Biologi molekuler dan Imunologi merupakan suatu bidang ilmu kedokteran yang berkembang dengan
pesat
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Perkembangan ini
menyebabkan
perubahan yang mendasar didalam penelusuran dan penjabaran ilmu kedokteran, dimana yang
terpenting
untuk Indonesia sebagai daerah tropis yaitu perubahan dalam aplikasi biologi molekuler dan imunologi
ini
dibidang penyakit infeksi.
Saat ini penyakit infeksi merupakan penyebab kematian yang tertinggi di Indonesia. Hal ini merupakan
kesempatan untuk para ilmuwan menerapkan bidang ilmu biologi molekuler dan imunologi secara
penuh dan berkesinambu-ngan, terutama untuk mendapatkan suatu langkah maju dalam hal diagnostik,
preventif dan bahkan dipakai sebagai alat pengukuran epidemiologi
dari penyakit infeksi tersebut.
Beberapa tehnik dibidang biologi molekuler yang mendasar telah dikembangkan untuk melacak adanya
urutan DNA yang spesifik dari mikroorganisme tertentu yang mana hal ini memungkinkan untuk dipakai
sebagai sarana diagnostik. Tehnik tersebut lazimnya disebut dengan Polymerase Chain Reaction (PCR),
dimana saat ini dipakai sebagai sarana diagnostik dan skrining pada
penderita dengan infeksi mikroba.
Demikian pula dibidang imunologi telah banyak dikembangkan tehnik yang sederhana dan mudah untuk
mendeteksi adanya antigen yang spesifik dari bakteri patogen tertentu dan ini pula yang mempermudah
dalam menunjang diagnosis penyakit infeksi didaerah yang tidak mempunyai sarana peralatan yang
memadai.
Seperti diketahui dengan menggunakan metoda biologi molekuler pada penyakit infeksi, maka dapat
dipakai untuk melihat hubungan strain mikroba pada penelitian epidemiologi, patogenesis, virulensi,
diagnosis dan mengidentifikasi agen dari suatu gejala penyakit yang belum diketahui.
Selain pencegahan dengan memutuskan mata rantai infeksi dalam suatu populasi penduduk dan
mempelajari sifat serta penyebaran genetik dari individu yang terpapar oleh mikroorganisme maka
untuk menemukan penyebab dari suatu outbreak penyakit infeksi, epidemiologist memerlukan
penentuan secara dini apakah mikroorganisme penyebab adalah strain tunggal atau menentukan tipe
dari strain tersebut. Bila outbreak tersebut berhubungan dengan infeksi yang disebabkan oleh strain
tunggal yang biasanya disebut clone, maka ini menunjukkan bahwa penderita terpapar oleh sumber
atau bahan yang umum dipakai atau berada disekitar daerah tersebut. Pada outbreak suatu penyakit
infeksi, metoda tradisional fenotiping digunakan untuk membedakan strain termasuk menentukan
reaksi serologi dari permukaan sel bakteri dengan suatu panel antibodi dan analisa biokimia dari
metabolisme yang diproduksi atau enzim, bentuk protein, karbohidrat yang ada pada kapsul dan profil
dari resistensi terhadap antibiotik. Selama terjadinya outbreak infeksi Salmonella, maka dapat dilakukan
isolasi bakteri penyebab dari sumber makanan, dimana diteliti serotipe bakteri dengan menggunakan
antibodi yang direaksikan dengan O-spesifik polisakarida untuk menentukan apakah isolat bakteri dari
penderita sama satu dengan yang lainnya. Saat ini kami telah menemukan suatu tehnik yang sangat
sederhana untuk menentukan adanya antibodi dari penderita yang terinfeksi Salmonella typhi (S.typhi),
dimana tehnik tersebut tidak memerlukan peralatan yang canggih, dengan tingkat spesifitas dan
sensitifitas yang tinggi. Tehnik ini disebut Salmonella dipstick dan kelebihan tehnik ini mudah, cepat dan
murah sehingga dapat diterapkan di perifer, dimana tidak membutuhkan keterampilan khusus untuk
menilai hasilnya.
Infeksi Nasokomial
I.1 Definisi
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala
klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di
rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah
selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan
menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi
penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan
gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial 1,2,3,4
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi
endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan
berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara
infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit
dan dari satu pasien ke pasien lainnya.
cytomegalovirus
CMV Duodenitis I
- manusia merupakan satu-satunya reservoir CMV yang menginfeksi manusia
- sangat labil (mudah rusak) pada kondisi panas dan kering
- penularan horisontal ; kontak yang dekat
- pengasuh anak ; resiko 20 kali lebih besar
- sumber virus :
sekret orofaring, urin, eksresi serviks dan vagina, semen, air susu, air mata, feses dan darah
- kondisi sosial ekonomi rendah : faktor predisposisi
- virus sering ditemukan dalam urin orang yang tidak tampak sakit
- infeksi CMV merupakan infeksi virus kongenital yang paling sering dijumpai pada manusia
- 10-15% anak yang terinfeksi dalam kandungan memperlihatkan kelainan neurologik dalam jangka
waktu panjang
Genital herpes simplex