Anda di halaman 1dari 6

PROSES PENYUSUNAN DAN

PEMBAHASAN RUU

Landasan Konstitusional
O Kekuasaan membentuk UU berada di DPR (Pasal 20 Ayat (1))
O Presiden berhak mengajukan RUU kepada DPR (Pasal 5 Ayat (1))
O RUU dibahas oleh DPR dan Presiden secara bersama (Pasal 20 Ayat (2))
O Presiden mengesahkan RUU menjadi UU (Pasal 20 Ayat (4))
O eskipun tidak disahkan oleh Presiden, suatu RUU tetap syah menjadi UU (Pasal 20 Ayat (5))
ekanisme
O Penyusunan RUU di lingkungan pemerintah diatur dalam Keppres 188/1998 (tentang Tata Cara
empersiapkan RUU)
Catatan.
Keppres No. 188/1998 (yang mengganti InPres 15/1970 tentang Tata Cara empersiapkan RUU dan RPP)
ditetapkan tanggal 29 Oktober 1998, lahir jauh sebelum terjadi amandemen UUD 1945, sehingga ada
beberapa hal yang harus disesuaikan dengan perkembangan baru, khususnya yang berkaitan dengan
perubahan Pasal 5 dan Pasal 20 (kewenangan membentuk UU yang selama ini ada pada Presiden dialihkan
ke DPR), hak-uji ahkamah Konstitusi untuk menguji undang-undang ke UUD 1945, serta pembentukan
DPD (Dewan Perwakilan Daerah) sebagai (salah satu) pembentuk undang-undang. Perubahan di atas
mempengaruhi pula prosedur atau tata cara penyusunan RUU yang dimuat dalam Keppres No. 188/1998,
karena Presiden tidak lagi sebagai "legislator utama" tetapi sudah menjadi "legislator-serta"
(medewetgever).
O Pembahasan RUU di lingkungan DPR diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPR RI (Keputusan DPR-RI No.
03A/DPR-RI/I/2001-2002)
Pembahasan RUU di DPR terdiri atas 2 (dua) tingkat pembicaraan:
I. Pembicaraan Tingkat I, meliputi:
1. pemandangan umum Iraksi terhadap RUU yang berasal dari pemerintah atau tanggapan
pemerintah terhadap RUU yang berasal dari DPR
2. jawaban pemerintah atas pemandangan umum Iraksi, atau jawaban pimpinan komisi, pimpinan
badan legislasi, pimpinan Panitia Anggaran, atau pimpinan Panitia Khusus atas tanggapan
pemerintah; dan
3. pembahasan RUU oleh DPR dan pemerintah dalam rapat kerja berdasarkan DaItar Inventarisasi
asalah (DI)
II. Pembicaraan Tingkat II, meliputi:
4. pengambilan keputusan dalam rapat paripurna, yang didahului oleh:
1. laporan hasil pembicaraaan tingkat I;
2. pendapat akhir Iraksi yang disampaikan oleh anggotanya, apabila dipandang perlu, dapat pula
disertai dengan catatan tentang sikap Iraksi; dan
5. penyampaian sambutan pemerintah
O $elain dari tata cara di atas, ada juga aturan yang berlaku secara umum bagi pembentukan peraturan
sebagaimana diatur dalam UU ... (Tata Cara Pembentukan Peraturan Perundang-undangan).
se|arab pembentukan uud { sospol ]
!une 28Lh 2010 - 8elaLed - llled under
sejarah pembentukan uud 45
Published at: 12:03 pm Wednesday arch 31 2010
Naskah Undang-Undang Dasar 1945
$ebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16 bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal
yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49 ayat berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat
Aturan Tambahan), serta Penjelasan.
$etelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki 20 bab, 37 pasal, 194 ayat, 3 pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan
Tambahan.
Dalam Risalah $idang Tahunan PR Tahun 2002, diterbitkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam
$atu Naskah, $ebagai Naskah Perbantuan dan Kompilasi Tanpa Ada Opini.
$ejarah Awal
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk pada tanggal 29 April 1945, adalah Badan yang
menyusun rancangan UUD 1945. Pada masa sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28 ei sampai dengan tanggal 1 Juni 1945
Ir.$ukarno menyampaikan gagasan tentang 'Dasar Negara yang diberi nama Pancasila. Kemudian BPUPKI membentuk Panitia Kecil
yang terdiri dari 8 orang untuk menyempurnakan rumusan Dasar Negara. Pada tanggal 22 Juni1945, 38 anggota BPUPKI membentuk
Panitia $embilan yang terdiri dari 9 orang untuk merancangPiagam Jakarta yang akan menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. $etelah
dihilangkannya anak kalimat 'dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya maka naskah Piagam Jakarta
menjadi naskah Pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus
1945. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa $idang Kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
(BPUPK). Nama Badan ini tanpa kata 'Indonesia karena hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Di $umatera ada BPUPK untuk
$umatera. asa $idang Kedua tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal 18 Agustus 1945, PPKImengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia.
Periode berlakunya UUD 1945 18 Agustus 1945- 27 Desember 1949
Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan
mempertahankan kemerdekaan. aklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945 memutuskan bahwa KNIP diserahi
kekuasaan legislatiI, karena PR dan DPR belum terbentuk. Tanggal 14 November 1945 dibentuk Kabinet $emi-Presidensiel ($emi-
Parlementer) yang pertama, sehingga peristiwa ini merupakan perubahan sistem pemerintahan agar dianggap lebih demokratis.
Periode berlakunya Konstitusi RI$ 1949 27 Desember 1949 17 Agustus 1950
Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer.
bentuk pemerintahan dan bentuk negaranya Iederasi yaitu negara yang didalamnya terdiri dari negara-negara bagian yang masing masing
negara bagian memiliki kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam negerinya.
Periode UUD$ 1950 17 Agustus 1950 5 Juli 1959
Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer.
Periode kembalinya ke UUD 1945 5 Juli 1959-1966
Karena situasi politik pada $idang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik ulur kepentingan partai politik sehingga gagal
menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden $ukarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya
memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan Undang-Undang Dasar $ementara 1950 yang berlaku
pada waktu itu.
Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, diantaranya:
Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua PR/DPR dan A serta Wakil Ketua DPA menjadi enteri NegaraE
PR$ menetapkan $oekarno sebagai presiden seumur hidupE
Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 $eptember Partai Komunis IndonesiaE
Periode UUD 1945 masa orde baru 11 aret 1966- 21 ei 1998
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen.
Namun pelaksanaannya ternyata menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945 yang murni,terutama pelanggaran pasal 23 (hutang
Konglomerat/private debt dijadikan beban rakyat Indonesia/public debt) dan 33 UUD 1945 yang memberi kekuasaan pada pihak swasta
untuk menghancur hutan dan sumberalam kita.
Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat 'sakral, diantara melalui sejumlah peraturan:
Ketetapan PR Nomor I/PR/1983 yang menyatakan bahwa PR berketetapanE untuk mempertahankan UUD 1945, tidak
berkehendak akan melakukan perubahan terhadapnya
Ketetapan PR Nomor IV/PR/1983 tentang ReIerendum yang antara lainE menyatakan bahwa bila PR berkehendak mengubah
UUD 1945, terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat melalui reIerendum.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang ReIerendum, yang merupakanE pelaksanaan TAP PR Nomor IV/PR/1983.Teks ini
tidak akan diIormat
Periode 21 ei 1998- 19 Oktober 1999
Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden $oeharto digantikan oleh B.J.Habibie sampai dengan lepasnya Provinsi
Timor Timur dari NKRI.
Periode UUD 1945 Amandemen
$alah satu tuntutan ReIormasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan
perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan PR (dan pada kenyataannya bukan di
tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu 'luwes (sehingga dapat menimbulkan
multitaIsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan
konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HA,
pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan
kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap
mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem pemerintahan presidensiil.
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen) yang ditetapkan dalam $idang Umum dan $idang
Tahunan PR:
$idang Umum PR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 Perubahan Pertama UUD 1945E
$idang Tahunan PR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 Perubahan Kedua UUD 1945E
$idang Tahunan PR 2001, tanggal 1-9 November 2001 Perubahan Ketiga UUD 1945E
$idang Tahunan PR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 Perubahan Keempat UUD 1945E



















0digg
Proses Pembuatan Peraturan Perundang-Undangan Nasional
Posted On: 11/02/2011 10:23:06
Proses Pembuatan Peraturan Perundang-Undangan Nasional
August 4th, 2010 Buku $ekolah Gratis PKn 2 $P - Lukman $urya 2 comments - Tags: Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Pe, Tahap Penyiapan Rancangan Undang-Undang (RUU)
Kamu tentu pernah melaksanakan musyawarah kelas yang ber tujuan menentukan ketua kelas, seksi-seksi, dan penentuan petugas
piket. $ebelum musyawarah dimulai, kamu menentukan terlebih dahulu siapa yang memimpin musyawarah. $etelah itu, pemimpin
musyawarah memimpin jalannya rapat dengan aturan yang telah disepakati bersama. $etelah keputusan musyawarah diperoleh
maka pimpinan musyawarah akhirnya menentukan keputusan musya warah kelas yang harus didukung dan dilaksanakan bersama.
Pengalaman kamu tersebut merupakan gambaran sederhana tentang bagaimana sebuah peraturan dibuat. Artinya, peraturan tidak
boleh dibuat seenaknya saja, tetapi peraturan itu harus dibuat dengan proses yang baik dan berisi tentang hal-hal baik sehingga per
aturan tersebut dapat didukung dan dilaksanakan oleh semua orang.
Dalam sebuah kehidupan kenegaraan, peraturan perundang-undangan, seperti UUD 1945 sampai dengan peraturan daerah disusun
oleh lembaga yang berwenang dengan proses pe nyusunan yang berbeda. Proses penyusunan peraturan per undang-undangan
secara lebih jelas dapat kamu pelajari berikut.
1. Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945)
Pasal 3 ayat 1 UUD 1945 menyatakan bahwa ajelis Per musyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan UUD. Hal
ini menunjukkan bahwa yang berwenang mengubah dan me netapkan UUD adalah ajelis Permusyawaratan Rakyat. enurut
iriam Budiardjo (Pakar Ilmu Politik Indonesia), UUD 1945 memiliki kedudukan yang istimewa dibandingkan dengan undang-
undang lainnya.
Hal ini disebabkan hal berikut.
a) UUD dibentuk menurut suatu cara istimewa yang berbeda dengan pembentukan undang-undang biasa.
b) UUD dibuat secara istimewa. Oleh karena itu, dianggap sesuatu yang luhur.
c) UUD adalah piagam yang menyatakan cita-cita bangsa Indonesia dan merupakan dasar organisasi kenegaraan suatu bangsa.
d) UUD memuat garis besar tentang dasar dan tujuan negara.
PR memiliki kewenangan untuk mengubah (Amandemen) UUD. Hal ini sesuai dengan Pasal 3 dan Pasal 37 UUD 1945.
Rancangan per ubahan UUD di persiapkan oleh Badan Pekerja ajelis. Rancangan tersebut kemudian dibawa ke sidang Paripurna
ajelis untuk dibahas dan diambil keputusan. Jika diterima, sidang paripurna menetapkan dan mengesahkannya.
2. Ketetapan MPR (Tap MPR)
Ketetapan PR adalah produk hukum yang di tetapkan oleh PR dalam sidang umum. Produk hukum PR ada dua macam,
yaitu ketetapan dan keputusan.
a) Ketetapan
Produk hukum PR yang berlaku, baik ke dalam anggota PR atau ke luar anggota PR. aksudnya, ketetapan berlaku bagi
seluruh rakyat Indonesia.
b) Keputusan
Produk hukum PR yang hanya berlaku bagi anggota PR. Namun berdasarkan UU No. 10 Tahun 2004 ketetapan dan keputusan
tersebut bukan termasuk dalam tata urutan perundang-undangan.
Proses pembuatan putusan majelis dilakukan melalui empat tingkat pembicaraan. Tingkat pembicaraan tersebut, yaitu sebagai
berikut.
a) Pembahasan Tingkat I
Pembahasan oleh Badan Pekerja ajelis terhadap bahan-bahan yang masuk dan hasil dari pem bahasan ini menjadi rancangan
putusan majelis sebagai bahan pokok pembicaraan tingkat II.
b) Pembahasan Tingkat II
Pembahasan oleh Rapat Paripurna ajelis yang didahului oleh penjelasan pimpinan dan dilanjutkan dengan pemandangan umum
Iraksi-Iraksi.
c) Pembahasan Tingkat III
Pembicaraan oleh Komisi atau Panitia Ad Hoc (Badan Istimewa yang dibentuk untuk menyelesaikan permasalahan yang bersiIat
kontemporer (sementara)) ajelis terhadap semua hasil pembicaraan tingkat I dan II. Hasil pembicaraan pada tingkat III ini
menjadi Rancangan Putusan ajelis.
d) Pembahasan Tingkat IV
Pengambilan putusan oleh Rapat Paripurna ajelis setelah mendengar laporan dari Pimpinan Komisi atau Panitia Ad Hoc ajelis
serta usulan atau pendapat dari Iraksi-Iraksi jika diperlukan.
PR bersidang sedikitnya satu kali dalam lima tahun di ibu kota negara. Ketetapan PR dapat dibuat dalam sidang umum (5
tahun sekali) atau dalam $idang Tahunan. Jika ada kondisi yang memaksa, PR dapat melaksanakan $idang Istimewa. PR ter
catat pernah melaksanakan $idang Istimewa ketika mem berhentikan Presiden Abdurrahman Wahid, kemudian melantik egawati
$oekarno Putri menjadi Presiden.
. Undang-Undang (UU) atau Perpu
Undang-undang merupakan peraturan perundangan yang dibuat untuk melaksanakan UUD 1945. Lembaga yang berwenang
membentuk UU adalah Dewan Perwakilan Rakyat bersama Presiden. Kriteria agar suatu masalah dapat diatur undang-undang
adalah sebagai berikut.
a. UU dibentuk atas perintah ketentuan UUD 1945.
b. UU dibentuk dalam rangka mencabut, mengubah, dan menambah UU yang sudah ada.
c. UU dibentuk karena berkaitan dengan hak asasi manusia.
d. UU dibentuk karena berkaitan dengan kewajiban dan kepen tingan orang banyak.
Ada beberapa hak DPR yang berhubungan dengan pembuatan undang-undang. Hak DPR tersebut adalah sebagai berikut.
a. Hak inisiatiI, yaitu hak DPR untuk mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU).
b. Hak Amandemen, yaitu hak DPR untuk mengadakan perubahan Rancangan Undang-Undang (RUU).
c. Hak angket dan menyatakan pendapat.
d. Hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usulan serta hak imunitas.
e. Hak interpelasi, yaitu hak DPR untuk meminta keterangan mengenai kebijakan pemerintah dibidang tertentu.
Dalam pembentukan undang-undang ini, presiden memiliki hak mengajukan Rancangan Undang-Undang (Pasal 5 ayat 1 UUD
1945). Di sisi lain, DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang yang disebut sebagai kekuasaan legislatiI. $ecara garis
besar, proses penyusunan peraturan perundang-undangan meliputi beberapa tahapan, yakni sebagai berikut.
a. Tahap Penyiapan Rancangan Undang-Undang (RUU)
Rancangan undang-undang dapat dibuat oleh pemerintah dan DPR. Pemerintah atau keseluruhan departemen dapat mengajukan
prakarsa pembentukan undang-undang. DPR dapat mengajukan RUU dengan menggunakan hak inisiatiI. Pengusulan RUU dengan
menggunakan hak inisiatiI dapat diajukan jika disetujui oleh sepuluh anggota DPR dari Iraksi yang berbeda. Usulan disampaikan
secara tertulis kepada Pimpinan DPR. $elanjutnya, dibawa ke rapat paripurna untuk dibahas. Jika disetujui, RUU itu dilanjutkan ke
tahap berikutnya. $ebaliknya, jika tidak disetujui, berarti RUU tersebut tidak dapat ditindaklanjuti.

b. Tahap Pembahasan
Tahap pembahasan bagi rancangan undang-undang di DPR RI ditetapkan melalui empat tingkat pembicaraan sebagai berikut.
1) Pembicaraan Tingkat I (Rapat Paripurna) Pembicaraan pada Tingkat I adalah pemberian keterangan atau penjelasan pemerintah
mengenai RUU yang berasal dari pemerintah dan pemberian penjelasan dari pimpinan komisi atau pimpinan panitia khusus atas
nama DPR jika RUU yang dibahas adalah RUU yang berasal dari DPR (hak inisiatiI).
2) Pembicaraan Tingkat II (Rapat Paripurna) Pembicaraan Tingkat II terdiri atas dua macam bergantung pemberi usulan. Jika
RUU berasal dari pemerintah, dilakukan pemandangan umum para anggota DPR yang mewakili Iraksi masing-masing. $elain itu,
jawaban pemerintah terhadap pemandangan umum Iraksi-Iraksi. Jika RUU berasal dari usul inisiatiI DPR, dilakukan tanggapan
pemerintah terhadap RUU usul inisiatiI dan jawaban pimpinan panitia khusus atas nama DPR terhadap tanggapan pemerintah
tersebut.
3) Pembicaraan Tingkat III (Rapat Komisi) $emua RUU dibahas secara mendalam dalam rapat komisi, rapat gabungan komisi,
atau panitia khusus. Dalam rapat ini, diundang pihak-pihak yang mewakili pemerintah. Jika dianggap perlu, DPR dapat melakukan
dengar pendapat (0aring) dengan masya rakat, organisasi massa, atau lembaga swadaya masyarakat.
4) Pembicaraan Tingkat IV (Rapat Paripurna) Pembicaraan Tingkat IV merupakan pembicaraan terakhir, dengan tahapan
pembicaraannya sebagai berikut.
(a) Pelaporan hasil rapat tingkat III.
(b) Penyampaian pendapat akhir Iraksi dan jika perlu disampaikan juga catatan-catatan dari Iraksi.
(c) $ambutan pejabat yang ditunjuk pemerintah sebagai komentar terhadap putusan yang ditetapkan DPR.
c. Tahap Pengesahan dan Pengundangan
Hasil dari RUU yang telah disetujui DPR akan diberikan kepada presiden melalui sekretaris negara untuk ditandatangani dan
disahkan. Kemudian, undangundang tersebut akan diundangkan oleh menteri negara atau sekretaris kabinet. Pengundangan mem
punyai maksud agar seluruh warga negara mengetahui bahwa ada undang-undang yang baru dan mengikat semua warga negara.
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
Perpu dibentuk oleh presiden tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan DPR. Hal itu dikarenakan perpu dibuat dalam keadaan
'darurat. Artinya, persoalan yang muncul harus segera ditindak lanjuti. Perputetap harus diajukan ke DPR untuk mendapatkan
persetujuan.
Jadi, bukan berarti presiden dapat seenaknya mengeluarkan Perpu karena pada akhirnya harus diajukan kepada DPR pada
persidangan berikutnya. $ebagai lembaga legislatiI, DPR dapat menerima atau menolak perpu. Jika perpu ditolak DPR, Perpu
tersebut harus dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
5. Peraturan Pemerintah (PP)
Untuk melaksanakan suatu undang-undang, dikeluar kan sebuah Peraturan Pemerintah. Jadi, Peraturan Pemerintah merupakan
bentuk pelaksanaan dari undangundang. Adapun tahap penyusunannya adalah sebagai berikut.
a. Tahap persiapan rancangan Peraturan Pemerintah (PP).
b. Rancangan PP disiapkan oleh menteri sebagai pimpinan departemen atau kepala pemerintah
nondepartemen.
c. Tahap penetapan dan pengundangan PP ditetap kan presiden sesuai Pasal 5 ayat 2 UUD 1945, kemudian diundangkan oleh
sekretaris negara.
6. Peraturan Presiden (Perpres)
Presiden menetapkan Peraturan Presiden. Dilihat dari siIatnya, Peraturan Presiden ada dua macam, yaitu bersiIat pengaturan dan
penetapan. Dibandingkan Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dapat dibuat, baik dalam rangka melaksanakan UUD 1945,
Ketetapan PR, UU, maupun PP. Adapun PP terbatas hanya untuk melaksanakan UU sesuai dengan Pasal 5 ayat 2 UUD 1945.
7. Peraturan Daerah (Perda)
Peraturan Daerah ditetapkan kepala daerah atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Bentuk dan prosedur
pembentukan peraturan daerah sama dengan pembentukan undang-undang. Peraturan Daerah dibedakan, antara lain:
a. Peraturan Daerah Provinsi
b. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
c. Peraturan Desa
$umber :
$aputra, Lukman $urya, 2009, !0ndidikan K0argan0garaan 2 . M0numbukan Nasionalism0 dan !atriotism0 Untuk K0las JIII
S0kola M0n0nga !0rtama/ Madrasa Syanaiya, Jakarta : Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 69 75.

Anda mungkin juga menyukai