Anda di halaman 1dari 8

‘ ‘ ‘  ‘‘

 ‘


‘ ‘   ‘‘
‘ Keluarga, merupakan lembaga yang paling kecil di dalam masyarakat.
Kehidupan keluarga diawali dengan proses pernikahan, mengandung makna spiritual
yang suci dan agung. Dengan terlaksananya ijab qabul antara sepasang pengantin,
dapat diartikan bahwa apa yang diharapkan oleh Allah SWT yaitu hubungan biologis
menjadi halal bagi keduanya, serta berfungsi sebagai ibadah dan amal shaleh.
Dikarenakan pernikahan merupakan perbuatan yang suci atau sacral, maka hendaknya
dijaga dan tidak dinodai dengan hal-hal yang dapat merusak keutuhan suatu
pernikahan.
Di Era globalisasi saat ini, marak sekali pernikahan di usia muda. Dari
kalangan beragama, sebut saja Pujiono seorang hartawan sekaligus pengasuh Pondok
Pesantren yang menikahi gadis belia berusia 12 tahun beberapa tahun yang lalu. Dari
kalangan selebritis, misalnya pernikahan Risty Tagoor dengan Rifky beberapa bulan
lalu, disusul rencana pernikahan Zaskia Sungkar dengan Irwansyah, dan lain-lain.
Sebaliknya, di sisi lain juga marak perceraian. Perceraian pada umumnya terjadi pada
pasangan yang menikah di usia muda. Misalnya perceraian Eno Lerian, Alice Norin.
Kegagalan dan keretakan yang terjadi di tengah-tengah keluarga sering kali
disebabkan masalah sederhana tetapi sangat mendasar, seperti masalah seks. Mereka
berfikir, bahwa pernikahan merupakan segala sesuatu yang akan berjalan secara
alamiah, kebahagiaan akan turun dengan sendirinya sekalipun mereka tidak memiliki
pengetahuan untuk mengatur kehidupan rumah tangganya. Kenyataannya,
kebahagiaan perkawinan perlu di usahakan secara terus menerus antara suami istri,
karena perceraian yang terjadi sering diakibatkantidak adanya persiapan diantara
kedua belah pihak. Pernikahan di usia muda juga memiliki implikasi bagi
kesejahteraan keluarga dan dalam masyarakat secara keseluruhan. Bagi perempuan
yang tidak berpendidikan dan tidak siap menjalankan perannya sebagai ibu yang bisa
memberikan sumbangannya kepada masyarakat, terdapat biaya yang harus dibayar
disetiap tingkat mulai dari tingkat individual, keluarga sampai kepada bangsa secara
keseluruhan.

c
Pada dasarnya hukum Islam tidak memberikan batasan usia bagi seseorang
yang ingin melaksanakan pernikahan. Akan tetapi lebih mengarah kepada tanda-tanda
fisik seperti puberitas biologis, atau dengan kata lain telah mencapai usia baligh.
Yaitu seperti yang terjadi pada laki-laki dengan keluarnya mani dan bagi perempuan
telah mengalami menstruasi. Namun pada kenyataannya, dewasa ini pada usia
tersebut biasanya belum mencapai kematangan, baik emosi, ekonomi,, sosial dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, kompilasi hukum Islam yang mengatur masalah-masalah
tersebut memberikan batasan usia bagi lakilaki dan perempuan yang ingin
melangsungkan pernikahan.pernikahan, bagi laki-laki sekurang-kurangnya telah
mencapai 19 tahun dan bagi perempuan sekurang-kurangnya telah mencapai 16 tahun.
Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendapatkan kualitas rumah tangga dan keturunan
yang baik.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengambil judul


makalah : ´ Y  
  Y   Y  
       ´‘
‘
‘
‘
‘
‘
‘
‘
‘
‘
‘
‘
‘
‘
‘
‘
‘
‘
‘ ‘


 ‘‘

 ‘

1.‘ Bagaimanakah pandangan Islam terhadap pernikahan di usia muda ?


2.‘ Apa sajakah factor-faktor yang melatar belakangi pernikahan di usia muda?
3.‘ Bagaimanakah dampak pernikahan di usia muda terhadap kehidupan berumah tangga
?
4.‘ Bagaimanakah mewujudkan kelanggengan suatu pernikahan ?


 ‘‘

 ‘

‘    ‘‘ ‘ ‘  ‘   ‘  ‘

‘ mukum Islam secara umum meliputi lima prinsip yaitu perlindungan terhadap
agama, jiwa, keturunan, harta, dan akal. Dari kelima nilai universal Islam ini, satu
diantaranya adalah agama menjaga jalur keturunan (hifdzu al nasl). Oleh sebab itu,
Syekh Ibrahim dalam bukunya al Bajuri menuturkan bahwa agar jalur nasab tetap
terjaga, hubungan seks yang mendapatkan legalitas agama harus melalui pernikahan.
Seandainya agama tidak mensyari¶atkan pernikahan, niscaya geneologi (jalur
keturunan) akan semakin kabur.

Agama dan negara terjadi perselisihan dalam memaknai pernikahan usia


muda. Pernikahan yang dilakukan melewati batas minimnal Undang-undang
Perkawinan, secara hukum kenegaraan tidak sah. Istilah pernikahan usia muda
menurut negara dibatasi dengan umur. Sementara dalam kaca mata agama, pernikahan
usia muda ialah pernikahan yang dilakukan oleh orang yang belum baligh.

Terlepas dari semua itu, masalah pernikahan dini adalah isu-isu kuno yang
sempat tertutup oleh tumpukan lembaran sejarah. Dan kini, isu tersebut kembali
muncul ke permukaan. mal ini tampak dari betapa dahsyatnya benturan ide yang
terjadi antara para sarjana Islam klasik dalam merespons kasus tersebut.

Pendapat yang digawangi Ibnu Syubromah menyatakan bahwa agama


melarang pernikahan dini (pernikahan sebelum usia baligh). Menurutnya, nilai
esensial pernikahan adalah memenuhi kebutuhan biologis, dan melanggengkan
keturunan. Sementara dua hal ini tidak terdapat pada anak yang belum baligh. Ia lebih
menekankan pada tujuan pokok pernikahan.

Ibnu Syubromah mencoba melepaskan diri dari kungkungan teks. Memahami


masalah ini dari aspek historis, sosiologis, dan kultural yang ada. Sehingga dalam
menyikapi pernikahan Nabi Saw dengan Aisyah (yang saat itu berusia usia 6 tahun),
Ibnu Syubromah menganggap sebagai ketentuan khusus bagi Nabi SAW yang tidak
bisa ditiru umatnya.

[
Sebaliknya, mayoritas pakar hukum Islam melegalkan pernikahan dini.
Pemahaman ini merupakan hasil interpretasi dari QS. al Thalaq: 4. Disamping itu,
sejarah telah mencatat bahwa Aisyah dinikahi Baginda Nabi dalam usia sangat muda.
Begitu pula pernikahan dini merupakan hal yang lumrah di kalangan sahabat.

Bahkan sebagian ulama menyatakan pembolehan nikah dibawah umur sudah


menjadi konsensus pakar hukum Islam. Wacana yang diluncurkan Ibnu Syubromah
dinilai lemah dari sisi kualitas dan kuantitas, sehingga gagasan ini tidak dianggap.
Konstruksi hukum yang di bangun Ibnu Syubromah sangat rapuh dan mudah
terpatahkan.[3]

Imam Jalaludin Suyuthi pernah menulis dua hadis yang cukup menarik dalam
kamus hadisnya. madis pertama adalah ´Ada tiga perkara yang tidak boleh diakhirkan
yaitu shalat ketika datang waktunya, ketika ada jenazah, dan wanita tak bersuami
ketika (diajak menikah) orang yang setara/kafaah´.[4]

madis Nabi kedua berbunyi, ´Dalam kitab taurat tertulis bahwa orang yang
mempunyai anak perempuan berusia 12 tahun dan tidak segera dinikahkan, maka
anak itu berdosa dan dosa tersebut dibebankan atas orang tuanya´.

X   X   ‘ ‘   ‘  ‘‘ ‘ ‘

Sebanyak 34,5 persen dari sekitar 120.000 pernikahan di Indonesia dilakukan


oleh remaja usia dini. Mayoritas dari mereka berada dalam rentang usia 12-18 tahun.
Sekitar 40 persen dari pernikahan dini tersebut terjadi di Jawa Timur. Selain karena
perintah agama, hal tersebut seringkali dilatarbelakangi oleh masalah tradisi
lingkungan sekitar, yaitu menikah muda.Mereka takut dicap sebagai perawan tua,
maka orang tua pun segera menjodohkan dan menikahkan anaknya. Faktor lainnya
yang kerap muncul adalah masalah ekonomi. mal ini banyak melatarbelakangi
pernikahan usia muda. Biasanya, anak gadis dari sebuah keluarga dinikahkan dengan
keluarga kaya sebagai upaya untuk membayar utang atau mendongkrak perekonomian
keluarga. ‘

‘  ! ‘   ‘‘ ‘ ‘    !‘"! ‘   ‘#  ‘

Î
Pernikahan di usia muda menimbulkan banyak sekali dampak positif maupun
dampak negative. Dampak positifnya misalnya menjaga mata, menetramkan jiwa,
memelihara nafsu seksualitas, membina kasih sayang, serta menjaga kehormatan dan
memelihara kepribadian. 0  SAW bersabda : ³ Wahai para pemuda, barang
siapa diantara kalian memmiliki kemampuan untuk menikah maka menikahlah.
Karena sesungguhnya ini dapat mencegah pandangan mata kalian dan kehormatan
kalian. Sedangkan bagi siapa yang belum mampu, maka hendaknya ia berpuasa dan
puasa itu adalah menjadi perisai baginya´. (mR. BUKmARI dan MUSLIM ).

Selain menimbulkan dampak positif, pernikahan di usia muda juga


menimbulkan dampak negative, diantaranya ketidaksiapan untuk membina suatu
komitmen rumah tangga yang tanggung jawabnya mempunyai harga mati, hal ini
dikarenakan masih dalam masa pertumbuhan yang dalam fase pencarian
kedewasaan.jalan fikir, sifat, emosi dan perilaku pasti masih labil. Ketidaksiapan
inilah yang mungkin mengakibatkan pernikahan hanya berakhir pada perceraian,
meskipun tidak menutup kemungkinan adanya kelanggengan. Pernikahan usia muda
juga menimbulkan dua dampak medis, yaitu dampak pada kandungan dan
kebidanannya. Penyakit kandungan banyak diderita wanita yang menikah usia muda,
hal ini dikarenakan pada usia tersebut dapat mengubah sel normal (sel yang biasa
tumbuh pada anak-anak) menjadi sel ganas yang akhirnya dapat menyebabkan infeksi
kandungan dan kanker. Untuk risiko kebidanan, hamil di bawah usia 19 tahun, bisa
berisiko pada kematian, selain kehamilan di usia 35 tahun ke atas. Risiko lain, hamil
di usia muda juga rentan terjadinya pendarahan, keguguran, hamil anggur dan hamil
prematur di masa kehamilan. Dari sisi psikologis. Secara mental atau emosional, anak
seusia itu masih ingin menikmati kebebasan. Entah itu bersekolah, bermain, atau
melakukan hal-hal lain yang biasa dilakukan oleh anak-anak atau remaja pada
umumnya.

$% ‘"  ‘ ‘   


‘

Untuk mewujudkan kelanggengan suatu pernikahan diperlukan beberapa


syarat diantaranya: dari    untuk mengarungi kehidupan bahtera rumah
tangga hendaknya mereka mempunyai atau membekali diri mereka dengan
pendidikan yang memadai. Karena tidak jarang terjadi perselisihan dalam rumah
tangga dikarenakan minimnya pengetahuan mereka tentang pernikahan, khususnya
Ñ
pada pasangan yang menikah dalam usia muda, sehingga mereka tidak mampu
menyelesaikan persoalan dengan hati yang jernih, kebanyakan dari mereka lebih
mengedepankan emosi ketimbang akal. Dari  , maraknya perceraian yang
terjadi pada pasangan usia muda diantaranya adalah disebabkan oleh kemampun
ekonomi yang lemah. Apalagi di zaman sekarang kebutuhan terus meningkat, beban
yang harus ditanggungpun terasa semakin berat. Sehingga banyak diantara mereka
yang telah membina rumah tangga harus berakhir dengan perceraian. Oleh karena itu,
sebelum memasuki jenjang pernikahan seseorang hendaknya harus sudah mempunyai
kehidupan ekonomi yang mapan. Agar istri dan anak-anaknya kelak tidak terlantar
serta mempunyai masa depan yang cerah. Kemudian juga yang tak kalah pentingnya
adalah restu orang tua. Pernikahan yang dilaksanakan tanpa restu orangtua, tidak akan
pernah bisa bertahan lama. Pernikahan tanpa adanya restu orang tua, yang dalam
perkawinan restu orang tua merupakan faktor penting untuk memulai hidup baru
sebagai suami istri.

´
 ‘&‘

#‘


‘ " ‘‘
1.‘ Substansi hukum Islam adalah menciptakan kemaslahatan sosial bagi manusia
pada masa kini dan masa depan. mukum Islam bersifat humanis dan selalu
membawa rahmat bagi semesta alam.
2.‘ Factor-faktor yang melatarbelakangi pernikahan usia muda diantaranya
perintah agama, tradisi lingkungan sekitar, masalah ekonomi.
3.‘ Pernikahan usia muda menimbulkan dampak positif dan dampak negative.
4.‘ Mewujudkan kelanggengan suatu pernikahan, yaitu dengan cara membekali
diri mereka dengan pendidikan yang memadai, sebelum memasuki jenjang
pernikahan seseorang harus mempunyai kehidupan yang mapan, dan
memperoleh restu orang tua.

‘ ‘‘
Bagi kita kaum muda dan remaja ada sebaiknya kita benar-benar berfikir
panjang sebelum mengambil keputusan untuk menikah di usia muda.Karena
pernikahan tidak hanya membutuhkan cinta dan sebuah kata ³siap´.‘
‘

Anda mungkin juga menyukai