BAB I
PENDAHULUAN
Pemikiran politik telah menjadi persoalan yang paling banyak digeluti oleh
kaum intelektual muslim selama abad 19 dan 20. Hal ini disebabkan oleh semangat
kolonialisme dan imperialisme Barat pada saat itu. Meskipun demikian, hengkangnya
Barat dari dunia Islam, tidak berarti tercabutnya pengaruh pemikiran-pemikiran yang
Itulah sebabnya, abad 20 menjadi abad perubahan yang besar dalam dunia
diri mereka dalam suatu konteks transformasi yang sangat cepat. Tentunya tidak
mengherankan jika abad ini merupakan masa interaksi antara unsur-unsur tradisi
Paling tidak terjadi tiga model proses transformasi pemikiran barat yang
1
2
1. Transformasi modern1 .
gradual semasa imperialisme fisik di berbagai belahan dunia, baik melalui jalur
kuat meskipun banyak pihak secara apologis menafikan hal tersebut, akan tetapi
kebangkitan Islam.
menyatakan bahwa,
Hingga saat ini, banyak orang yang masih beranggapan bahwa sekulerisme
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari modernisasi. Dengan kata lain,
1
John Obert Voll, Politik Islam Kelangsungan dan Perubahan di Dunia
Modern, (Yogyakarta : Titian Ilahi Press, 1997), Cet. Ke-1, hal. 347
2
John L. Esposito, Islam dan Politik, (Jakarta : Bulan Bintang, 1990), Cet. Ke-
1, hal. 77
3
John Obert Voll, op. cit., hal. 347-349
3
masyarakat modern adalah masyarakat sekular. Dalam hal ini Voll berpendapat,
dapat diterima. Tapi akan menjadi tidak benar, jika modernisme diartikan dengan
tidak dijadikannya agama sebagai kekuatan yang vital dalam kehidupan politik
Salah satu data faktual tentang reaksi negatif terhadap sekularisme adalah
reaksi ulama al-Azhar terhadap karya Ali Abd Raziq, Al-Islam wa al-Ushul al-
Hukm.4
3. Transformasi radikalisme5 .
4
Kegagalan Ali Abd Raziq (w. 1966) dalam mengembangkan pemikiran-
pemikiran politik sekularnya, karena ia tidak memiliki kesempatan untuk melakukan
itu, bahkan seandainya ia memiliki kesempatan pun, nampaknya reaksi ortodoks yang
keras (ulama al-Azhar) akan mencegahnya untuk melakukannya. Kegagalan tersebut
dapat menjadi data faktual tentang kegagalan sekularisme di dunia Islam.
Hamid Enayat, Reaksi Politik Sunni dan Syi’ah Pemikiran Politik Islam Modern
Menghadapi Abad ke-20, (Bandung : Penerbit Pusataka, 1988), Cet. Ke-1, hal. 105
Kritik terhadap pemikiran-pemikiran Ali Abd Raziq dapat juga dilihat dalam karya
Dr. Muhammad Abdul Qadir Fariz, Sistem Politik Islam (Jakarta : Robbani Press,
2000), Cet. Ke-1, hal. 186-200
5
John Obert Voll, op. cit., hal. 350-352
4
merepresentasikan Marxisme atau pun Leninisme secara total. Di antara ide Marx
atau Lenin yang sering ditolak oleh kaum “kiri” Islam adalah konsep konflik
yang kharismatik atau karena emosi kebangsaan dari pada karena ideologi
radikalnya.
radikal yang berkembang di dunia Islam adalah ideologi yang telah teradaptasi
6
Marx berpendapat bahwa riwayat dari setiap masyarakat adalah sejarah
pertentangan kelas, sebagaimana yang ia nyatakan dalam pembukaan buku
“manifesto komunis” yang dikarangnya bersama Engels, seperti yang dikutip oleh
Andi Mu’awiyah Ramli, dalam buku “Peta Pemikiran Karl Marx (Materialisme
Dialektis dan Materialisme Historis” : ... sejarah dari setiap masyarakat yang ada
sampai sekarang adalah sejarah pertentangan kelas. Orang merdeka atau budak,
bangsawan atau jembel, tuan dan pelayan yang ditindas dan yang menindas berada
dalam pertentangan yang tajam, mereka melangsungkan pertentangan yang tidak ada
akhirnya ....
Andi Mu’awiyah Ramli, Peta Pemikiran Karl Marx, (Materialisme Dialektis
dan Materialisme Historis), (Yogyakarta : LKiS, 2000), Cet. Ke-1, hal. 145-146
5
ajaran Islam.
yang telah penulis uraikan di atas, pada akhirnya membentuk tiga aliran pemikiran
dengan kembali kepada ajaran Islam secara total dan menolak sistem yang
7
Masykuri Abdillah, "Gagasan dan Tradisi Bernegara dalam Islam Sebuah
Perspektif Sejarah dan Demokrasi Modern", Tashwirul Afkar, VII, 2000, hal. 75
8
Abul A’la Al-Maududi, Hukum dan Konstitusi Sistem Politik Islam,
(Bandung : Mizan, 1998), Cet. Ke-6, hal. 33
6
3. Kelompok sekular : Mereka yang ingin memisahkan Islam dari sistem negara,
karena mereka menilai bahwa Islam adalah sama dengan agama lain, tidak
mengatur masalah keduniaan. Untuk lebih jelasnya, Ali Abd Raziq menyatakan :
pemikiran Barat yang berkembang di dunia Islam serta varietas pemikiran politik di
ciri umum dalam masyarakat musilm di berbagai wilayah pada abad ke-20, termasuk
di Indonesia.
Indonesia, yaitu dengan berdirinya Sarekat Islam (1911-1942). Bahkan Sarekat Islam
9
Ibid., hal. 142
10
Untuk pemaparan lengkap tentang dinamika perkembangan Sarekat Islam
sejak berdiri hingga berakhir, lihat Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia
(1900-1942), (Jakarta : LP3S, 1996), Cet. Ke-8, hal. 114-170. Lihat juga Bahtiar
Effendi, Islam dan Negara Transformasi Pemikiran dan Praktik Politik Islam di
Indonesia, (Jakarta : Paramadina : 1998), Cet. Ke-1, hal. 63-69
7
politik yang menuntut kemerdekaan dan hak bangsa Indonesia untuk menentukan
Penulis menilai bahwa pergolakan yang terjadi dalam tubuh Sarekat Islam
tidak lain disebabkan adanya tranformasi pemikiran yang berkembang di dunia Islam
pada masa yang sama. Sehingga tidak mengherankan jika Sarekat Islam pernah
akhirnya berhadapan vis a vis dengan kekuatan nasionalis sekular yang dibawa oleh
pemikiran politik yang muncul di Indonesia pada setiap fase perkembangan sosial
politik bangsa Indonesia, sejak masa pergerakan hingga saat ini. Karena pemikiran
politik dalam sebuah fase perkembangan sosial politik suatu bangsa tidak akan
Pada setiap fase perkembangan sosial politik bangsa Indonesia lahir tokoh-
tokoh politik dari kalangan umat Islam yang memiliki corak dan bentuk pemikiran
yang berbeda-beda yang mewakili salah satu dari tiga tipologi pemikiran politik di
atas, yaitu konservatif, modernis, dan sekular, sebagaimana yang telah penulis
jabarkan di atas. Akan tetapi, ada di antara tokoh-tokoh tersebut yang memiliki
tidak terpaku pada corak atau bentuk pemikiran tertentu, di antaranya adalah
Abdurrahman Wahid.
pasca Orde Baru, terlebih setelah menjabat sebagai Presiden RI untuk masa Jabatan
1999-2004 melalui suatu proses pemilu yang demokratis sesuai dengan konstitusi
yang ada.
sering dianggap tidak konsisten dalam menggagas sebuah wacana, baik yang
diungkap secara verbal dalam berbagai forum diskusi, seminar, dan lain sebagainya,
atau pun yang ia tuangkan dalam karya-karya tulisnya. Dalam sebuah tulisan
Bahwa sebagai seorang muslim yang meyakini kebenaran agamanya, saya percaya
"Demokrasi dapat dipetik dari ajaran agama apa pun, selama hal itu merupakan
perncerminan dari teologi yang benar dan ketaatan yang saleh. Soal nilai
11
Abdurrahman Wahid, "Agama : Antara Keyakinan dan Kelembagaan",
Media Indonesia, (Jakarta), 17 Maret 1999, hal. 7
9
yang sama pada tulisan lain, ia menyatakan pendapatnya, bahwa " . . . UUD 1945
menjamin kebebasan beragama bagi semua warga negara di negeri ini, dan bukan
hanya Islam. Dengan kata lain, hukum kita hanyalah pembukaan dan batang tubuh
Abdurrahman Wahid, nampaknya lebih didorong oleh sikap pluralis yang menjadi
ciri khas pemikirannya. Sehingga, tatkala ia melihat dirinya sebagai seorang muslim,
maka diungkaplah intensinya tentang nilai-nilai ajaran Islam. Tetapi, pada saat ia
menyadari bahwa ada penganut agama lain di sekitarnya, maka sikap pluralisnyalah
yang mencuat.
"nyleneh", dan masih banyak lagi pendapat-pendapatnya yang lain yang tertuang
3. Ide-ide Abdurrahman terkesan mencakup segala hal, baik yang berkenaan dengan
bidang politik, agama, sosial, budaya, dan lain sebagainya. Tentunya dalam
melontarkan ide-ide pemikirannya ini, ada ciri khusus yang menjadi landasan
corak berpikirnya.
pemikiran yang menjadi khazanah para ulama atau pun kiyai di kalangan NU.
tradisi pemikiran itu dan bahkan bertolak belakang. Hal ini dapat dipastikan
mendapat tanggapan dari para ulama atau kiyai yang ada disekitarnya.
karya ilmiah ini, tidak seluruhnya penulis uraikan. Oleh sebab itu, penulis hanya
mengenai Islam, politik dan negara, Islam dan demokrasi, serta respons sosial
politik Indonesia.
Islam, politik dan negara, Islam dan demokrasi serta respons sosial politik
berikut :
dan negara, Islam dan demokrasi, serta respons sosial politik Indonesia ?
non Islam ?
Tujuan yang ingin penulis capai dalam penelitian ini adalah untuk men-
dianggap memarginalkan agama dalam politik dan negara, dan bahkan tindakan-
kelompok non muslim. Di lain pihak, dalam jumlah yang cukup signifikan, ada yang
masyarakat awam, sering dianggap bertitik tolak dari ketidak mengertian masyarakat
Anggapan yang paradoks dari dua kubu di atas, tentunya bisa saja benar dan
bisa juga salah pada salah satu kubu atau pada keduanya. Oleh sebab itu, penulis
permasalahan yang telah penulis asumsikan di atas, untuk dapat mencapai tujuan
digunakan khususnya oleh penulis dan umunya para pembaca karya ilmiah ini
D. Metodologi Penelitian
data yang penulis gunakan bersifat normatif dan diperoleh melalui telaah
buku, media cetak, atau pun dokumentasi yang ada hubungan-nya dengan
pembahasan. Data-data yang penulis peroleh melalui langkah ini, menjadi sumber
2. Interview : Dalam hal ini, penulis berusaha mendapatkan data melalui wawancara
terhadap sumber-sumber data yang nantinya menjadi sumber data sekunder yang
2. Metode Pembahasan
diperoleh secara komprehensif sesuai dengan permasalahan yang telah ditetapkan dan
kemudian melakukan analisa induktif terhadap data untuk mendapatkan teori umum
3. Metode Penulisan
penulisan yang ada dalam buku "Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi"
E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan deskripsi data dalam karya ilmiah ini, penulis menyusun
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika
penulisan.
Bab II adalah tinjauan teoritis tentang politik Islam, yang meliputi bahasan :
pengertian politik Islam, dasar dan tujuan politik Islam, kegiatan berpolitik menurut
Abdurrahman Wahid, yang mencakup ; pemikiran politik tentang Islam, politik dan
Bab V merupakan bagian akhir dari pembahasan, berupa penutup yang terdiri