SISTEM PERNAPASAN
Saluran pernapasan atas terdiri atas hidung, nasofaring, orofaring, laringofaring, dan laring (Gbr.
1-2). Saluran pernapasan bawah, atau biasa disebut divisi, terdiri atas trakhea, semua segmen
dari percabanganbronkus, danparu-paru. Berdasarkan fungsi, sistem pernapasan juga mencakup
beberapa struktur aksesori, termasuk rongga mulut, sangkar iga, dan diafragma.
Anatomi Sistem Pernapasan
Anatomi komponen sistem pernapasan memungkinkan terjadinya pendistribusian udara dan
pertukaran gas pernapasan. Fungsi ganda ini pada akhirnya memungkinkan terjadinya pertukaran
gas antara udara di lingkungan dan darah dalam paru-paru, dan pertukaran gas antara darah dan
sel-sel tubuh. Untuk memahami homeostasis dalam semua sistem organ tubuh diperlukan
pemahaman tentang hubungan antara struktur sistem pernapasan dan fungsinya.
Fungsi pernapasan tidak hanya bergantung pada organisasi struktural dari bagian-bagian sistem
tetapi juga pada inter-relasi dari komponennya dengan sistem tubuh yang lain, termasuk sistem
persarafan, sirkulasi, muskular, dan imun.
Epiglotis atau kartilago epiglotik adalah kartilago yang paling atas, bentuknya seperti lidah dan
keseluruhannya dilapisi oleh membran mukosa. Selama menelan, laring bergerak ke atas dan
epiglotig tertekan ke bawah menutup glotis. Gerakan ini mencegah masuknya makan atau cairan
ke dalam laring.
Pita suara terletak di kedua sisi glotis. Selama bernapas, pita suara tertahan di kedua sisi glotis
sehingga udara dapat masuk dan keluar dengan bebas dari trakhea. Selama berbicara otot-otot
instrinsik laring menarik pita suara menutupi glotis, dan udara yang dihembuskan akan
menggetarkan pita suara untuk menghasilkan bunyi yang selanjutnya diubah menjadi kata-kata
(Gbr. 1-4). Saraf kranial motorikyangmempersarafi faring untuk berbicara adalah nervus vagus
dan nervus aksesorius.
TRAKHEA
Pipa udara atau trakhea adalah saluran udara tubular yang mempunyai panjang sekitar 10 sampai
13 cm dengan lebar sekitar 2,5 cm. Trakhea terletak di depan esofagus dan saat palpasi teraba
sebagai struktur yang keras, kaku tepat di permukaan anterior leher. Trakhea memanjang dari
laring ke arah bawah ke dalam rongga toraks tempatnya terbagi menjadi bronkhi kanan dan kiri.
Dinding trakhea disangga oleh cincin-cincin kartilago, otot polos, dan serat elastik. Cincin
kartilago ini berujung terbuka yang menghadap belakang seperti huruf C yang banyaknya sekitar
16 sampai 20 buah. Ujung terbuka dari cincin ini dihubungkan oleh otot polos dan jaringan ikat,
memungkinkan pelebaran esofagus ketika makanan ditelan. Cincin kartilago memberikan bentuk
kaku pada trakhea, mencegahnya agar tidak kolaps dan menutup jalan udara.
Bagian dalam trakhea dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Lapisan mukosa ini banyak
mengandung sel yang menyekresi lendir disebut PSCC, pseudostratified ciliated columnar.
Seperti halnya pada laring, silia pada trakhea juga menyapu ke arah atas raengarah ke faring.
Ketika mencapai faring, mukus biasanya tertelan atau dikeluarkan sebagai sputum.
BRONKHIAL DAN ALVEOLI
Ujung distal trakhea membagi menjadi bronkhi primer kanan dan kiri yang terletak di dalam
rongga dada. Di dalam paru-paru, masing-masing bronkhus primer sedikit memanjang dari
trakhea ke arah paru-paru membentuk cabang menjadi bronkhus sekunder, meski perpanjangan
ini tidak simetris: cabang bronkhus kiri mempunyai sudut yang lebih tajam dibanding dengan
cabang bronkhus kanan (Gbr. 1-5).
Sebagai akibat dari perbedaan anatomi ini adalah bila benda asing secara tidak sengaja terhirup
biasanya akan tersangkut pada bronkhus kanan. (Bayangkan trakhea sebagai sebatang pohon
yang terbalik dengan cabang-cabangnya yang menjalar yang makin lama makin kecil;
percabangan yang paling kecil ini disebut bronkhiolus.) Pada dinding bronkhiolus tidak terdapat
kartilago; keadaan ini menjadi penting secara klinis dalam asma. Brokhiolus yang paling kecil
berakhir dalam kumpulan alveoli-kantung udara di dalam paru-paru. Fungsi percabangan
bronkhial untuk memberikan saluran bagi udara antara trakhea dan alveoli. Sangat penting
artinya untuk menjaga agar jalan udara ini tetap terbuka dan bersih.
Unit fungsi paru atau alveoli berjumlah sekitar 300 sampai 500 juta di dalam paru-paru pada
rata-rata orang dewasa. Fungsinya adalah sebagai satu-satunya tempat pertukaran gas antara
lingkungan eksternal dan aliran darah. Jumlah alveoli yang sangat banyak memberikan area
permukaan yang sangat luas sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran gas ini; setiap paru
mempunyai area permukaan internal sekitar 80 kali lebih besar dari luas permukaan tubuh
eksternal atau sekitar 70 m2 (Thibodeau & Patton, 1996).
Struktur alveoli sangat efisien untuk mendukung terjadinya difusi gas. Setiap alveolus terdiri atas
ruang udara mikroskopik yang dikelilingi oleh dinding yang tipis, yang memisahkan satu
alveolus dengan alveolus lainnya, dan dari kapiler didekatnya. Dinding ini terdiri atas satu lapis
epitel skuamosa. Di antara sel epitel terdapat sel-sel khusus yang menyekresi lapisan molekul
lipid seperti deterjen yang disebut surfaktan. Surfaktan normalnya melapisi permukaan dalam
dinding alveolar, bersamaan dengan selapis tipis cairan encer. Cairan ini dibutuhkan untuk
menjaga agar permukaan alveolar tetap lembab, yang penting untuk terjadinya difusi gas melalui
dinding alveolar. Air dalam cairan ini mengeluarkan tenaga atraktif yang kuat disebut tekanan
permukaan, yang menyebabkan dinding alveolar tertarik dan kolaps ketika udara meninggalkan
bilik alveolar selama ekspirasi. Surfaktan melawan tekanan ini, dengan memungkinkan alveoli
mengembang kembali dengan cepat setelah ekspirasi.
Tanpa surfaktan, tekanan permukaan akan menjadi demikian besar sehingga membutuhkan
upaya muskular yang sangat besar untuk mengembangkan kembali alveoli. Contoh dalam kasus
ini adalah bayi prematur yang lahir sebelum mencapai kehamilan bulan ketujuh dimana paru-
paru bayi tersebut belum cukup matur sehingga bayi yang dilahirkan ini mengalami kesulitan
bernapas (tidak dapat bernapas spontan).
PARU-PARU
Paru-paru terletak di kedua sisi jantung di dalam rongga dada dan dikelilingi serta dilindungi
oleh sangkar iga. Bagian dasar setiap paru terletak di atas diafragma; bagian apeks paru (ujung
superior) terletak setinggi klavikula. Pada permukaan tengah dari setiap paru terdapat identasi
yang disebut hilus, tempat bronkhus primer dan masuknya arteri serta vena pulmonari ke dalam
paru. Bagian kanan dan kiri paru terdiri atas percabangan saluran yang membentuk pohon
bronkhial, jutaan alveoli dan jaring-jaring kapilernya, dan jaringan ikat. Sebagai organ, fungsi
paru-paru adalah tempat terjadinya pertukaran gas antara udara atmosfir dan udara dalam aliran
darah.
Setiap paru dibagi menjadi kompartemen yang lebih kecil. Pembagian pertama disebut lobus.
Paru kanan terdiri atas tiga lobus dan lebih besar dari kiri yang hanya terdiri atas dua lobus (Gbr.
1-6). Lapisan yang membatasi antara lobus disebut fisura. Setiap lobus dipasok oleh cabang
utama percabangan bronkhial dan diselaputi oleh jaringan ikat.
Lobus kemudian membagi lagi menjadi kompartemen yang lebih kecil dan dikenal sebagai
segmen. Setiap segmen terdiri atas banyak lobulus, yang masing-masing mempunyai bronkhiole,
arteriole, venula, dan pembuluh limfatik.
Dua lapis membran serosa mengelilingi setiap paru dan disebut sebagai pleurae. Lapisan terluar
disebut pleura parietal yang melapisi dinding dada dan mediastinum. Lapisan dalamnya disebut
pleura viseral yang mengelilingi paru dan dengan kuat melekat pada permukaan luarnya. Rongga
pleural ini mengandung cairan yang dihasilkan oleh sel-sel serosa di dalam pleura. Cairan pleural
melicinkan permukaan kedua membran pleura untuk mengurangi gesekan ketika paru-paru
mengembang dan berkontraksi selama bernapas. Jika cairan yang dihasilkan berkurang atau
membran pleura membengkak, akan terjadi suatu kondisi yang disebut pleurisi dan terasa sangat
nyeri karena membran pleural saling bergesekan satu sama lain ketika bernapas.
TORAKS
Rongga toraks terdiri atas rongga pleura kanan dan kiri dan bagian tengah yang disebut
mediastinum. Jaringan fibrosa membentuk dinding sekeliling mediastinum, yang secara
sempurna memisahkannya dari rongga pleura kanan, dimana terletak paru kanan, dan dari rongga
pleura kiri, yang merupakan tempat dari paru kiri. Satu-satunya organ dalam rongga toraks yang
tidak terletak di dalam mediastinum adalah paru-paru.
Toraks mempunyai peranan penting dalam pernapasan. Karena bentuk clips dari tulang rusuk
dan sudut perlekatannya ke tulang belakang, toraks menjadi lebih besar ketika dada dibusungkan
dan menjadi lebih kecil ketika dikempiskan. Bahkan perubahan yang lebih besar lagi terjadi
ketika diafragma berkontraksi dan relaksasi. Saat diafragma berkontraksi, diafragma akan
mendatar keluar dan dengan demikian menarik dasar rongga toraks ke arah bawah sehingga
memperbesar volume toraks. Ketika diafragma rileks, diafragma kembali ke bentuk awalnya
yang seperti kubah sehingga memperkecil volume rongga toraks. Perubahan dalam ukuran toraks
inilah yang memungkinkan terjadinya proses inspirasi dan ekspirasi.
Fisiologi Pernapasan
Fisiologi pernapasan adalah serangkaian proses interaksi dan koordinasi yang kompleks yang
mempunyai peranan sangat penting dalam mempertahankan kestabilan, atau homeostasis
lingkungan internal tubuh kita. Sistem pernapasan yang berfungsi dengan baik dapat menjamin
jaringan memperoleh pasokan oksigen yang adekuat dan pembuangan karbon dioksida yang
cepat. Proses ini sangat rumit, sehingga mekanisme kontrol harus dapat memastikan
terpeliharanya homeostasis sepanjang kondisi lingkungan dan kebutuhan tubuh yang terus
berubah. Pengaturan pertukaran gas antara sel-sel tubuh dan darah yang bersirkulasi adalah “inti”
dari fisiologi pernapasan. Fungsi yang kompleks ini tidak mungkin berjalan lancar tanpa adanya
integrasi antara berbagai sistem kontrol fisiologi yang mencakup keseimbangan asam-basa, air
dan elektrolit, sirkulasi, dan metabolisme.
Secara fungsional, sistem pernapasan terdiri atas serangkaian proses “teratur” yang terintegrasi
yang mencakup ventilasi pulmonal (bernapas), pertukaran gas dalam paru-paru dan jaringan,
transpor gas oleh darah, dan regulasi pernapasan secara keseluruhan.
Ventilasi Pulmonal
Ventilasi pulmonal adalah istilah teknis dari bemapas. Salah satu fase dari ventilasi pulmonal
sadalah inspirasi yaitu gerakan perpindahan udara masuk ke dalam paru-paru dan fase lainnya
adalah ekspirasi yaitu gerakan perpindahan udara meninggalkan paru-paru.
1. Volume Tidal-jumlah udara yang terlibat dalam satu kali inhalasi dan ekshalasi normal. Rata-
rata volume tidal adalah 500 ml, tetapi banyak orang sering mempunyai volume tidal yang lebih
rendah karena napas cepat.
2. Minute Respiratory Volume (MRV)-jumlah udara yang dihirup dan diembuskan dalam 1
menit. MRV dihitung dengan mengalikan volume tidal dengan jumlah pernapasan per menit
(rata-rata 12 sampai 20 kali per menit). Misalnya jika pernapasan per menit adalah 12 kali dan
volume tidal 500 ml maka MRV adalah 6000 ml atau 6 liter udara per menit yang merupakan
MRV rata-rata.
3. Inspirator? Reserve-cadangan inspirasi adalah jumlah udara di luar volume tidal yang dapat
diambil dengan inhalasi sedalam mungkin, normalnya berkisar 2000 sampai 3000 ml.
4. Expiratory Reserve-cadangan ekspirasi yaitu jumlah udara di luar volume tidal yang dapat
dikeluarkan dengan ekshalasi yang paling kuat, normalnya berkisar dari 1000 sampai 1500 ml.
5. Vital Capasity-jumlah dari volume tidal, cadangan inspirasi, dan cadangan ekspirasi. Dengan
kata lain kapasitas vital adalah jumlah udara yang terlibat dalam inhalasi paling dalam diikuti
dengan ekshalasi yang paling kuat. Rata-rata kapasitas vital berkisar 3500 sampai 5000 ml.
6. Residual Volume-jumlah udara yang tetap berada di dalam paru-paru setelah ekshalasi yang
paling kuat; rata-rata berkisar 1000 sampai 1500 ml. Udara residu sangat penting untuk
memastikan bahwa selalu terdapat udara di dalam paru-paru sehingga pertukaran gas-gas tetap
dapat terjadi, bahkan di antara saat bernapas.
Kapasitas inspirasi dan kapasitas residu fungsional mempunyai makna penting dalam
mendiagnosa kelainan paru-paru. Kapasitas pernapasan (1C) adalah jumlah udara maksimal yang
masih dapat dihirup oleh klien setelah ekspirasi normal : IC = TV + IRV. Kapasitas residu
fungsional adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru-paru pada akhir ekspirasi normal: FRC =
ERV + RV. Jumlah volume udara total yang dapat ditahan oleh paru-paru disebut kapasitas paru
total (TLC, yaitu merupakan jumlah dari keempat volume paru: TLC = TV + IRV + ERV + RV
(Tabel 1-1).
Table 1.1. Volume dan Kapasitas Pulmonal (Thibodeau & Patton, 1996)
Pertukaran Gas
Pulmonal
Pertukaran gas mencakup dua proses yang independen, pernapasan eksternal pertukaran gas
antara alveoli dengan aliran darah dan pernapasan internal pertukaran gas antara kapiler dalam
tubuh (selain dalam paru-paru) dengan sel-sel tubuh (Gbr. 1-11). Kedua proses tersebut
mencakup perpindahan gas melalui difusi perpindahan gas dari tempat yang berkonsentrasi
tinggi ke tempat berkonsentrasi lebih rendah. Kecepatan perpindahan gas ini bergantung pada
konsentrasi (kepekatan) atau pada tekanan yang dikeluarkan oleh gas (tekanan parsial). Secara
umum udara yang kita hirup (dari atmosfir bumi) sebenarnya merupakan campuran yang
mengandung kira-kira 21% oksigen, 0,04% karbon dioksida, dan 78% nitrogen. (Scanlon, 1995).
Tekanan parsial (yang
juga dikenal dengan hukum Dalton) adalah tekanan yang dikeluarkan oleh salah satu dari
sembarang gas dalam suatu campuran gas-gas yang secara langsung berhubungan dengan
konsentrasi gas tersebut dalam campuran dan dengan tekanan total campuran gas. Tekanan
parsial, kadang cukup disebut tension mempunyai simbol P dan satuan mm Hg. Tekanan parsial
suatu gas dapat dihitung dengan mengalikan persentase gas dimaksud dengan tekanan total
atmosfir dalam kondisi standar (760 mm Hg). Perhatikan contoh berikut konsentrasi gas oksigen
dalam atmosfir adalah 21 %, maka tekanan parsial oksigen [PO2] adalah 21 % x 760 mm Hg =
159,6 mm Hg. Jadi dengan demikian tekanan parsial oksigen 21 % adalah 159,6 mm Hg.
Udara di dalam alveoli mempunyai kandungan PO2 tinggi dan PCO2 rendah. Darah di dalam
kapiler pulmonal, yang berasal langsung dari tubuh, mempunyai kandungan PO2 rendah dan
PCO2 tinggi. Itulah sebabnya, dalam pernapasan eksternal oksigen akan berdifusi dari udara di
dalam alveoli ke dalam darah, dan karbon dioksida berdifusi dari darah ke dalam udara di dalam
alveoli. Darah yang kembali dari jantung sekarang mempunyai kandungan PO2 yang tinggi dan
PCO2 yang rendah dan dipompakan oleh ventrikel kiri ke dalam sirkulasi sistemik.
Darah arteri yang mencapai kapiler sistemik mempunyai kandungan PO2 yang tinggi dan PCO2
yang rendah. Sel tubuh dan cairan jaringan mempunyai PO2 rendah dan PC02 tinggi karena sel-
sel secara kontinu menggunakan oksigen dalam pernapasan sel (pembentukan energi) dan
menghasilkan karbon dioksida. Itulah sebabnya, dalam pernapasan internal, oksigen berdifusi
dari darah ke cairan jaringan (sel-sel), dan karbon dioksida berdifusi dari cairan jaringan ke
dalam darah. Darah yang memasuki vena sistemik untuk kembali ke jantung sekarang
mempunyai kandungan PO2 rendah dan PCO2 tinggi dan dipompakan oleh ventrikel kanan ke
dalam paru-paru untuk turut serta dalam pernapasan eksternal. Kelainan pertukaran gas yang
sering melibatkan paru-paru, yaitu dalam pernapasan eksternal seperti pada edema pulmonal dan
pneumonia.
Besarnya oksigen yang berdifusi ke dalam darah setiap menit bergantung pada faktor: (1)
gradien tekanan oksigen antara udara alveolar dan darah pulmonal yang masuk (PO2 alveolar-
PO2 darah), (2) area permukaan fungsional total membran pernapasan, (3) volume pernapasan
satu menit, dan (4) ventilasi alveolar. Keempat faktor tersebut mempunyai hubungan langsung
dengan difusi oksigen. Apa saja yang menurunkan PO2 alveoli cederung akan menurunkan
gradien tekanan oksigen darah alveolar dan karenanya cenderung menurunkan jumlah oksigen
yang memasuki darah.
Gbr. 1-12. Pembentukan bikarbonat. Karbon dioksida bereaksi dengan air membentuk asam
karbonat, yang reaksinya dikatalis oleh enzim SDM karbonat anhidrase. Asam karbonat
kemudian berdisosiasi membentuk ion bikarbonat dan hidrogen. Panah ganda menunjukkan
bahwa setiap reaksi bersifat reversibel, kecepatan aktual pada setiap arah diatur oleh konsentrasi
relatif setiap molekul. (Sumber: Wingerd, 1994, him. 459)
Dari Gambar 1-12 dapat dilihat bahwa makin banyak CO2 yang ditambahkan ke dalam plasma,
makin banyak CO2 yang akan diubah menjadi asam karbonat. Sebagai akibat konsentrasi asam
karbonat meningkat, yang membuat sistem bergerak ke arah bikarbonat, sehingga meningkatkan
kecepatan pembentukan bikarbonat. Hasil akhirnya adalah molekul-molekul CO2 yang berdiftisi
ke dalam plasma akan terus menerus dibuang dari larutan dan diubah menjadi bikarbonat. Hal ini
memungkinkan tempat yang lebih banyak untuk CO2 terlarut dalam plasma, dengan demikian
meningkatkan kapasitas pengangkutan CO2 darah.
Ketika ion-ion bikarbonat dibentuk, ion-ion tersebut berdifusi searah dengan gradien
konsentrasinya ke dalam plasma. Keluarnya ion-ion negatif ini (HCO3~) dari sel-sel darah merah
diimbangi oleh masuknya ion negatif lain yaitu ion klorida (Cl~). Transpor ion negatif yang
saling berlawanan ini disebut sebagai perpindahan klorida. Sesuai dengan hukum kecepatan
kimia di atas, ketika CO2 dikeluarkan dari plasma maka keseluruhan sistem berpindah ke arah
yang berlawanan. Dengan demikian, reaksi yang mengubah asam karbonat untuk membebaskan
CO2 menjadi dominan. Penurunan konsentrasi asam karbonat kemudian mendorong perpindahan
ke arah pengubahan bikarbonat menjadi asam karbonat.
Pengaturan Pernapasan
Pusat Kontrol Pernapasan
Berbagai mekanisme beroperasi untuk mempertahankan kekonstanan relatif PO2 dan PCO
Homeostasis gas-gas darah ini dipertahankan oleh perubahan ventilasi yaitu frekuensi dan
kedalaman pernapasan. Pusat pernapasan dalam batang otak mengontrol saraf yang
mempersarafi otot-otot inspirasi dan ekspirasi (Gbr. 1-13).
Gbr 1-14. Skema pengaturan pernapasan. (Sumber: Thibodeau & Patton, 1996).
Menurut Anda, dari kedua gas tersebut (O2 dan C02), mana yang paling penting sebagai
pengatur pernapasan? Secara spontan anda pasti akan menjawab O2, karena O2 penting untuk
pembentukkan energi dalam pernapasan sel. Tahukan anda bahwa sistem pernapasan dapat
mempertahankan kadar O2 darah meski frekuensi pernapasan turun sampai setengah dari normal
atau terhenti beberapa saat. Ingat bahwa udara yang diekshalasi mengandung 16% O2. Oksigen
ini tidak masuk ke dalam darah tetapi tersedia kapan saja oksigen ini dibutuhkan. Ingat juga
bahwa udara residu dalam paru-paru mensuplai O2 ke dalam darah meski ketika frekuensi
pernapasan melambat. Dengan demikian, peranan O2 dalam pengaturan pernapasan tidak terlalu
penting.
Sebaliknya C02 merupakan pengatur penting dalam pernapasan, alasannya bahwa CO2
mempengaruhi pH darah (jika kadar CO2 darah berlebih, akan menurunkan pH darah yang akan
membahayakan tubuh). Itulah sebabnya setiap terjadi peningkatan kadar CO2 dalam darah,
tubuh akan segera mengompensasi dengan meningkatkan pernapasan untuk mengeluarkan CO2
yang berlebih.
Namun demikian ada keadaan dimana O2 menjadi pengatur penting dalam pernapasan, misalnya
pada penderita penyakit paru kronis seperti emfisema yang mengalami penurunan pertukaran
baik O2 maupun CO2 dalam paru-parunya. Penurunan pH yang disebabkan oleh penumpukan
C02 akan dikoreksi oleh ginjal, tetapi kadar O2 darah akan tetap menurun dan pada akhirnya
kadar O2 akan turun terlalu jauh sehingga menyebabkan stimulus yang terlalu kuat untuk
meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernapasan.
Gbr. 1-15. Kontrol umpan-balik negatif pernapasan. (Sumber: Thibodeau & Patton, 1996)
Pernapasan dan Keseimbangan Asam-Basa
Pernapasan mempengaruhi pH cairan tubuh karena pernapasan mengatur CO2 dalam cairan
tubuh. Ingatlah bahwa C02 bereaksi dengan air membentuk asam karbonat (H2CO3), yang akan
terionisasi menjadi ion H+ dan ion HCO3~. Makin banyak ion hidrogen terdapat dalam cairan
tubuh, akan makin rendah pH, dan makin sedikit ion hidrogen akan makin tinggi pH. Sistem
pernapasan dapat menjadi sebab ketidakseimbangan pH sebaliknya dapat pula memperbaiki
ketidakseimbangan pH yang diakibatkan oleh penyebab lain.
Kompensasi Pernapasan
Jika ketidakseimbangan pH disebabkan oleh suatu sebab selain perubahan dalam pernapasan, ini
disebut asidosis atau alkalosis metabolik. Pada kedua keadaan tersebut, perubahan pH akan
merangsang perubahan pernapasan yang dapat membantu memulihkan pH cairan tubuh kembali
normal.
Asidosis metabolik dapat disebabkan oleh diabetes yang tidak diobati (ketoasidosis) penyakit
ginjal, atau diare hebat. Dalam situasi tersebut, konsentrasi ion H+ cairan tubuh meningkat.
Kompensasi pernapasan yang terjadi adalah dengan meningkatkan frekuensi dan kedalaman
pernapasan yang ditujukan untuk menghembuskan lebih banyak CO2 sehingga menurunkan
pembentukan ion H¬¬¬¬+, yang selanjutnya akan meningkatkan
pH ke batas normalnya.
Alkalosis metabolik bukan kejadian yang umum, namun dapat disebabkan oleh penggunaan
obat-obatan alkalin yang berlebihan seperti yang digunakan untuk menghilangkan gangguan
lambung. Dalam kondisi ini konsentrasi ion H¬¬¬¬+ cairan tubuh menurun. Kompensasi
pernapasan yang terjadi adalah penurunan pernapasan untuk menahan CO2 dalam tubuh
sehingga meningkatkan pembentukan ion H¬¬¬¬+ yang selanjutnya akan menurunkan pH ke
batas normalnya.
Kompensasi pernapasan untuk ketidakseimbangan pH metabolik tidak dapat dilakukan dengan
sempurna, karena keterbatasan jumlah C02 yang mungkin dihembuskan atau ditahan. Secara
keseluruhan kompensasi pernapasan hanya efektif 75 % saja.
Rangkuman Bab
Proses pernapasan lebih dari sekadar aksi mekanik sederhana dari bernapas. Inhalasi memberi
tubuh oksigen yang diperlukan untuk pembentukan ATP dalam proses pernapasan sel. Ekshalasi
membuang CO2 yang merupakan hasil pernapasan sel. Bernapas juga mengatur kadar CO2 di
dalam tubuh, dan hal ini mempunyai kontribusi untuk mempertahankan keseimbangan asam basa
dari cairan tubuh. Meskipun gas-gas pernapasan tidak membentuk komponen struktural tubuh,
perannya dalam pengaturan kadar kimia penting untuk fungsi tubuh pada setiap tingkatan.
Sistem pernapasan terdiri atas sejumlah jalan udara dan paru-paru, yaitu organ pernapasan
fungsional. Saluran pernapasan atas terdiri atas hidung, faring, dan laring. Saluran pernapasan
bawah terdiri atas trakhea, bronkhial dan alveoli, dan paru-paru.
Sistem pernapasan membantu mempertahankan homeostasis dengan menjaga agar kadar
oksigen dan karbon dioksida dalam darah relatif konstan, meskipun terjadi perubahan kondisi
dalam tubuh. Perpindahan oksigen dan karbon dioksida antara lingkungan eksternal dengan sel-
sel disebut pernapasan. Proses ini mencakup tiga peristiwa: ventilasi pulmonal, pernapasan
eksternal, dan pernapasan internal.
Ventilasi didefinisikan sebagai perpindahan udara ke dalam dan ke luar paru-paru. Ventilasi ini
mencakup inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah perpindahan ke dalam paru-paru akibat
kontraksi otot-otot pernapasan dan perubahan dalam tekanan toraks. Ekspirasi adalah
perpindahan udara ke luar paru-paru dan merupakan akibat relaksasi otot-otot pernapasan serta
perubahan dalam tekanan toraks.Volume dan kapasitas pulmonal merupakan ukuran klinis
penting dalam mengevaluasi abnormalitas pernapasan.
Pernapasan eksternal adalah pertukaran gas antara udara dalam alveoli dan darah dalam kapiler
pulmonal. Oksigen berdifusi dari alveoli ke kapiler pulmonal dan karbon dioksida berdifusi dari
darah dalam kapiler pulmonal ke dalam alveoli. Pernapasan internal adalah pertukaran gas antara
darah kapilari sistemik dengan sel-sel jaringan. Oksigen berdifusi dari kapiler sistemik ke dalam
sel-sel jaringan dan karbon dioksida berdifusi dari sel-sel jaringan ke dalam kapiler sistemik.
Pernapasan dikontrol oleh faktor instrinsik dan ekstrinsik. Kontrol setempat dari pertukaran gas
yang adekuat mencakup efek dari kadar karbon dioksida terhadap bronkhiolus dan kadar oksigen
terhadap arteriole pulmonal. Pusat pernapasan otak terletak di medulla dan pons. Area yang
sensitif terhadap zat kimia dari medulla sangat sensitif terhadap kadar PCO2 plasma. Mekanisme
pengaktifannya melalui ion-ion H