Anda di halaman 1dari 13

MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT

DENGAN MENAMBAH KOLEKSI PERPUSTAKAAN

A. Pendahuluan

Pendidikan di era globalisasi ini menjadi kebutuhan pokok masyarakat, karena

pendidikan merupakan akar dari peradaban sebuah bangsa dan untuk membantu setiap

individu untuk menjawab tantangan kehidupan. Perpustakaan merupakan salah satu

sarana pembelajaran yang banyak dikunjungi individu yang ingin mendapatkan ilmu

pengetahuan lebih. Hal ini dilakukan, karena di perpustakaan berbagai sumber informasi

dan ilmu pengetahuan dapat diperoleh dengan mudah melalui koleksi buku, artikel,

majalah, jurnal, CD dan lain-lain. Semua sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang

tersedia di perpustakaan dapat berbentuk tulisan atau media elektronik.

Perpustakaan selalu identik dengan tempat yang menyediakan kumpulan buku-

buku (lama dan baru), artikel, majalah, CD yang tersusun rapi di rak dengan didukung

oleh ruangan yang luas, bersih, nyaman dan suasana tenang menjadi daya tarik tersendiri

bagi pembaca. Tapi pada kenyataannya, banyak perpustakaan yang tidak memenuhi

kriteria yang diharapkan para pembaca. Pembaca lebih menikmati pelayanan yang

diberikan dunia maya, seperti internet yang selalu menawarkan kemudahan dalam

memperoleh informasi dan menjadi sumber belajar yang instant.

Penulis menemukan beberapa masalah yang menjadi penyebab hilangnya minat

baca masyarakat di perpustakaan, salah satunya adalah kurangnya koleksi perpustakaan.

Masalah kurangnya koleksi di perpustakaan dapat disebabkan oleh beberapa hal,

diantaranya:

1
1. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap peran dan fungsi perpustakaan bagi

kemajuan pendidikan.

2. Kurangnya perhatian pustakawan pada tindakan pelayanan peminjaman dan

pengembalian koleksi perpustakaan.

3. Kurangnya tanggung jawab dan merasa tidak memiliki para konsumen (pembaca)

atas koleksi perpustakaan.

B. Pengertian, Peran dan Fungsi Perpustakaan

1. Pengertian perpustakaan

Perpustakaan sering diartikan sebagai sebuah ruangan atau gedung yang

digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang disimpan menurut tata

susunan tertentu dan tidak untuk dijual (Sulistyo:1991). Ada dua unsur utama dalam

perpustakaan, yaitu buku dan ruangan. Koleksi perpustakaan sekarang tidak hanya

terbatas pada buku-buku, tetapi juga berupa film, slide, atau lainnya yang berisikan

informasi keilmuan. Menurut Sugianto (1997), perpustakaan adalah suatu unit kerja

yang berupa tempat menyimpan koleksi bahan pustaka yang diatur secara sistematis

dan dapat digunakan oleh pemakainya sebagai sumber informasi.

RUU Perpustakaan pada Bab I pasal 1 menyatakan, perpustakaan adalah

institusi yang mengumpulkan pengetahuan tercetak dan terekam, mengelolanya

dengan cara khusus guna memenuhi kebutuhan intelektualitas para penggunanya

melalui beragam cara interaksi pengetahuan. Tujuan didirikan perpustakaan

khususnya di perguruan tinggi adalah untuk memberikan layanan informasi untuk

kegiatan belajar, penelitian dan pengabdian masyarakat dalam rangka melaksanakan

Tri Dharma Perguruan Tinggi (Wiranto dkk,1997). Secara umum dapat disimpulkan

2
bahwa pengertian perustakaan adalah suatu institusi unit kerja yang menyimpan

koleksi bahan pustaka secara sistematis dan mengelolanya dengan cara khusus

sebagai sumber informasi bagi pembaca.

Perkembangan perpustakaan sebagai sumber informasi, ilmu pengetahuan,

teknologi dan budaya telah menciptakan beberapa istilah seperti: pustakawan,

kepustakaan, ilmu perpustakaan dan kepustakawanan. Istilah-istilah perpustakaan

tersebut mengandung pengertian yang berbeda, yaitu:

a. Pustakawan: Orang yang bekerja di perpustakaan dan memiliki pendidikan

perpustakaan secara formal.

b. Kepustakaan: Bahan–bahan yang menjadi acuan dalam menyusun tulisan baik

berupa artikel, karangan, buku, laporan, dan sejenisnya.

c. Ilmu perpustakaan: Bidang ilmu yang mempelajari dan mengkaji hal–hal yang

berkaitan dengan perpustakaan, baik dari segi organisasi koleksi, penyebaran

dan pelestarian ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya serta jasa-jasa

lainnya kepada masyarakat.

d. Kepustakawanan: Hal–hal yang berkaitan dengan upaya penerapan ilmu

perpustakaan dan profesi kepustakawanan.

2. Peranan perpustakaan

Setiap perpustakaan dapat mempertahankan eksistensinya apabila dapat

menjalankan peranannya. Secara umum peranan perpustakaan adalah:

a. Sebagai media antara pembaca dengan sumber informasi pengetahuan.

b. Sebagai lembaga pengembangan minat dan budaya membaca.

c. Sebagai pembangkit kesadaran pentingnya belajar untuk diri pribadi.

3
d. Sebagai pengembang pembangunan dan kebudayaan manusia.

3. Fungsi perpustakaan

Pada umumnya perpustakaan memiliki fungsi sebagai:

a. Tempat penyimpanan, yaitu tempat menyimpan koleksi (informasi ilmu

pengetahuan).

b. Pusat informasi, yaitu menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh

pembaca.

c. Lembaga pendidikan, yaitu tempat yang menyediakan sarana untuk belajar

baik dilingkungan formal maupun non formal.

d. Tujuan rekreasi, karena masyarakat dapat menikmati rekreasi kultural dengan

membaca dan mengakses berbagai sumber informasi hiburan seperti: Novel,

cerita rakyat, puisi, dan sebagainya.

e. Pengembang kultural, yaitu untuk mendidik dan mengembangkan apresiasi

budaya masyarakat melalui berbagai aktifitas, seperti: pameran, pertunjukkan,

bedah buku, mendongeng, seminar dan sebagainya.

Perkembangan dan fungsi perpustakaan di Indonesia tidak selalu tercapai

dengan baik, karena ada beberapa hal yang sering menghambat perkembangan dan

fungsi perpustakaan. Hambatan-hambatan itu antara lain: Pertama, terbatasnya ruang

perpustakaan di samping letaknya yang kurang strategis. Banyak perpustakaan yang

hanya menempati ruang sempit, tanpa memperhatikan kesehatan dan kenyamanan

bagi pembaca. Karena pihak sekolah atau perguruan tinggi hanya menilai keberadaan

perpustakaan hanya sebagai pelengkap pada sebuah lembaga pendidikan. Kedua,

keterbatasan bahan pustaka, baik dalam hal jumlah, variasi maupun kualitas koleksi.

4
Keanekaragaman koleksi pada perpustakaan akan menambah semangat konsumen

untuk selalu datang dan membaca di perpustakaan. Selain untuk membaca, konsumen

juga dapat berekreasi bersama keluarga dengan menambah informasi penting dan

pengembangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Alasan utama kurangnya koleksi

perpustakaan adalah mahalnya harga bahan pustaka. Padahal anggaran untuk belanja

bahan pustaka setiap tahunnya selalu ada dari pemerintah, tapi jumlah bahan pustaka

tidak pernah bertambah. Ketiga, jumlah petugas perpustakaan (pustakawan) yang

masih sangat terbatas. Keempat, kurang promosi penggunaan perpustakaan oleh

pengelola perpustakaan menjadi menyebabkan utama tidak banyak siswa ataupun

mahasiswa yang mau memanfaatkan jasa layanan perpustakaan.

C. Pengembanganan Koleksi Perpustakaan

Sebuah paradigma baru menyimpulkan bahwa, salah satu kriteria penilaian

layanan perpustakaan yang bagus dapat dilihat dari kualitas koleksinya. Koleksi yang

dimaksud tentu saja mencakup berbagai format bahan sesuai dengan perkembangan

dan kebutuhan alternatif para pemakai perpustakaan (Ade Kohar,2003). Setiap

perpustakaan boleh mempunyai visi yang berbeda, tapi perpustakaan dinyatakan

berhasil bila banyak digunakan oleh komunitasnya. Pemenuhan koleksi perpustakaan

yang selalu disesuaikan dengan kebutuhan pembaca menjadi syarat utama untuk

menarik minat masyarakat untuk mengunjungi perpustakaan. Hal ini menjadi tugas

pustakawan, selain memberikan pelayanan peminjaman dan pengembalian koleksi.

Pustakawan harus melakukan evaluasi koleksi perpustakaan tempatnya

bekerja secara periodik dan sistematik untuk memastikan koleksinya mengikuti

perubahan dan perkembangan kebutuhan komunitas pembaca yang dilayani. Menurut

5
ALA Glossary of Library and Information Science (1983), pengembangan koleksi

perpustakaan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan penentuan dan koordinasi

kebijakan seleksi, menilai kebutuhan pemakai, studi pemakaian koleksi, evaluasi

koleksi, identifikasi kebutuhan koleksi, seleksi bahan pustaka, perencanaan kerjasama

sumberdaya koleksi, pemeliharaan koleksi dan penyiangan koleksi perpustakaan.

Pada awal tahun 1970-an, pengembangan koleksi perpustakaan merupakan

istilah yang mempunyai konotasi lebih luas daripada seleksi buku dan pengadaan

bahan pustaka. Hal ini mengacu pada pengetahuan untuk mengadakan koleksi

perpustakaan yang meliputi seleksi bahan pustaka yang harus ditambahkan secara

cermat dan pengadaan fisik bahan pustaka. Pengembangan koleksi, seleksi dan

pengadaan menjadi istilah-istilah yang saling melengkapi. Pada prinsipnya

pengembangan koleksi suatu perpustakaan memerlukan waktu yang

berkesinambungan dan dana yang sudah dianggarkan setiap tahun. Karena, koleksi

yang cukup dan imbang bagi kebutuhan pemakai perpustakaan tidak bisa diciptakan

dalam waktu sekejap, tapi harus didukung oleh kegiatan perencanaan yang teratur dan

terus menerus.

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan koleksi

perpustakaan terutama perpustakaan di perguruan tinggi, antara lain ukuran koleksi

dan perimbangan koleksi itu sendiri. Ukuran koleksi meliputi : kondisi dan kualitas

kolesi; kuantitas pemakai; jumlah bidang studi; metode pengajaran; dan jumlah strata

pendidikan di perguruan tinggi yang meliputi S1, S2, dan S3 akan memerlukan

koleksi perpustakaan yang lebih banyak dibandingkan dengan perguruan tinggi yang

hanya melayani satu strata saja. Disamping ukuran koleksi, perimbangan koleksi juga

6
harus dipertimbangkan. Perimbangan meliputi subjek atau bidang ilmu yang dicakup

bahan pustaka di dalam koleksi perpustakaan. Untuk menentukan perimbangannya

bisa berdasarkan perbandingan antar jumlah individu kelompok pemakai yang

dilayani dan pemakaian koleksi perpustakaan itu sendiri. Jumlah koleksi suatu bidang

subjek akan berbanding lurus dengan jumlah individu kelompok pemakai yang

dilayani di bidang subjek tersebut.

Sulistyo menjelaskan, pengembangan koleksi perpustakaan harus dilakukan

oleh orang yang menguasai subjek dan mengetahui buku serta kebutuhan pembaca.

Pengembang koleksi perpustakaan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Menguasai sarana bibliografis yang tersedia, paham akan dunia penerbitan

khususnya mengenai penerbit, spesialisasi para penerbit, kelemahan mereka,

standar, hasil terbitan yang ada selama ini.

2. Mengetahui latar belakang para pengguna perpustakaan, misalnya siapa

saja yang menjadi anggota, kebiasaan membaca anggota, minat dan penelitian

yang sedang dan telah dilakukan, berapa banyak mereka menggunakan

perpustakaan.

3. Memahami kebutuhan pengguna perpustakaan.

4. Bersikap netral, menguasai informasi dan mampu menilai kesempurnaan

buku

5. Pengetahuan mendalam mengenai koleksi perpustakaan.

Pengembangan koleksi perpustakaan dengan cara evaluasi koleksi dilakukan

untuk beberapa alasan, seperti:

7
a. Untuk mengembangkan program pengadaan yang cerdas dan realistis

berdasarkan pada data koleksi yang sudah ada.

b. Untuk menjadi bahan pertimbangan pengajuan anggaran untuk pengadaan

koleksi berikutnya.

c. Untuk menambah pengetahuan staf pengembangan koleksi terhadap

keadaan koleksi.

George Bonn (2000) menjelaskan, ada lima pendekatan umum yang dapat

dilakukan dalam evaluasi koleksi perpustakaan yaitu:

a. Melakukan pengumpulan data statistik semua koleksi yang dimiliki.

b. Melakukan pengecekan pada daftar standar seperti katalog dan bibliografi.

c. Mengumpulkan pendapat dari pengguna yang biasa datang ke perpustakaan.

d. Memeriksa koleksi perpustakaan secara langsung.

e. Menerapkan standar pembuatan daftar kemampuan perpustakaan dalam

penyampaian dokumen dan pencatatan manfaat relatif dari kelompok khusus.

Pedoman untuk mengevaluasi koleksi perpustakaan yang dikeluarkan oleh

American Library Association (ALA's Guide to the Evaluation of Library

Collections) membagi metode kedalam ukuran-ukuran terpusat pada koleksi dan

ukuran-ukuran terpusat pada penggunaan. Metode pengembangan koleksi tersebut

difokuskan untuk sumber daya tercetak, tetapi ada unsur-unsur yang dapat digunakan

dalam evaluasi sumber daya elektronik. Adapun metode itu adalah:

1.Metode Terpusat pada Koleksi

Pada metode ini terdapat beberapa cara untuk melakukan evaluasi koleksi, yaitu:

a. Pencocokan terhadap daftar tertentu, bibliografi, atau katalog.

8
b. Penilaian dari pakar perpustakaan.

c. Perbandingan data statistik.

d. Perbandingan pada berbagai standar koleksi

2. Metode Terpusat pada Penggunaan

Pada metode ini terdapat beberapa cara untuk melakukan evaluasi koleksi, yaitu:

a. Melakukan kajian sirkulasi.

b. Meminta pendapat pengguna.

c. Menganalisis statistik pinjam antar perpustakaan.

d. Melakukan kajian sitiran.

e. Melakukan kajian penggunaan di tempat (ruang baca).

f. Memeriksa ketersediaan koleksi di rak.

3. Metode Terpusat pada Koleksi Pencocokan pada Daftar

Metode dengan menggunakan daftar pencocokan (checklist) merupakan cara

lama yang telah digunakan oleh para pelaku evaluasi. Pustakawan melakukan

evaluasi koleksi dengan mencocokkan koleksi yang dimiliki dengan bibliografi yang

standar. Evaluasi koleksi menggunakan bibiografi sebagai daftar pencocokan

dilakukan pertama kali pada tahun 1933 oleh pustakawan di perpustakaan University

of Chicago. Pada saat itu mereka menggunakan 300 bibliografi untuk mencocokkan

seluruh koleksi yang ada di perpustakaan dalam rangka penentuan kebutuhan

pengguna di masa depan.

Ada beberapa kelemahan dalam teknik pencocokan pada daftar untuk evaluasi

koleksi, yaitu:

a. Pemilihan judul untuk penggunaan yang khusus, tidak berlaku umum.

9
b. Hampir semua daftar selektif dan bisa saja mengabaikan banyak judul-judul

publikasi yang bermutu.

c. Banyak judul yang tidak sesuai untuk sebuah komunitas perpustakaan yang

khusus.

d. Daftar-daftar itu mungkin saja sudah kedaluwarsa.

e. Sebuah perpustakaan mungkin saja mempunyai banyak judul yang tidak

tercantum pada daftar pencocokan, namun publikasi itu sarna baiknya dengan

yang ada di daftar.

f. Daftar pencocokan tidak memasukkan materi yang khusus yang sangat

penting bagi sebuah perpustakaan tertentu.

Kelemahan teknik pencocokan pada daftar untuk evaluasi koleksi masih terus

didiskusikan, namun tetap saja teknik ini bermanfaat bagi perpustakaan dalam

mengevaluasi koleksi.

4. Penilaian Pakar Perpustakaan

Metode ini tergantung pada keahlian seseorang untuk melakukan penilaian

dan penguasaan terhadap subjek yang dinilai. Metode ini berfokus pada penilaian

terhadap kualitas seperti kedalaman koleksi, kegunaannya terkait dengan kurikulum

atau penelitian, serta kekurangan dan kekuatan koleksi.

5. Perbandingan Data Statistik Perpustakaan

Perbandingan diantara institusi bermanfaat untuk data evaluasi. Namun, ada

keterbatasan disebabkan oleh perbedaan institusional dalam tujuan, program-

program, dan populasi yang dilayani. Sebagai contoh, perpustakaan yang ada di

sebuah sekolah tinggi untuk bidang ilmu tertentu, misalkan ilmu ekonomi, tentunya

10
berbeda dengan perpustakaan yang ada di sebuah universitas yang mempunyai

banyak fakultas dengan berbagai bidang ilmu.

6. Meminta Pendapat Pengguna

Survei untuk mendapatkan data persepsi pengguna tentang kecukupan koleksi

baik secara kualitatif maupun kuantitatif merupakan salah satu data yang sangat

berguna dalam program evaluasi koleksi. Tapi, perlu diperhatikan keobjektifan dari

pengguna dalam menilai kecukupan koleksi dalam memenuhi kebutuhannya.

Penentuan responden secara acak tentunya akan memasukkan semua unsur dalam

populasi pengguna, termasuk pengguna potensial (belum menjadi pengguna).

7. Menganalisis Statistik Pinjam Antar Perpustakaan

Pustakawan pengembangan koleksi juga harus secara berkala memeriksa data

pinjam antar perpustakaan, bila pelayanan itu ada. Bila ada buku atau jurnal yang

tidak dimiliki perpustakaan, tetapi sering diminta melalui pinjam antar perpustakaan

berarti buku atau jurnal itu mempunyai peminat yang tinggi, sehingga sewajarnya bila

buku atau jurnal itu dimiliki oleh perpustakaan.

8. Melakukan Kajian Penggunaan Di Tempat (Ruang Baca)

Melengkapi data yang diperoleh pada kajian sirkulasi, kajian terhadap buku

dan jurnal yang dibaca di tempat/ruang baca perlu dilakukan. Kajian dapat dilakukan

dengan menghitung buku dan jurnal yang ada di meja baca setelah selesai dibaca

pengguna pada kurun waktu tertentu. Idealnya buku dan jurnal yang telah selesai

dibaca itu dihitung seluruhnya sepanjang tahun. Namun pelaksanaan penghitungan itu

akan menghabiskan waktu dan tenaga pustakawan. Oleh karena itu penghitungan

11
dilakukan dengan pengambilan contoh pada waktu-waktu tertentu dan sepanjang

kurun waktu tertentu pula.

9. Memeriksa Ketersediaan Koleksi di Rak

Pustakawan perlu melakukan pengumpulan data mengenai ketersediaan

koleksi di rak pada kurun waktu tertentu. Maksud dari pengumpulan data ini untuk

mengetahui seberapa tinggi bahan pustaka yang dicari pengguna tersedia di rak

koleksi. Bila persentase penemuan tinggi, bisa berarti bahwa koleksi sudah sesuai

dengan kebutuhan pengguna. Bila persentase ketidaktersediaan bahan pustaka yang

dilerai tinggi, ada dua kemugkinannya. Pertama, bahan pustaka itu dimiliki oleh

perpustakaan tetapi sedang dipinjam atau dibaca oleh pengguna lain, artinya

perpustakaan perlu menambah duplikat bahan pustaka itu. Kedua, bahan pustaka yang

dicari memang tidak dimiliki perpustakaan.

10. Evaluasi Terbitan Berkala

Proses evaluasi pada terbitan berkala mencakup:

a) Kegiatan melanjutkan atau menghentikan langganan terhadap sebuah judul

terbitan berkala..

b) Kegiatan menambah waktu langganan untuk judul terbitan berkala yang

belum dimiliki.

D. Kesimpulan

Pengembangan koleksi perpustakaan Sangay penting untuk diperhatikan

untuk mencapai tujuan pendirian perpustakaan. Analisis dan evaluasi koleksi perlu

dilakukan untuk menilai keberhasilan pustakawan dalam mengembangkan koleksi

12
perpustakaan. Evaluasi koleksi adalah kegiatan menilai koleksi perpustakaan baik

dari segi ketersediaan koleksi itu bagi pengguna maupun pemanfaatan koleksi itu oleh

pengguna. Pedoman untuk mengevaluasi koleksi perpustakaan yang dikeluarkan oleh

American Library Association membagi metode kedalarn ukuran-ukuran terpusat

pada koleksi dan ukuran-ukuran terpusat pada penggunaan. Dalam setiap kategori ada

sejumlah metode evaluasi khusus. Perpustakaan perlu melakukan evaluasi koleksi

secara periodik dan sistematik untuk memastikan koleksi yang dimiliki terus

mengikuti perubahan yang terjadi dan perkembangan kebutuhan dari komunitas yang

dilayani. Koleksi perpustakaan ini dapat dibangun dan dipelihara dengan baik melalui

kegiatan pengembangan koleksi yang terencana dan dilakukan secara sistematis.

Keberhasilan dalam pengembangan koleksi akan menambah minat baca siswa,

mahasiswa dan masyarakat umum, sehingga pengunjung perpustakaan akan semakin

bertambah dari tahun ke tahun.

E. Daftar Pustaka

Muchyidin, Suherlan Mihardja dan Iwa D Sasmita, 2008, Perpustakaan, Bandung:


PT Puri Pustaka 2008

Nurhadi, 1979, Perpustakaan Tertua di Indonesia, Jakarta: Ikatan Pustakawan


Indonesia

Sinaga, Dian, 2007, Mengelola Perpustakaan Sekolah, Jakarta: Kreasi Media Utama

Soleh, Abdul Rahman, 1980, Sejarah Perpustakaan Indonesia, Jakarta: Ikatan


Pustakawan Indonesia

Sulistyo, Basuki, 1994, Periodisasi Perpustakaan Indonesia, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Tjoen, Mohamad Joesoef dan S. Pardede, 1966, Perpustakaan di Indonesia dari


Zaman ke Zaman, Jakarta: Departemen P.D dan K

13

Anda mungkin juga menyukai