DAFTAR ISI
Cover ………………………………………………………………………………………………1
Reaksi pengendapan (precipitation reaction) ialah reaksi dimana terdapat suatu produk hasil
reaksi yang berupa padatan. Endapan (precipitate) adalah padatan tak terlarut yang terpisah dari
larutan. Endapan mungkin berupa Kristal atau koloid dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan
penyaringan atau pemusingan (centrifuge).
1.2.1. Kelarutan
Ciri khas kelarutan dari senyawa-senyawa ionik dalam Air pada suhu 25 0C :
1. Semua senyawa logam alkali (golongan 1 A) dapat larut.
sulfat (AgSO4) sedikit larut. Barium sulfat (BaSO 4), Merkuri (II) sulfat (HgSO4)
dan timbale (II) sulfat (PbSO4) tidak dapat larut.
Berikut ini adalah beberapa tahap untuk merangkum cara penulisan persamaan ionic
dan persamaan ionik total :
Asam menghasilkan ion hidrogen dalam larutan karena asam bereaksi dengan molekul
air melalui pemberian sebuah proton pada molekul air.Ketika gas hidrogen klorida
dilarutkan dalam air untuk menghasilkan asam hidroklorida, molekul hidrogen klorida
memberikan sebuah proton (sebuah ion hidrogen) ke molekul air. Ikatan koordinasi
(kovalen dativ) terbentuk antara satu pasangan mandiri pada oksigen dan hidrogen dari
HCl. Menghasilkan ion hidroksonium, H3O+.
Ketika asam yang terdapat dalam larutan bereaksi dengan basa, yang berfungsi sebagai
asam sebenarnya adalah ion hidroksonium. Sebagai contoh, proton ditransferkan dari
ion hidroksonium ke ion hidroksida untuk mendapatkan air.
Tampilan elektron terluar, tetapi mengabaikan elektron pada bagian yang lebih dalam:
Adalah sesuatu hal yang penting untuk mengatakan bahwa meskipun anda berbicara
tentang ion hidrogen dalam suatu larutan, H+(aq), sebenarnya anda sedang
membicarakan ion hidroksonium.
Pasangan konjugasi
Ketika hidrogen klorida dilarutkan dalam air, hampir 100% hidrogen klorida bereaksi
dengan air menghasilkan ion hidroksonium dan ion klorida. Hidrogen klorida adalah
asam kuat, dan kita cenderung menuliskannya dalam reaksi satu arah:
Akan tetapi ada juga reaksi kebalikan antara ion hidroksonium dan ion A-:
H3O+ adalah asam karena H3O+ mendonasikan sebuah proton (ion hidrogen) ke
ion A-.
Ion A- adalah basa karena A- menerima sebuah proton dari H3O+.
Reaksi reversibel mengandung dua asam dan dua basa. Kita dapat menganggapnya
berpasangan, yang disebut pasangan konjugasi.
Ketika asam, HA, kehilangan sebuah proton asam tersebut membentuk sebuah basa A -.
Ketika sebuah basa, A-, menerima kembali sebuah proton, basa tersebut kembali
berubah bentuk menjadi asam, HA. Keduanya adalah pasangan konjugasi.
Berikut ini adalah reaksi antara amonia dan air yang telah kita lihat sebelumnya:
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah forward reaction terlebih dahulu. Amonia
adalah basa karena amonia menerima ion hidrogen dari air. Ion amonium adalah asam
konjugasinya – ion amonium dapat melepaskan kembali ion hidrogen tersebut untuk
membentuk kembali amonia.
Air berlaku sebagai asam, dan basa konjugasinya adalah ion hidroksida. Ion hidroksida
dapat menerima ion hidrogen untuk membentuk air kembali.
Perhatikanlah hal ini pada tinjauan yang lain, ion amonium adalah asam, dan amonia
adalah basa konjugasinya. Ion hidroksida adalah basa dan air adalah asam
konjugasinya.
Salah satu dari dua contoh di atas, air berperilaku sebagai basa, tetapi di lain pihak air
berperilaku sebagai asam.
Suatu zat yang dapat berperilaku baik sebagai asam atau sebagai basa digambarkan
sebagai amfoter.
BF3 berperilaku sebagai asam Lewis melalui penerimaan pasangan elektron mandiri
milik nitrogen dan NH3 berperilaku sebagai basa Lewis karena member donor PEB pada
BF3.
Redoks (singkatan dari reaksi reduksi/oksidasi) adalah istilah yang menjelaskan berubahnya
bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom dalam sebuah reaksi kimia.
Hal ini dapat berupa proses redoks yang sederhana seperti oksidasi karbon yang menghasilkan
karbon dioksida, atau reduksi karbon oleh hidrogen menghasilkan metana(CH4), ataupun ia
dapat berupa proses yang kompleks seperti oksidasi gula pada tubuh manusia melalui rentetan
transfer elektron yang rumit.
Istilah redoks berasal dari dua konsep, yaitu reduksi dan oksidasi. Ia dapat dijelaskan dengan
mudah sebagai berikut:
Walaupun cukup tepat untuk digunakan dalam berbagai tujuan, penjelasan di atas tidaklah persis
benar. Oksidasi dan reduksi tepatnya merujuk pada perubahan bilangan oksidasi karena transfer
elektron yang sebenarnya tidak akan selalu terjadi. Sehingga oksidasi lebih baik didefinisikan
sebagai peningkatan bilangan oksidasi, dan reduksi sebagai penurunan bilangan oksidasi. Dalam
prakteknya, transfer elektron akan selalu mengubah bilangan oksidasi, namun terdapat banyak
reaksi yang diklasifikasikan sebagai "redoks" walaupun tidak ada transfer elektron dalam reaksi
tersebut (misalnya yang melibatkan ikatan kovalen).
1) Atom dalam unsur atau molekul bebas mempunyai biloks sama dengan nol.
2) Atom O mempunyai biloks = -2, kecuali:
a. Dalam senyawa OF2, biloks O = +2
b. Dalam peroksida H2O2 dan Na2O2, biloks O = -1
c. Dalam superoksida KO2, biloks O = -1/2
3) Atom H umumnya memiliki biloks = +1, kecuali dalam senyawa hidrida NaH
dan BaH2, biloks H = -1
4) Atom F dalam senyawanya selalu memiliki biloks = -1
5) Atom logam alkali (IA) dan alkali tanah (IIA) mempunyai biloks dalam
senyawanya masing-masing +1 dan +2
6) Atom halogen dlam senyawa biner (KI, MgBr2 dan NaCl) mempunyai biloks =-1
7) Atom-atom unsur logam dalam senyawanya mempunyai biloks sama dengan
valensinya. Contohnya, Fe dalam FeCl3 = +3 dan AgNO3 = +1
8) Jumlah biloks seluruh atom dalam molekul netral sama dengan nol
9) Jumlah biloks seluruh atom dalam ion sama dengan muatannya. Contohnya,
jumlah biloks Cr dan O dalam CrO42- adalah -2
1.4.2. Oksidasi
Reaksi antara suatu zat dengan oksigen
Peristiwa pelepasan elektron
Peristiwa kenaikkan bilangan oksidasi
1.4.3. Reduksi
1.4.5. Reduktor
Konsentrasi larutan adalah jumlah zat terlarut yang terdapat didalam sejumlah tertentu
pelarut atau larutan. Konsentrasi larutan pada umumnya dapat dinyatakan dalam satuan
Molaritas (Molarity)(M) atau konsentrasi molar, yaitu jumlah mol suatu zat terlarut dalam 1 liter
pelarut.
Konsentrasi merupakan sifat intensif suatu zat karena jumlahnya tidak bergantung pada
berapa banyak larutan yang ada.
Contoh soal :
Berapakah molaritas 9.8 gram H2SO4 (Mr= 98) dalam 250 ml larutan ?
gr 1000
Molaritas= × , maka …
mr v (ml)
9.8 gr 1000
M H 2 SO 4= ×
98 gr /mol 250 ml
M H 2 SO 4=0.4 M
jumla h gramterlarut n
n= dan M= n=M × V
mr Volume Pelarut
n awal=n akhir
Mawal × Vawal=Makhir ×Vakhir
Contoh soal :
Dilaboratorum siswa akan membuat suatu larutan asam sulfat (H 2SO4) 0,12 M sebanyak 1
Liter dari larutan asam sulfat 6 M. Berapa banyak larutan asam sulfat 6 M yang dibutuhkan
dan berapa air yang harus ditambahkan ?
6 M × Va=0.12 M × 1 L
0.12 M × 1 L
Va= =0.02 L
6M
Jadi untuk mengencerkan 6M H2SO4 0.02 L menjadi 0.12 M, maka kita harus menambahkan
air sebanyak 0.08 L.
1. Chang, Raymond (2004). General Chemistry : The Essenstial Concepts. Ed. ke-3. Jakarta: