Anda di halaman 1dari 2

OTONOMI KHUSUS BUKAN PENYELESAIAN PERSOALAN PAPUA.

Oleh : Arnold Pakage

Otonomi khusus gagal dan MRP harus dibubarkan ,Deparrtatemen dalam Negrilah yang
harus bertangung jawab atas persoalan yang selama ini terjadi di Papua .

Bola permainan politik Jakarta vs Papua dipolitisi oleh Departemen dalam Negri meski
solusi otonomi Khusus sudah hampir menutup tujuan utama kunjungan DPP dalam
tim seratus, pada tahun 2000 yang lalu, Dari sudut pandang pemerintah pusat
persoalan Papua yang terjadi sejak tahun 1962 sampai tahun 2000 harus diselesaikan
degan jalan otonomi khusus.

Untuk mendukung berjalanannya otonomi khusus di Papua pemerintah Indonesia


membuat uu otonomi khusus no 21 tahun 2000.,dengan diberlakukannya otonomi
khusus bagi Papua, pemerintah Indonesia pembentuk MRP (Majelis Rakyat Papua) yang
didukung dengan uu otonomi khusus pasal 5 .

MRP mempunyai wewenang tertentu dalam rangka perlindungan hak-hak


orang asli Papua dengan berlandaskan pada penghormatan terhadap adat dan
budaya.

MRP adalah anak dari Otonomi Khusus namun menurut Ketua Majelis Rakyat Papua
(MRP) Drs. Agus Alue Alua,M.Th mengatakan, sejak Otonomi Khusus diberlakukan dan
melahirkan MRP, dalam kurun waktu lima tahun terakhir, dirinya merasa MRP ibarat
seorang bayi yang lahir di hutan belantara tanpa arah tujuan yang jelas. “Pasalnya
sejak dibentuknya MRP, belum ada satu Perdasus yang telah dibentuk oleh pemerintah
sebagai pegangan bagi MRP dalam menjalankan tugas sebagai MRP.

Bola-bola permaianan Departemen Dalam Negri terus dimaikan dengan keluarnya SK


DEPDGRI no 13 tahun 2011,berbunyi MRP tidak harus hanya Orang Papua.

Entah dengan alasan apa DEPDAGRI mengeluarkan SK no 13 ini meski tugas dan
wewenang MRP jilid satupun tidak diakui oleh Pemerintah pusat..hampir sepuluh tahun
OTSUS hadir di Papua namun OTSUS tidak membawa perubahan baik secara
Insfastruktur dan Penciptaan sumberdaya Manusia.

Otonomi Khusus diberikan oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 2000,sebab Rakyat
Papua meminta diberlakukannya Referendum ulang .

Namun sebaliknya pemerintah Indonesia memberikan Otonomi Khusus kepada Papua


,pola Otonomi khusus sendiri sangat bertentangan dengan tujuan utama tuntutan
Masyarakat Papua ,sebab OTSUS hanya bisa diberlakukan Pada satu wilayah melalui
pengesahan sebuah Undang-undang,Ibaratnya uu OTSUS no 21 tahun 2000.

Dalam hukum internasional, otonomi Khusus diartikan sebagian dari satu wilayah
negara diberikan kewenangan untuk mengatur urusannya sendiri yang dalam beberapa
hak dengan cara mengesahkan suatu undang-undang tanpa diikuti pembentukan satu
bangunan kenegaraan yang baru.

Papua bukan Negara serikat dari Indonesia maka upaya penyelesaian maslah di Papua
sejak tahun 1962 sampai saat ini tidak bisa diselesaikan dengan jalan OTSUS,pasalnya
Otonomi Khusus hanya bisa diberlakukan hanya untuk Negara yang Serikat.

Karena persoalan Papua begitu panjang ditambah dengan solusi OTSUS yang menjadi
pemicu persoalan Papua maka Masyarakat Papua meminta agar pemerintah Indonesia
membuka ruang Dialong yang dimediasi oleh pihak ketiga antara Masyarakat Papua
dengan pemerintah Indonesia sebab Proses dialong menurut Pator Neles Tebay adalah
suatu cara yang terbaik sebab dialong adalah penyelesaian suatu maslah dengan cara
musyawara ,maka hasil musyawara adalah keptusan yang mutlak, tidak ada yang kala
dan tidak ada yang menang .

Anda mungkin juga menyukai