Anda di halaman 1dari 3

MIFEE BERKAH ATAU KUTUK DIJAWAB OLEH PARA PEMIMPIN

Oleh : Arnold Pakage

MIFEE (Merauke Integrated Food and Energy


Estate) Berkah atau kutuk yang selama ini menjadi
pertanyaan Masyarakat Papua ,ditanggapi oleh
Gubernur Papua Barnabas Suebu dalam pidato
pelantikan Bapak Drs. Romanus Mbaraka, MT
dilantik sebagai Bupati kabupaten Merauke dan
Bapak Sonaryo, S.Sos dilantik pada tanggal 08-
januari-2011 yang lalu ,untuk periode 2010-2015.
MIFEE yang akan mengarap hutan dan kebun
masyarakat Merauke seluas 2,5 juta hektar dengan
perusahaan yang telah beroperasi aktif sampai dengan  tahun 2010 berjumlah dengan 13
Perusahaan   dengan sebesar investasi  sebesar Rp. 18.186.715.000.000;-. Dari 13 Perusahaan
tersebut, 10 memakai jalur Penanaman Modal Asing (PMA), sedangkan sisanya memakai jalur
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Dalam pidato Barnabas Suebu menyatakan “MIFEE akan berjalan dan harus masuk” kita tidak
boleh kuatir tentang isue-isue apakah dengan masuknya MIFEE Masyarakat asli akan
tersingkir karena semua akan didorong dengan pelatihan –pelatihan,dan pengembangan SDM
“Gubernur Provinsi Papua , Barnabas Suebu juga menegaskan pentingnya persatuan dan
perdamaian, serta meminta pasangan kepala daerah terpilih untuk tetap komitmen pada
kepentingan masyarakat.

Pidato yang dibawah oleh Gubernur ini sangat bertentangan dengan solidaritas Orang Papua
Tolak MIFEE (SORPATOM).

SORPATOM menilai, mega Proyek MIFEE di tanah datar Merauke itu akan merusak kelestarian hutan
dan tatanan masyarakat adat Marind, selaku pemilik ulayat. “ Kita tetap menolak proyek  MIFEE. Lahan
itu bukan tak bertuan,” kata Thomas Tonggap, Juru Bicara  SORPATOM.

Apakah pidato Gubernur tersebut akan diterima dan dijalankan dalam program, Bupati dan
wakil Bupati terlantik terlantik,karena MIFEE (Merauke Integrated Food and Energy Estate)
tersebut pernah menjadi isi kampanye pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Merauke periode 2010-
2015, yaitu Daniel Walinaulik dan Omah Laduani Ladamay .

Bupati Merauke yang di muat oleh media Jubi online tanggal 01/31, Romanus Mbaraka menegaskan,
masyarakat yang menghuni Bumi Anim Ha, tidak boleh menjadi penonton ketika ada investor yang
hendak masuk. Luas lahan yang ada, mereka harus kelola secara sendiri-sendiri dengan dilengkapi
peralatan seperti parang, sekop dan fasilitas pertanian lain yang mendukung.
Penegasan itu disampaikan Bupati Romanus ketika bertatap muka dengan para wartawan media cetak
dan elektronik di ruang kerjanya, Sabtu (29/1). “Saya telah bertemu dengan Dirjen Infrastruktur
Pertanian di Jakarta beberapa waktu lalu dan menyampaikan konsep jika akan dibangun bengkel
kampung di setiap tempat,” katanya.

Jika bengkel sudah jalan, jelas Bupati Rimanus, diberikan Kubota traktor untuk bisa membajak areal
persawahan 6-8  hektar. Disamping itu akan dibarengi dengan pemberian bantuan sapi dua ekor bagi
para petani. Dari pada harus mendatangkan hand traktor dan ketika satu atau dua kali digunakan,
langsung mengalami kerusakan. Alangkah lebih baik jika petani dibantu sapi  agar bisa membantu masuk
ke sawah.
Bupati menambahkan, setelah  38 ribu hektar lahan  dioptimalkan dengan membangun bengkel dari
dana Rp 1 milyar untuk tiap kampung, baru sisa lahan didorong dengan pendekatan investasi. Sehingga
total sesuai dengan  desain dari pusat  1,2 juta hektar bisa dijalankan.
“Saya juga minta agar penguatan terhadap lembaga pertanian harus menjadi guru dan tidak terkesan
membangun disana sini. Kita juga memfokuskan kepada para penyuluh. Untuk itu, mereka yang menjadi
penyuluh, harus mati hidup bermasa para petani mendampingi mereka dalam melaksanakan aktivitas
sehati-hari di sawah,” pintanya.

Bupati Merauke harus berpikir dengan jelih dengan mempertimbangkan aset-aset budaya merauke
apakah dengan datangnya MIFEE dan Masyarakat asli merauke menjadi pengerak utama dalam
pertanian dan apakah makanan-makanan tradisonal akan tetap dilestarikan dan bisa bersaing dengan
komodoti yang dihasilkan oleh proyek MIFEE tersebut.

Dampak perubahan entah baik dan buruknya proyek MIFEE ini akan dirasakan oleh seluruh masyarakat
yang ada di Papua meski MIFEE (Merauke Integrated Food and Energy Estate) itu sebagai lumbung
pangan dunia.

Pergeseran fungsi wilaya mulai nampak pulau jawa yang dulu dikenal sebagai tempat komuditi lumbung
padi kini mulai digusur dan disulap menjadi perumahan-perumahan elit dan Papua yang dulu dikenal
sebagi Paru-paru dunia kini akan disulap menjadi hamparan perkebunan .

Suatu kendala yang harus dipikirkan oleh masyarakat kota merauke yaitu hak untuk tinggal ,jika lahan
seluas2,49 juta hektar ini menjadi daerah perkebunan di kota merauke sedangkan luas kota
merauke sindiri yakni 45.075 Km2 dimana lagi tempat untuk orang asli merauke akan beranak cucu
dan di mana tempat untuk bercocok tanam makanan asli setempat sedangkan menurut mantan Bupati
Merauke Johanes Gluba Gebze proyek MIFEE ini akan berjalan masa kontrak selama 30 tahun.

Tiga puluh tahun ini merupakan ancaman bagi Papua ,Menurut Septer J. Manufandu, Sekretaris
Eksekutif Foker LSM Papua bahwa “Program Merauke Integrated Food dan Energy Estate (MIFEE)
merupakan ancaman baru kerusakan hutan dan terjadi marjinalisasi hak-hak masyarakat adat Marind”
tegasnya.
Sedangkan menurut penelitian Direktur Serikat Keadilan dan Perdamaiaan (SKP) Merauke, Pastor Decky
Ogi MSC telah mempersentasekan hasil penilitiaanya menyatakan bahwa dampak dari pada kehadiran
MIFEE sudah tentu akan merugiakan masyarakat adat setempat

Pandangan untuk melihat berkah atau kutuk MIFEE bagi masyarakat asli tentunya berbeda-beda Para
pemimpin dan para investor akan melihatnya lebih pada hasil keuntungan yang didapatkan sedangkan
LSM-LSM yang berbicara akan menekankan hak-hak masyarakat asli setempat.

Upaya yang dikerjakan oleh Bupati Merauke Rumanus sangatlah bertolak belakang dengan pola
kehidupan Masyarakat Papua sekarang orang Papua saja sudah tidak mau kerja dikebun-kebun mereka
mulai lupa dengan berkebun semua sibuk dengan pemekaran-pemekaran,paling yang mau kerja
dikebun-kebun itu orang-orang tua kita namun itupun tidak seberapa jumlah mereka sedikit untuk
mengarap sawah seluas 1,2 juta hektar ,kita yang muda-muda hampir semua sekolah dan ada juga yang
sudah sarjana coba saja tanya ke kita semua siapa dari antara kita yang sudah sarjana dan mau kerja
diladang semua akan jawab tidak ,maka MIFEE itu akan membuka lapangan kerja bagi orang luar Papua
tegas Ony Ndiken Mahasiswa Jakarta asal kota Merauke.

Orang Papua akan menjadi kelas buruh ditanahnya sendiri dan cerita tentang ayam mati kelaparan di
lumbung padi bisalah terjadi,peranan executive akan dipegang oleh pendatang .

Dengan masuknya MIFEE kita yang utama dijawab oleh para pemimpin adalah ,apakah komoditi utama
padi yang akan dijadikan beras bisa memnuhi kebtuhan sehari-hari Masyarakat Marind dan Muyu
sebab lahan-lahan makanan yang telah disiapkan oleh alam akan digusur.

Dalam beberapa bulan yang lalu ada berita yang menyedihkan yang dilipit oleh pada Senin, 07 Juni 2010
16:10 WIB (ANTARA News) - Gagal panen dan gagal tanam karena curah hujan rendah mengakibatkan
1,6 juta penduduk di 481 desa dari 201 kecamatan pada 20 kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur
terancam kelaparan tahun ini.

komoditas pangan yang gagal yaitu padi 25.205 hektar, jagung 61.171 hektar, kacang-kacangan 5.492
hektar dan umbi-umbian 2.526 hektar lebih. Total luas lahan untuk tanaman pangan yang gagal panen
mencapai 94.395 hektar lebih.
Gagal panen ini mengancam 333.018 keluarga atau 1.624.457 orang dari jumlah penduduk di provinsi
NTT.

30 Tahun untuk masa kerja Proyek MIFEE ini merupakan waktu yang sangat panjang dan tentunya
pemerintah Papua sendiri sedang membka pintu kepunahan Masyarakat pribumi Papua yang dimana
sekarang Masyarakat Papua sedang dalam perjalanan untuk punah.

Anda mungkin juga menyukai