Anda di halaman 1dari 2

ILMU HIKMAH DAN TASAWUF

PENGERTIAN ILMU HIKMAH

Ilmu hikmah adalah sebuah ilmu kebatinan dengan metode zikir dan doa,
adakalanya juga dengan mantra berbahasa Arab atau campuran tetapi tidak
bertentangan dengan akidah dan syari’at Islam, ditujukan untuk urusan
duniawi seperti kekebalan, pangkat, karir, perjodohan, pengasihan dan
lain-lain

PENGERTIAN TASAWUF

Yaitu bersungguh-sungguh (dalam berbuat baik) dan meninggalkan sifat-


sifat tercela (Lihat kitab Iyqo-zhul Himam halaman 7).
Aslinya Tasawuf (yaitu jalan tasawuf) adalah tekun beribadah,
berhubungan langsung kepada ALLAH, menjauhi diri dari kemewahan dan
hiasan duniawi, Zuhud (tidak suka) pada kelezatan, harta dan pangkat
yang diburu banyak orang, dan menyendiri dari makhluk di dalam kholwat
untuk beribadah (Lihat kitab Zhuhrul Islam IV-Halaman 151)

Adapun batasan tasawuf adalah : Maka berkata Junaed : yaitu bahwa


kebenaran mematikanmu dari dirimu dan kebenaran tersebut menghidupkanmu
dengan kebenaran tersebut. Dan ia berkata juga : Adalah kamu bersama
ALLAH tanpa ketergantungan. Dan dikatakan : Masuk pada segala ciptaan
yang mulya dan keluar dari segala ciptaan yang hina. Dan dikatakan :
Yaitu akhlak mulia yang tampak pada zaman yang mulia beserta kaum yang
mulia. Dan dikatakan : Bahwa kamu tidak memiliki sesuatu dan sesuatu itu
tidak memiliki kamu. Dan dikatakan : Tasawuf itu dibangun atas 3 macam :
(1) Berpegang dengan kefakiran dan menjadi fakir (2) kenyataan berkorban
dan mementingkan orang lain (3) Meninggalkan mengatur dan memilih (Lihat
kitab Iyqo-zhul Himam halaman 4).

TATA CARA MENGUASAI ILMU HIKMAH

Dengan puasa, zikir/wirid, amalan, doa, membaca ayat-ayat Qur’an, dengan


mantra, sya’ir-syair yang dibuat para Ulama Hikmah atau yang didapat
dari ilham para Ulama Hikmah atau dari ilham Ahli Tasawuf dan lain-lain

TATA CARA MENGUASAI TASAWUF

Maka wajiblah beramal dengan Islam, Maka tidak ada tasawuf kecuali
dengan fiqih, karena kau tidak mengetahui hukum-hukum ALLAH Ta’ala yang
lahir kecuali dengan fiqih. Dan tidak ada fiqih kecuali dengan tasawuf,
karena tidak ada amal dengan kebenaran pengarahan (kecuali dengan
tasawuf). Dan juga tidak ada tasawuf dan fiqih kecuali dengan Iman,
karena tidaklah sah salah satu dari keduanya (fiqih dan tasawuf) tanpa
iman. Maka wajiblah mengumpulkan ketiganya (iman, fiqih, tasawuf) .
(Lihat kitab Iyqo-zhul Himam halaman 5).
Imam Malik berkata : Barangsiapa bertasawwuf tapi tidak berfiqih maka
dia telah kafir zindiq (pura-pura beriman), dan barangsiapa yang
berfiqih tapi tidak bertasawuf maka dia telah (berdosa) dan barangsiapa
yang mengumpulkan keduanya (fiqh dan tasawwuf) maka dia telah benar.
(Lihat kitab Iyqo-zhul Himam halaman 6).
Jadi Tasawwuf itu harus melalui Iman (akidah), Islam (syari’ah) dan
Ihsan (Hakikat). Atau amal Syari’ah, Thoriqoh dan Hakikah. Maka Syari’ah
adalah menyembah ALLAH, Thoriqoh adalah menuju ALLAH, dan Hakikah adalah
menyaksikan ALLAH. Atau Syari’ah itu untuk memperbaiki lahiriah,
Thoriqoh untuk memperbaiki bathiniah (hati), dan Hakikah untuk
memperbaiki Sir (Rahasia diri). Memperbaki anggota tubuh dengan 3
perkata : Taubat, Taqwa dan Istiqomah. Dan memperbaiki hati dengan 3
perkara : Ikhlas, jujur dan tenang. Dan memperbaiki Sir (Rahasia Diri)
dengan 3 perkara : Muroqobah (saling mengawasi antara diri dan ALLAH),
Musyahadah (saling menyaksikan antara diri dan ALLAH), dan Ma’rifah
(Mengenal ALLAH secara mutlak dan jelas).(Lihat kitab Iyqo-zhul Himam
halaman 11).

Harus melalui Ikhlas tingkat tertinggi (Khowwasul Khowwash). Dan ikhlas


itu ada 3 derajat : (1) Derajat Awam (umumnya manusia) (2) Khowwash (3)
Khowwasul Khowwash. Maka (1) ikhlasnya orang awam yaitu mengeluarkan
makhluk dari beribadah kepada ALLAH beserta mencari bagian-bagian dunia
dan akhirat. seperti menjaga badan, harta, keluasan rizki, perdagangan
dan yang indah dipandang (2) Ikhlasnya Khowwash adalah mencari bagian
akhirat tanpa mencari bagian dunia. (3) Dan ikhlasnya Khowwashul
Khowwash adalah mengeluarkan bagian-bagian semuanya (dunia dan akhirat).
Maka ibadah mereka adalah sebenar-benar penyembahan, dan melaksanakan
tugas-tugas dari ALLAH, atau cinta dan rindu melihat-Nya. Sebagaimana
dikatakan oleh Ibnul Faridh: “Bukanlah permintaanku berupa surga
jannatun na’im, hanya saja aku mencintai surga untuk melihat-Mu” (Lihat
kitab Iyqo-zhul Himam halaman 31-32).

TUJUAN HIKMAH

Tujuannya masalah duniawi seperti kekebalan, kesaktian, pengasihan,


jodoh, ramalan, pengobatan, kerejekian dan lain-lain

TUJUAN TASAWWUF

Tujuannya adalah Ma’rifatullah (mengenal ALLAH secara mutlak dan lebih


jelas)

KEKUATAN LUAR BIASA

Kekuatan luar biasa ilmu hikmah termasuk kekuatan luar biasa Hissiah
(panca indera/lahiriah) seperti berjalan di atas air, terbang di udara,
melipat bumi, menimbulkan air, menarik makanan, tampaknya kegaiban dan
lain-lain. Dan kekuatan luar biasa ahli tasawwuf adalah Hakikah /
Ma’nawiyyah (sebenar-benarnya karomah) yaitu istiqomahnya (kontinyu)
seorang hamba kepada Tuhannya dalam lahir dan bathin. Terbukanya hijab
dari hatinya sehingga mengenal jelas Tuhannya. menguasai dirinya dan
berbeda dengan hawa nafsunya, kuat yakinnya dan diamnya, tenang dengan
ALLAH. (Lihat kitab Iyqo-zhul Himam halaman 317).
Imam Ibnu ‘A-tho-illah berkata : Seringkali ALLAH memberi rizki karomah
(kekeramatan) pada orang yang tidak sempurna isqomahnya. (Lihat kitab
Iyqo-zhul Himam halaman 317).
Yang diambil pelajaran oleh Ahli Tahqiq (Ahli Tasawwuf sejati) adalah
jangan mencari karomah Hissiah ini dan jangan berpaling kepadanya.
Karena kadang tampak karomah Hissiah ini pada tangan orang yang tidak
sempurna istiqomahnya. Bahkan kadang tampak pada tangan orang yang tidak
ada istiqomah sama sekali, seperti para tukang sihir dan dukun. Dan
kadang tampak pada tangan-tangan Rahib (pendeta).Dan ini bukanlah
karomah tapi Istidroj. (Lihat kitab Iyqo-zhul Himam halaman 317).

Imam Abu Yazid Al Bustomi berkata : “Jika kamu melihat seseorang yang
diberikan karomah (kekeramatan) sehingga dia dapat terbang di udara maka
janganlah kamu tertipu dengannya sehingga kamu melihat bagaimana kamu
mendapatkan dia melaksanakan perintah dan menjauhi larangan, menjaga
batasan-batasan, dan melaksanakan syari’at” (Lihat kitab Risalah
Qusyayriyyah halaman 14 atau buku 40 Masalah Agama III halaman 38)

Sumber :

Kitab Iyqo-zhul Himam fii Syarhil Hikam cetakan dan terbitan Al Haromain, Jeddah karangan
Al ‘Arif Billah Ahmad bin Muhammad bin ‘Ajibah Al Husni dari http://sholih.multiply.co

Anda mungkin juga menyukai