penghimpunan dan penyaluran dana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan Pasal 19 dilakukan
dengan pemberian imbalan.
(2) Imbalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditentukan oleh Rapat Anggota.

Pasal 43
Jenis Simpanan
(1) Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota, koperasi-koperasi lain kepada
KOPKAR dalam bentuk tabungan, dan simpanan koperasi berjangka.
(2) Jenis simpanan terdiri dari Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, dan Simpanan Sukarela

Pasal 44
Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, dan Simpanan Sukarela tidak dapat ditarik selama menjadi anggota.

Pasal 45
Pinjaman
6
(1) Pinjaman adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu disertai dengan
pembayaran sejumlah imbalan.
(2) Pinjaman KOPKAR terdiri dari:
(a) Pinjaman Uang
(b) Pinjaman Barang
(c) Pinjaman Biaya Kesehatan
(d) Pinjaman Premi Asuransi

Pasal 46
(1) Untuk meningkatkan pelayanan kepada anggota, Unit Simpan Pinjam dapat membuka jaringan
pelayanan simpan pinjam.
(2) Jaringan pelayanan simpan pinjam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa:
(a) Kantor Cabang yang berfungsi mewakili Kantor Pusat dalam menjalankan kegiatan usaha untuk
menghimpun dana dan penyalurannya serta mempunyai wewenang memutuskan pemberian
pinjaman;
(b) Kantor Cabang Pembantu yang berfungsi mewakili Kantor Cabang dalam menjalankan kegiatan
usaha untuk menghimpun dana dan penyalurannya serta mempunyai wewenang menerima
permohonan pinjaman tetapi tidak mempunyai wewenang untuk memutuskan pemberian
pinjaman;
(c) Kantor Kas yang berfungsi mewakili Kantor Cabang dalam menjalankan kegiatan usaha untuk
menghimpun dana.

Pasal 47
Pengelolaan Unit Simpan Pinjam
(1) Pengelolaan Unit Simpan Pinjam dilakukan secara terpisah dari unit usaha lainnya.
(2) Pendapatan Unit Simpan Pinjam setelah dikurangi biaya penyelenggaraan kegiatan unit yang
bersangkutan, dipergunakan untuk keperluan sebagai berikut:
(a) dibagikan kepada anggota secara adil dan berimbang berdasarkan nilai transaksi;
(b) pemupukan modal Unit Simpan Pinjam;
(c) membiayai kegiatan lain yang menunjang Unit Simpan Pinjam.
(3) Sisa pendapatan Unit Simpan Pinjam setelah dikurangi biaya dan keperluan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2), diserahkan kepada KOPKAR untuk dibagikan kepada seluruh anggota KOPKAR.
(4) Pembagian dan penggunaan keuntungan Unit Simpan Pinjam diajukan oleh Pengurus Unit Simpan
Pinjam untuk mendapat persetujuan para anggota.

Pasal 48
Permodalan Unit Simpan Pinjam
(1) Modal Unit Simpan Pinjam dikelola secara terpisah dari unit lainnya dalam KOPKAR.
(2) Modal Unit Simpan Pinjam berasal dari sebagian modal KOPKAR untuk modal kegiatan simpan
pinjam.
(3) Modal Unit Simpan Pinjam sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berupa modal tetap dan modal
tidak tetap.
(4) Modal tetap Unit Simpan Pinjam sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) tidak boleh berkurang
jumlahnya dari jumlah yang semula.

Pasal 49
(1) Unit Simpan Pinjam melalui KOPKAR dapat menghimpun modal pinjaman sebagai modal tidak tetap
dari:
(a) anggota;
(b) koperasi lain;
(c) bank dan lembaga keuangan lainnya;
(d) penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya;
(e) sumber lain yang sah.

(2) Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya dilakukan dengan memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal.

Pasal 50
Pembinaan Unit Simpan Pinjam
(1) Unit Simpan Pinjam dianggap mengalami kesulitan, apabila mengalami salah satu atau gabungan dari
hal-hal sebagai berikut:
(a) terjadi penurunan modal dari jumlah modal yang disetorkan pada waktu pendirian;
(b) penyediaan aktiva lancar tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban jangka pendek;
(c) jumlah pinjaman yang diberikan lebih besar dari jumlah simpanan berjangka dan tabungan;
7
(d) mengalami kerugian;
(e) Pengelola melakukan penyalahgunaan keuangan;
(f) Pengelola tidak melaksanakan tugasnya.
(2) Unit Simpan Pinjam dianggap mengalami kesulitan perlu mendapat pembinaan dari lembaga/instansi
terkait.
(3) Dalam hal kesulitan tidak dapat diatasi, Unit Simpan Pinjam dapat dibubarkan sesuai dengan
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.

Pasal 51
Pembubaran Unit Simpan Pinjam
(1) Pembubaran Unit Simpan Pinjam dilakukan oleh Rapat Anggota.
(2) Dalam melakukan pembubaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48, pihak yang mengambil
keputusan pembubaran wajib mempertimbangkan masih adanya harta kekayaan Unit Simpan Pinjam
yang dapat dicairkan untuk memenuhi pembayaran kewajiban yang bersangkutan.

Pasal 52
(1) Pembubaran Unit Simpan Pinjam dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku bagi hal tersebut.
(2) Penyelesaian lebih lanjut sebagai akibat dari pembubaran Unit Simpan dilakukan oleh KOPKAR.

Pasal 53
Dalam masa penyelesaian, pembayaran kewajiban KOPKAR Simpan Pinjam atau Unit Simpan Pinjam
dilakukan berdasarkan urutan sebagai berikut:
(1) gaji pegawai yang terutang;
(2) biaya perkara di Pengadilan;
(3) biaya lelang;
(4) pajak Unit Simpan Pinjam;
(5) biaya kantor, seperti: listrik, air, telepon, sewa, dan pemeliharaan gedung;
(6) penyimpan dana atau penabung, yang pembayarannya dilakukan secara berimbang untuk setiap
penyimpan/penabung dalam jumlah yang ditetapkan oleh Tim Penyelesaian;
(7) kreditur lainnya.

Pasal 54
(1) Segala biaya yang berkaitan dengan penyelesaian dibebankan pada harta kekayaan Unit Simpan
Pinjam dan dikeluarkan terlebih dahulu dari dana yang ada atau dari setiap hasil pencairan harta
tersebut.
(2) Biaya pegawai, kantor dan pencairan harta kekayaan selama masa penyelesaian disusun dan
ditetapkan oleh pihak yang melakukan pembubaran.
(3) Honor Tim Penyelesaian ditetapkan oleh pihak yang melakukan pembubaran dalam jumlah yang
tetap dan atau berdasarkan prosentase dari setiap hasil pencairan harta kekayaan.

Pasal 55
Apabila setelah dilakukan pembayaran kewajiban dan biaya penyelesaian sebagaimana dimaksud dalam
pasal 52 dan pasal 53 masih terdapat sisa harta Unit Simpan Pinjam, maka sisa harta tersebut diserahkan
kepada KOPKAR.

BAB VII
Pinjaman Premi Asuransi
Pasal 56
(1) Untuk meningkatkan kesejahteraan anggota KOPKAR, Pengurus dapat bekerjasama dengan pihak
Asuransi.
(2) Peminjam Premi Asuransi bersifat suka rela.

Kewajiban Anggota Pinjaman Lain


Pasal 57
Setiap peminjam Premi Asuransi mempunyai kewajiban, yaitu:
(1) Membayar premi dan bunga bulanan.
(2) Mematuhi kesepakatan/kontrak dengan pihak Pemberi Pinjaman.

Hak Anggota Pinjaman Premi Asuransi


Pasal 58
Setiap Anggota mempunyai hak, yaitu:
(1) mendapatkan pelayanan dan manfaat dari usaha Pinjaman Premi Asuransi.
(2) mendapatkan tabungan akhir masa kontrak dari pihak Asuransi sesuai besar premi peserta utama.

Pasal 59
8
Premi
Premi Asuransi diperoleh dari pinjaman KOPKAR.

Pengelolaan Pinjaman Premi Asuransi


Pasal 60
(1) Pengelolaan Pinjaman Premi Asuransi ditangani oleh Seksi Kesejahteraan dalam kepengurusan
KOPKAR.
(2) Pengelola mendapat imbalan jasa dari Pengurus atas persetujuan Rapat Anggota.

Pasal 61
Setelah habis masa kontrak antara KOPKAR dengan Pihak Asuransi Pengurus KOPKAR dapat bekerja
sama dengan lembaga usaha lain untuk meningkatkan kesejahteraan Anggota.

BAB VIII
DANA PERLINDUNGAN PINJAMAN ANGGOTA (DAPERPAN)
Pasal 62
(1) Dana Perlindungan Pinjaman Anggota (DAPERPAN) adalah dana yang dihimpun dari Premi pinjaman
anggota untuk mengatasi resiko pinjaman yang terjadi ketika anggota mengalami musibah meninggal
dunia, cacat total, dan/atau cacat tetap.
(2) Dana Perlindungan Pinjaman Anggota (DAPERPAN), diperoleh dari anggota dalam bentuk premi atas
dasar jumlah pinjaman yang diberikan KOPKAR kepada anggota.

Pasal 63
(1) Premi adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh peserta Daperpan sebagai syarat
kepesertaannya sesuai ketentuan yang telah ditetapkan dalam Rapat Anggota.
(2) Cacat total adalah orang yang setelah menjadi peserta Daperpan, akibat kecelakaan (bukan karena
penyakit) kehilangan kedua belah tangan, atau menyebabkan kedua kakinya dan atau kedua matanya
yang menyebabkan orang tersebut tidak dapat bekerja lagi.
(3) Cacat tetap adalah orang yang setelah menjadi peserta Daperpan, akibat penyakit menyebabkan
tubuh lumpuh total atau kedua mata tidak dapat melihat yang menyebabkan peserta tidak dapat
bekerja lagi.
(4) Santunan adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh Daperpan atas nama peserta Daperpan
yang meninggal dunia, cacat total, dan atau cacat tetap sebesar saldo pinjaman dan bunga
pinjamannya kepada KOPKAR.
(5) Dana Cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan keuntungan, yang dimaksudkan
untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian Daperpan bila diperlukan.

Pasal 64
Peserta Dana Perlindungan Pinjaman Anggota (Daperpan) adalah semua anggota KOPKAR.

Pasal 65
Dana Penghargaan
(1) Dana penghargaan adalah sejumlah uang yang dibayarkan kepada peserta pada akhir masa kontrak
atau akhir masa cicilan pinjaman anggota.
(2) Dana Penghargaan yang diberikan berlaku ketentuan/rumusan:

Besar Premi x 15 %

(3) Dana Penghargaan diberikan pada akhir masa kontrak/akhir masa cicilan pinjaman anggota.

Insentif Pengelolaan
Pasal 66
Pengelola mendapat imbalan jasa dari Pengurus atas persetujuan Rapat Anggota.

Pasal 67
Pembagian Keuntungan atau Surplus
(1) Seluruh pendapatan usaha Daperpan setelah dikurangi biaya/ongkos operasional dan biaya bunga
pinjaman KOPKAR yang ditetapkan akan didistribusikan menjadi:
(a) Dana Cadangan,
(b) Dana Penghargaan.
(2) Dana Cadangan dan Dana Penghargaan disimpan di Bank.
(3) Dana Cadangan dapat disalurkan ke Unit Simpan Pinjam dengan bunga yang ditetapkan dalam Rapat
Anggota.
(4) Buku Bank disimpan oleh ketua Daperpan dan diperiksa oleh Badan Pengawas pada waktu
pemeriksaan.

9
Pasal 68
Hak dan Kewajiban
(1) Hak peserta adalah:
(a) Mendapat santunan dari Daperpan untuk diteruskan ke KOPKAR sebagai kewajibannya kepada
KOPKAR.
(b) Mendapat uang penghargaan.
(c) Mendapat pelayanan dari pengelola Daperpan.
(d) Mendapatkan penjelasan dari Daperpan.
(2) Kewajiban peserta adalah:
(a) Membayar premi setiap pinjaman baru.
(b) Menaati peraturan yang berlaku.

Modal
Pasal 69
(1) Modal Dana Perlindungan Pinjaman Anggota (Daperpan) adalah:
(a) Modal sendiri yang berasal dari premi peserta.
(b) Bunga Bank.
(c) Modal pinjaman.
(d) Usaha-usaha Daperpan.
(2) Modal pinjaman yang dimaksud pada ayat (1) butir (c) adalah Pinjaman dari KOPKAR yang menjadi
modal/dana talangan.
(3) Prosedur peminjaman dan bunga pinjaman modal Daperpan yang dimaksud pada ayat (1) butir (c),
sesuai ketentuan Pola Kebijakan KOPKAR.
(4) Mekanisme pembayaran modal pinjaman dari KOPKAR, yaitu Jika modal sendiri (Daperpan) tidak
mencukupi untuk membayar santunan, maka sebesar sisa santunan yang tidak dapat dibayar kepada
peserta yang menjadi pinjaman dari KOPKAR.

Audit
Pasal 70
(1) Sebagai penyelenggara, KOPKAR berwenang untuk melakukan audit terhadap suatu kasus dalam
pelayanan Daperpan.
(2) Atas permintaan KOPKAR, Badan Pengawas Kopdit melakukan pemeriksaan, penelitian, atau audit
terhadap kebenaran data maupun kasus yang diajukan.
(3) Hasil pemeriksaan, penelitian, atau audit Badan Pengawas dikirim ke KOPKAR untuk digunakan
sebagai bahan penetapan pengajuan santunan.

Pengelolaan Daperpan
Pasal 71
(1) Pengelolaan Daperpan ditangani oleh Seksi Kesejahteraan dalam kepengurusan KOPKAR yang
disebut Pengelola Daperpan.
(2) Pengelola Daperpan wajib membuat laporan keuangan tertulis kepada Pengurus KOPKAR secara
berkala.

Laporan Keuangan
Pasal 72
(1) Hasil audit Badan Pengawas akan dimasukkan oleh Pengawas dalam neraca KOPKAR.
(2) Hasil laporan disampaikan pada akhir catur wulan atau akhir tahun buku.

Keadaan Memaksa (Force Majeure)


Pasal 73
(1) Keadaan memaksa adalah keadaan yang:
(a) Menimpa Daperpan di luar kekuasaannya dan memaksa dalam hubungan dengan kewajibannya
yang sama sekali tidak mungkin dilaksanakan oleh Daperpan.
(b) Kalaupun dapat dilaksanakan membutuhkan pengorbanan Daperpan yang sangat besar.
(c) Menimpa peserta Daperpan dalam jumlah banyak yang masih menjalani masa cicilan pinjaman
sehingga jumlah semua cicilan pinjaman melampaui rasio modal Daperpan.
(2) Jika keadaan memaksa tidak dapat dihindari, maka:
(a) Kewajiban Daperpan membayar sebatas kemampuan keuangannya.
(b) Kewajiban peserta membayar sisa dari yang tidak dapat dibayar oleh Daperpan.
(3) Penilaian keadaan memaksa dan rasio modal Daperpan:
(a) Dilakukan oleh KOPKAR dengan menugaskan Badan Pengawas.
(b) Badan Pengawas membuat laporan yang memuat:
1) Klarifikasi laporan Pengelola Daperpan perihal keadaan memaksa.
2) Pembuktian laporan keuangan Daperpan.
3) Saran-saran penyelesaian ditujukan kepada Pengelola Daperpan, Pengurus KOPKAR, dan
kepada ahli waris.
10
Sanksi
Pasal 74
(1) Peserta/ahli waris Daperpan yang terlambat mengirimkan pengajuan santunan lebih dari 3 (tiga)
bulan sejak kejadian, maka pengajuan tidak dapat diterima.
(2) Peserta yang telah mengundurkan diri dari keanggotaan KOPKAR secara otomatis mengundurkan diri
dari kepesertaan Daperpan.
(3) Dalam hal Pengelola tidak dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dapat dikenakan sanksi
sebagaimana yang dimaksud pasal 68 Anggaran Dasar KOPKAR.
(4) Apabila usaha Daperpan mengalami kerugian material yang disebabkan oleh kelalaian Pengelola,
kerugian tersebut wajib dipikul oleh Pengelola Daperpan yang pengaturannya lebih lanjut dituangkan
dalam surat perjanjian kerja.
(5) Pembuktian ayat (4) Pasal ini berdasarkan keputusan Rapat Gabungan Pengurus, Pengelola, dan
Pengawas.

Pasal 75
Pembubaran
(1) Daperpan hanya dapat dibubarkan apabila berada dalam keadaan tidak memungkinkan kelangsungan
hidupnya.
(2) Pembubaran Daperpan hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan Rapat Anggota yang sah,
untuk itu Rapat Anggota membentuk Panitia Penyelesai yang diberi kuasa untuk menyelesaikannya.
(3) Hasil keputusan Rapat Anggota harus disertai dengan berita acara yang berisi, antara lain:
(a) Tanggal dan tempat diadakan Rapat Anggota Khusus tersebut.
(b) Jumlah anggota seluruhnya dan seluruh anggota yang hadir.
(c) Acara Rapat.
(d) Alasan pembubaran Daperpan.
(e) Jumlah suara yang setuju dan yang tidak setuju terhadap pembubaran ini.
(f) Daftar Kuasa Rapat Anggota.
(g) Daftar nama Panitia Penyelesai yang dibentuk oleh Rapat Anggota dalam rapat pembubaran.
(h) Batas waktu penyelesaian pembubaran Daperpan.
(4) Keputusan Pembubaran diberitahukan secara tertulis oleh kuasa Rapat Anggota kepada semua
anggota.
Pasal 76
(1) Panitia Penyelesai bertanggungjawab kepada Kuasa Rapat Anggota.
(2) Panitia Penyelesai mempunyai hak, wewenang, dan kewajiban sebagai berikut:
(a) Melakukan segala perbuatan hukum untuk dan atas nama Daperpan dalam penyelesaian.
(b) Mengumpulkan segala keterangan yang diperlukan.
(c) Memanggil Pengelola dan mantanpengelola tertentu yang diperlukan, baik sendiri-sendiri
maupun bersama-sama.
(d) Memperoleh, memeriksa, dan menggunakan segala catatan dan arsip Daperpan.
(e) Menetapkan dan melaksanakan segala kewajiban pembayaran yang didahulukan dari
pembayaran hutang lainnya.
(f) Menggunakan sisa kekayaan Daperpan untuk menyelesaikan sisa kewajiban Daperpan.
(g) Membagikan sisa hasil penyelesaian kepada anggota.
(h) Membuat Berita Acara Penyelesaian.
(3) Pembayaran biaya penyelesaian didahulukan dari pada pembayaran hutang lainnya.

Pasal 77
Tanggungan Anggota
(1) Kerugian yang diderita oleh Daperpan pada akhir satu tahun buku, ditanggungkan kepada Pengurus,
Pengelola, dan/atau kepada seluruh anggota Daperpan.
(2) Kerugian karena kelalaian atau kesalahan Pengurus dan Pengelola baik dilakukan sendiri-sendiri
maupun bersama-sama, kewajiban penyelesaianya ditanggungkan kepada yang bersangkutan atau
secara bersama-sama.
(3) Kerugian yang ditimbulkan di luar kemampuan Pengurus dan Pengelola, maka kewajiban
penyelesaiannya ditanggung oleh seluruh anggota Daperpan.

BAB IX
SISA HASIL USAHA (SHU)
Pasal 78
Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) KOPKAR, sebagai berikut:
(a) 3,5% untuk dana pendidikan,
(b) 0,5% untuk dana sosial,
(c) 1% untuk dana cadangan,
(d) 10% untuk dana kepengurusan,
(e) 5 % untuk dana RAT,
11
(f) 80 % untuk anggota.
Selanjutnya diatur dalam Pola Kebijakan.

BAB XIV
SANKSI
Pasal 79
Sanksi yang dimaksud dalam pasal 67 Anggaran Dasar adalah sanksi administratif yang ditetapkan dalam
Pola Kebijakan melalui Rapat Anggota Tahunan dan/atau Rapat Anggota.

BAB XV
PENUTUP
Pasal 80
Hal-hal yang belum dimuat dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur lebih lanjut dalam peraturan
lain.

Anggaran Rumah Tangga ini diberlakukan mulai tanggal ...


Disahkan oleh Rapat Anggota pada:
Hari/Tanggal : ...
Pukul : ... WITA
Alamat : ...

KOPERASI KARYAWAN YAYASAN PAULUS MAKASSAR


KEUSKUPAN AGUNG MAKASSAR
KETUA,

JURU ANTONIUS

12

Anda mungkin juga menyukai