Anda di halaman 1dari 14

Nama: UMU AFIATUN

NIM : 4201410079

Prodi : Pend. Fisika

Serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki adalah serangan nuklir selama
Perang Dunia II terhadap kekaisaran Jepang oleh Amerika Serikat atas perintah
Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman. Setelah enam bulan pengeboman 67 kota
di Jepang lainnya, senjata nuklir "Little Boy" dijatuhkan di kota Hiroshima pada tanggal
6 Agustus 1945, diikuti dengan pada tanggal 9 Agustus 1945, dijatuhkan bom nuklir
"Fat Man" di atas Nagasaki. Kedua tanggal tersebut adalah satu-satunya serangan
nuklir yang pernah terjadi.

Bom atom ini membunuh sebanyak 140.000 orang di Hiroshima dan 80.000 di
Nagasaki pada akhir tahun 1945. [1] Sejak itu, ribuan telah tewas akibat luka atau sakit
yang berhubungan dengan radiasi yang dikeluarkan oleh bom. [2] Pada kedua kota,
mayoritas yang tewas adalah penduduk.

Enam hari setelah dijatuhkannya bom atom di Nagasaki, pada 15 Agustus, Jepang
mengumumkan bahwa Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu,
menandatangani instrumen menyerah pada tanggal 2 September, yang secara resmi
mengakhiri Perang Pasifik dan Perang Dunia II. (Jerman sudah menandatangani
menyerah pada tanggal 7 Mei 1945, mengakhiri teater Eropa.) Pengeboman ini
membuat Jepang sesudah perang mengadopsi Three Non-Nuclear Principles,
melarang negara itu memiliki senjata nuklir.[3]

Sejarah

 Keputusan Truman untuk menggunakan senjata atom melawan Jepang pada


tahun 1945 adalah hal luar biasa besar maknanya, penting, serta mengejutkan
dunia. AS mampu menghancurkan dua kota utama di Jepang, yaitu Hiroshima
dan Nagasaki. Dari 255.000 populasi penduduk di Hiroshima ditambah penduduk
di Nagasaki maka total korban dari kedua kota tersebut (luka parah, meninggal
hingga tidak ditemukan jasadnya) semuanya berjumlah 266.575 korban jiwa.

 Pengambilan keputusan politik luar negeri AS untuk mengebom Hiroshima-


Nagasaki disaat Truman menjabat sebagai presiden, dapat dijelaskan dengan
karakteristik pribadi sang presiden sendiri dan bagaimana kelompok-kelompok
disekitarnya yang turut mempengaruhinya dalam mengambil keputusan tersebut,
seperti militer AS dan para penasehat presiden saat itu. Truman tidak
berpengalaman dan tidak berpengetahuan tentang masalah luar negeri, bahkan
ketika menjadi presiden ia tidak tahu bahwa ada proyek bom atom tersebut.
Karena itu ia berada dalam posisi yang tidak bisa menentang asumsi dasar yang
ada tentang penggunaan bom itu, atau membuat kebijaksanaan yang terlalu
menyimpang dari rencana kebijaksanaan militer dan politik luar negeri yang
dibuat dan dilaksanakan oleh para penasehat yang diwarisinya dari Roosevelt.

Sebelum kematian Presiden Roosevelt pada tanggal 12 April 1945, sudah


diasumsikan bahwa bom atom itu akan digunakan dalam perang, walaupun
Roosevelt tidak sama sekali menghapuskan kemungkinan untuk lebih dahulu
memberi peringatan pada musuh dan menunjukkan kedahsyatan daya ledak
bom itu dalam suatu uji coba. Namun pada kenyataannya bom atom tersebut
dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki tanpa pemberitahuan ataupun peringatan
terlebih dahulu untuk Jepang. Begitu juga dengan uji coba yang dilakukan pada
bom atom tersebut, AS juga tidak melakukannya. Tindakan ini didasarkan pada
alasan, jika Jepang diberi peringatan terlebih dahulu dan bom itu diuji coba di
muka umum di gurun pasir kosong, maka terdapat risiko bahwa bom atom itu
tidak meledak atau ledakannya tidak terlihat mengesankan. Kalau itu terjadi,
akibatnya bukan hanya Jepang tidak terkesan dan menyepelekannya, tetapi
beberapa penasehat presiden juga khawatir bahwa Kongres akan
mempersoalkan percobaan yang gagal itu dan kalau penyerbuan kemudian
dilakukan maka jumlah korban akan terlalu banyak.

Pertanyaan-pertanyaan moralis waktu itu pun diabaikan atau segera dibungkam


oleh argumen bahwa penggunaan bom bisa menyelematkan jumlah nyawa yang
lebih banyak lagi di pihak AS. Karena jika bom atom tersebut tidak digunakan
dan penyerbuan langsung ke pulau-pulau di Jepang lah yang dilangsungkan
maka jumlah korban di pihak AS akan cukup banyak, bahkan diduga dalam
bulan pertama akan memakan korban 30.000 orang tentara AS dan ratusan ribu
di pihak Jepang. Dengan alasan itulah AS tetap melakukan penyerangan dengan
bom atom kepada Jepang.

Waktu itu terdapat kesepakatan yang bulat terhadap penggunaan bom atom
tersebut dan tidak menjadi bahan perdebatan yang terlalu serius. Karena itulah
Truman terperangkap dalam lingkungan yang hampir mutlak sepakat
menggunakan bom atom untuk memaksa Jepang menyerah. Dalam
menganalisis hal ini dengan unit eksplanasi di tingkat kelompok yang berada
pada range nasional (domestik) AS, maka si pembuat kebijakan, Truman harus
setuju dengan sikap-sikap politik domestik dan konflik institusional dalam institusi
pemerintahan mereka. Seperti yang Foyle katakan:

“kalkulasi politik domestik mempengaruhi pilihan-pilihan kebijakan luar negeri”.

Hal yang tidak boleh lupa untuk sedikit dibahas dalam hal ini yaitu dimensi
psikologi dari pemikiran Truman. Iia adalah saksi langsung dari pembunuhan
besar-besaran dari pertarungan selama Perang Dunia (PD) I sebagai seorang
perwira infanteri. Berdasarkan pada pengalaman ini, ia dapat merasakan
penderitaan yang mendalam pada kedua belah pihak dan bahwa invasi ke
Jepang diperlukan. Truman mungkin telah menyimpulkan bahwa seberapapun
menakutkannya senjata nuklir, kematian yang ditimbulkan, kehancuran, dan
penderitaan namun mungkin hasil dari pengeboman Hiroshima dan Nagasaki
tidak akan separah dari pembunuhan besar-besaran disaat invasi darat dalam
skala penuh (full-scale ground invasion). Inilah yang kemudian juga menjadi
salah satu hal yang dapat menjelaskan mengapa Truman pada akhirnya
memutuskan untuk membom Hiroshima dan Nagasaki.

Hiroshima, 6 Agustus 1945 pukul 08.15 pagi. Kota yang berpenduduk 350 ribu itu baru
saja siap-siap untuk mulai melakukan aktivitas. Tiba-tiba tanpa peringatan lebih dulu
bom atom pertama dijatuhkan di kota nomor tujuh terbesar di Jepang itu.

Begitu dasyatnya ledakan bom pemusnah massal itu. Kita tidak dapat membayangkan
bagaimana paniknya penduduk kota Hiroshima. Baik para bapak, ibu dan anak-anak.
Lebih dari 70 ribu orang tewas secara mengenaskan. Masih ribuan orang lagi yang
meninggal secara mengerikan akibat terkena debu radio-aktif atau radiasi bom yang
amat hebat itu.

Tiga hari kemudian (9 Agustus 1945) Nagasaki menjadi sasaran bom berikutnya.
Seperti juga Hiroshima, kota Nagasaki juga hancur lebur dan mereka yang tewas akibat
ledakan bom kedua ini sebanyak 75 ribu orang. Sekali pun peristiwa ini sudah
berlangsung 64 tahun,  tapi sampai kini dunia masih tetap berkabung.

Teknologi

Kalau kita pelajari, menjelang bulan Agustus 1945, Jepang sudah mulai lemah dimana
mana pasukannya dan mengalami banyak kekalahan. Pulau Iwojima sudah dikuasai
oleh Amerika. Sebenarnya kekalahan Jepang itu hanya tinggal tunggu waktu saja. Di
tambah perang di Eropa sudah berakhir. Kalau dilihat dari strategi Amerika, sebenarnya
mereka sudah bisa konsentrasi ke pacific saja, dan kekuatan militer yang di Eropa bisa
sebagian di alokasikan untuk ke pacific. Tapi Amerika tetap menjatuhkan bom Atom itu.
Konon bapak fisika dan nuklir Albert Einstein sendiri sangat sedih ketika bom Atom itu
di jatuhkan.
Setelah perang di Eropa selesai dengan kekalah Jerman, sebagian besar Ilmuwan
Jerman yang berdarah Yahudi dibawa dan dipekerjakan di Amerika dan Uni Soviet.
Setelah Nazi Jerman hancur, Amerika menghadapi calon musuh baru mereka, yaitu Uni
Soviet yang komunis. Sekalipun Uni Soviet adalah sama sama pasukan sekutu selama
perang dunia.
Dari segi teknologi persenjataan, khususnya teknologi pembuatan bom atom, bagi Uni
Soviet sebenarnya hanya masalah waktu saja. Kenyataan nya selang beberapa tahun
kemudian Uni Soviet berhasil melakukan uji coba bom hidrogen, yaitu pengembangan
bom atom lebih lanjut yang kekuatannya lebih dasyat dari bom atom Hiroshima.
Dengan menjatuhkan "Little Boy" di Hiroshima dan "Fat Man" di Nagasaki, Amerika
ingin menunjukkan ke dunia dan khusus nya ke Uni Soviet bahwa negara mereka lebih
unggul dan super power.
Setelah perang usai di Eropa, Uni Soviet mulai melirik ke timur. Perang dunia belum
selesai. Dengan berdalih Jepang adalah musuh Amerika yang juga merupakan negara
sekutu, berarti musuh Uni Soviet juga, maka Uni Soviet mempunyai rencana untuk
invasi ke Jepang. Apalagi Jepang adalah negara yang pernah mengalahkan Uni Soviet
di wilayah timurnya dan menguasai daerah Uni Soviet itu.
Uni Soviet tidak memikirkan untuk mengembalikan kepulauan Sakalin saja yang di
duduki Jepang, tapi lebih dari itu, invasi ke Jepang yang sudah mulai porak poranda
dan hampir kalah dari utara.
Sebagai panglima perang tertinggi Amerika di pacific, Jendral Douglas MacArthur
konon pernah di hubungi oleh Uni Soviet, yaitu untuk membicarakan pembagian
wilayah kekuasaan terhadap wilayah Jepang setelah kalah perang, seperti apa yang
telah Uni Soviet lakukan terhadap Jerman.
Tapi Jendral MacArthur menolak kompromi itu dengan tegas dengan mengatakan
bahwa "Perang Pacific adalah perang saya (Amerika), bukan perang Sekutu". Karena
memang perang pacific adalah perang antara Amerika dan Jepang saja boleh
dikatakan.
Dengan latar belakang seperti itu, Amerika harus segera menyelesaikan perang Pacific,
karena kalau tidak, dari arah Utara Jepang Pasukan Merah akan masuk. Apalagi pada
saat itu Jepang sudah tidak punya kekuatan untuk menjaga bagian utara dari ancaman
Uni Soviet. Jepang sedang mati matian berperang di laut pacific.
Mekanika klasik memaklumi asumsi pertama dan sedikit mempermasalahkan asumsi
yang lain. Asumsi kedua setidaknya menjungkirbalikkan anggapan dasar mekanika
Newton. Einstein mengungkapkan bahwa ruang-waktu adalah relatif diukur dari
kerangka acuan kecepatan cahaya yang tetap. Kesimpulan ini bertolakbelakang
dengan mekanika klasik yang menganggap bahwa besaran waktu adalah absolut
dimana kecepatan cahayalah yang bersifat relatif. Kesimpulan ini kemudian terkenal
sebagai versi khusus relativitas Einstein. Lebih dari satu dekade setelahnya, Einstein
mengusahakan penjelasan yang holistik mengenai asumsi-asumsinya dalam berbagai
konsep fisika, misalnya termodinamika, elektromagnetisme, dan terakhir gravitasi.
Penjelasan relativistik mengenai gravitasi kemudian menghasilkan apa yang disebut
sebagai versi umum relativitas Einstein. Stephen Hawking menancapkan relativitas
Einstein jauh menembus galaksi dan tepi alam semesta, melalui teori dentuman besar
(big bang) dan lubang hitam (black hole).
Pada mulanya, para fisikawan menertawakan teori-teori Einstein sebelum bom atom
diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki. Ekuivalensi energi-massa adalah konsekuensi
paling nyata dari relativitas yang telah diaplikasikan dalam teknologi pertahanan paling
mumpuni di zaman modern. Dengan asumsi-asumsi yang diajukan Einstein, para
peneliti dengan sangat meyakinkan mampu memperkirakan besaran energi yang bisa
dihasilkan dengan mengkonversikan beberapa unit renik massa dalam inti uranium,
yang kemudian dimanfaatkan untuk meluluh-lantakkan segalanya dalam bentuk senjata
penghancur maha dahsyat yang ditakuti setiap negara. Itulah bom atom atau “nuclier
weapon”. Perkembangan selanjutnya, para ilmuwan memanfaatkannya untuk energi
pembangkit listrik yang sangat melimpah dan bahan bakar satelit. Cibiran para ilmuwan
pun berubah menjadi pujian bertalu-talu kepada Einstein. Satu hal yang paling saya
permasalahkan dari teori-teori Einstein adalah pembatasan alam semesta pada
kecepatan cahaya, di mana kecepatan cahaya dianggap sebagai batas maksimal
kecepatan yang bisa dicapai semua objek yang ada, tak terkecuali.
Fisi

Pada radiasi nuklir alami, hasil sampingannya sangat kecil dibandingkan dengan inti di
mana mereka dihasilkan. Fisi nuklir adalah proses pembelahan inti menjadi bagian-
bagian yang hampir setara, dan melepaskan energi dan neutron dalam prosesnya. Jika
neutron ini ditangkap oleh inti lainnya yang tidak stabilm inti tersebut akan membelah
juga, memicu reaksi berantai. Jika jumlah rata-rata neutron yang diepaskan per inti
atom yang melakukan fisi ke inti atom lain disimbolkan dengan k, maka nilai k yang
lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa reaksi fisi melepaskan lebih banyak neutron dari
pada jumlah yang diserap, sehingga dapat dikatakan bahwa reaksi ini dapat berdiri
sendiri. Massa minimum dari suatu material fisi yang mampu melakukan reaksi fisi
berantai yang dapat berdiri sendiri dinamakan massa kritis.

Ketika neutron ditangkap oleh inti atom yang cocok, fisi akan terjadi dengan segera,
atau inti atom akan berada dalam kondisi yang tidak stabil dalam waktu yang singkat.

Ketika ditemukan pada masa Perang Dunia II, hal ini memicu beberapa negara untuk
memulai program penelitian mengenai kemungkinan membuat bom atom, sebuah
senjata yang menggunakan reaksi fisi untuk menghasilkan energi yang sangat besar,
jauh melebihi peledak kimiawi (TNT, dsb). Proyek Manhattan, dijalankan oleh Amerika
Serikat dengan bantuan Inggris dan Kanada, mengembangkan senjata fisi bertingkat
yang digunakan untuk melawan Jepang di tahun 1945. Selama proyek tersebut, reaktor
fisi pertama dikembangkan, meski awalnya digunakan hanya untuk pembuatan senjata
dan bukan untuk menghasilkan listrik untuk masyarakat.

Namun, jika neutron yang digunakan dalam reaksi fisi dapat dihambat, misalnya
dengan penyerap neutron, dan neutron tersebut masih menjadikan massa material
nuklir berstatus kritis, maka reaksi fisi dapat dikendalikan. Hal inilah yang membuat
reaktor nuklir dibangun. Neutron yang bergerak cepat tidak boleh menabrak inti atom,
mereka harus diperlambat, umumnya dengan menabrakkan neutron dengan inti dari
pengendali neutron sebelum akhirnya mereka bisa dengan mudah ditangkap. Saat ini,
metode seperti ini umum digunakan untuk menghasilkan listrik.

Fusi

Jika inti atom bertabrakan, dapat terjadi fusi nuklir. Proses ini akan melepas atau
menyerap energi. Ketika inti atom hasil tabrakan lebih ringan dari besi, maka pada
umumnya fusi nuklir melepaskan energi. Ketika inti atom hasil tabrakan lebih berat dari
besi, maka pada umumnya fusi nuklir menyerap energi. Proses fusi yang paling sering
terjadi adalah pada bintang, yang mendapatkan energi dari fusi hidrogen dan
menghasilkan helium. Bintang-bintang juga membentuk unsur ringan seperti lithium dan
kalsium melalui stellar nucleosynthesis. Sama halnya dengan pembentukan unsur yang
lebih berat (melalui proses-S) dan unsur yang lebih berat dari nikel hingga uranium,
akibat supernova nucleosynthesis, proses-R.
Tentu saja, proses alami dari astrofisika ini bukanlah contoh dari teknologi nuklir.
Karena daya dorong energi yang tinggi dari inti atom, fusi sulit untuk dilakukan dalam
keadaan terkendali (contoh: bom hidrogen). Fusi terkontrol bisa dilakukan dalam
akselerator partikel, yang merupakan cara bagaimana unsur sintetis dibuat. Namun fusi
nuklir konvensional tidak menghasilkan energi secara keseluruhan, mempercepat
partikel dalam jumlah sedikit membutuhkan energi lebih banyak dari pada total energi
yang dihasilkan dari fusi nuklir. Kesulitan teknis dan teoritis menghalangi
pengembangan teknologi fusi nuklir untuk kepentingan sipil, meski penelitian mengenai
teknologi ini di seluruh dunia terus berlanjut sampai sekarang.

Fusi nuklir mulai diteliti pada tahap teoritis ketika Perang Dunia II, ketika para peneliti
Proyek Manhattan yang dipimpin oleh Edward Teller menelitinya sebagai metode
pembuatan bom. Proyek ini ditinggalkan setelah menyimpulkan bahwa hal ini
memerlukan reaksi fisi untuk menyalakan bom. Hal ini terus terjadi hingga pada tahun
1952, peledakkan bom hidrogen pertama dilakukan. Disebut bom hidrogen karena
memanfaatkan reaksi antara deuterium dan tritium, isotop dari hidrogen. Reaksi fusi
menghasilkan energi lebih besar per satuan massa material dibandingkan reaksi fisi,
namun lebih sulit menjadikannya bereaksi secara berantai.

Senjata Nuklir

Senjata nuklir adalah alat peledak yang mendapatkan daya ledaknya dari reaksi nuklir,
entah itu reaksi fisi atau kombinasi dari fisi dan fusi. Keduanya melepaskan sejumlah
besar energi dari sejumlah kecil massa, bahkan alat peledak nuklir kecil dapat
menghancurkan sebuah kota dengan ledakan, api, dan radiasi. Senjata nuklir disebut
sebagai senjata pemusnah massal, dan penggunaan dan pengendaliannya telah
menjadi aspek kebijakan internasional sejak kehadirannya.

Desain senjata nuklir lebih rumit dibandingkan apa yang terlihat dari luarnya, senjata ini
harus menyimpan satu atau lebih massa subkritis yang stabil untuk dibawa, dari pada
menginduksi massa kritis untuk peledakan. Kerumitan ini juga dirasakan ketika harus
memastikan bahwa reaksi berantai harus menghabiskan sejumlah besar material
sebelum material tersebut terpental jauh. Proses pengadaan material nuklir juga lebih
rumit dari yang terlihat, substansi nuklir yang tersedia secara alami cukup stabil,
sedangkan proses ini memerlukan material nuklir yang tidak stabil.

Satu isotop uranium, yang dinamakan uranium-235, ada secara alami dan tidak stabil,
namun selalu ditemukan bercampur dengan isotop uranium-238 yang yang lebih stabil,
yang jumlahnya sekitar 99%. Sehingga, beberapa cara pemisahan isotop berdasarkan
perbedaan berat sebesar tiga neutron harus dilakukan untuk mengisolasi uranium-235.

Cara alternatif lainnya, unsur plutonium memiliki isotop yang tidak stabil untuk
digunakan dalam proses ini. Plutonium tidak terdapat secara alami, sehingga harus
dibuat di reaktor nuklir.
Proyek Manhattan membuat senjata nuklir berdasarkan pada setiap jenis unsur
tersebut. Amerika Serikat meledakkan senjata nuklir pertama dalam sebuah percobaan
dengan nama "Trinity", dekat Alamogordo, New Mexico, pada tanggal 16 Juli 1945.
Percobaan ini untuk menguji cara peledakkan nuklir. Bom uranium, Little Boy,
diledakkan di kota Hiroshima, Jepang, pada tanggal 6 Agustus 1945, diikuti dengan
peldakkan bom plutonium Fat Man di Nagasaki. Dengan segera ledakkan itu
menghentikan Perang Dunia II.

Sejak peledakkan tersebut, tidak ada senjata nuklir yang dilepaskan secara ofensif.
Namun, perlombaan senjata untuk mengembangkan senjata pemusnah terjadi. Empat
tahun berikutnya, pada 29 Agustus 1949, Uni Soviet meledakkan senjata fisi nuklir
pertamanya. Inggris mengikuti pada tanggal 2 Oktober 1952, Prancis pada 13 Februari
1960, dan Cina pada 16 Oktober 1964.

Tidak seperti senjata pemusnah konvensional, cahaya yang intensif, panas, dan daya
ledak tidak hanya menjadi komponen mematikan bagi senjata nuklir. Setengah dari
korban yang tewas di Hiroshima dan Nagasaki meninggal dua hingga lima tahun
setelah ledakan nuklir akibat radiasi.

Senjata radiologis adalah tipe senjata nuklir yang dirancang untuk menyebarkan
material nuklir yang berbahaya ke wilayah musuh. Senjata tipe tidak memiliki
kemampuan ledakan seperti bom fisi atau fusi, namun mengkontaminasi sejumlah
besar wilayah untuk membunuh banyak orang. Senjata radiologis tidak pernah
dilepaskan karena dianggap tidak berguna bagi angkatan bersenjata konvensional.
Namun senjata tipe ini meningkatkan kekhawatiran terhadap terorisme nuklir.

Telah lebih dari 2000 percobaan nuklir dilakukan sejak tahun 1945. Di tahun 1963,
seluruh negara pemilik dan beberapa negara non pemilik senjata nuklir
menandatangani Limited Test Ban Treaty, yang berisi bahwa mereka tidak akan
melakukan percobaan senjata nuklir di atmosfer, bawah air, atau luar angkasa.
Perjanjian ini masih mengijinkan percobaan nuklir bawah tanah. Prancis melanjutkan
percobaan nuklir di atmosfer hingga tahun 1974, Cina hingga tahun 1980. Percobaan
bawah tanah terakhir oleh Amerika Serikat dilakukan pada tahun 1992, Uni Soviet di
tahun 1990, dan Inggris di tahun 1991, sedangkan Prancis dan Cina hingga tahun
1996. Setelah mengadopsi Comprehensive Test Ban Teaty di tahun 1996, seluruh
negara tersebut telah disumpah untuk menghentikan seluruh percobaan nuklir. India
dan Pakistan yang tidak termasuk ke dalam negara-negara tersebut melakukan
percobaan nuklir terakhirnya di tahun 1998.

Senjata nuklir adalah senjata yang paling mematikan yang pernah diketahui. Ketika
Perang Dingin, dua kekuatan besar memiliki sejumlah besar persenjataan nuklir yang
cukup untuk menghancurkan ratusan juta orang. Berbagai generasi manusia hidup
dalam bayang-bayang penghancuran oleh nuklir, direlfeksikan dalam film-film seperti
Dr. Strangelove dan Atomic Cafe.
Energi nuklir adalah tipe teknologi nuklir yang melibatkan penggunaan tekendali dari
reaksi fisi nuklir untuk melepaskan energi, termasuk propulsi, panas, dan pembangkitan
energi listrik. Energi nuklir diproduksi oleh reaksi nuklir terkendali yang menciptakan
panas yang lalu digunakan untuk memanaskan air, memproduksi uap, dan
mengendalikan turbin uap. Turbin ini digunakan untuk menghasilkan energi listrik
dan/atau melakukan pekerjaan mekanis. Lihat teknologi reaktor nuklir

Saat ini, energi nuklir menghasilkan sekitar 15,7% listrik yang dihasilkan di seluruh
dunia (data tahun 2004) dan digunakan untuk menggerakkan kapal induk, kapal
pemecah es, dan kapal selam.

Bom adalah senjata ledak yang lazim digunakan dalam perang, juga dalam aksi-aksi
terorisme. Kebanyakan bom terdiri dari wadah logam yang diisi dengan bahan peledak
atau bahan kimia, dan suatu alat untuk meledakkan dan menghamburkan isi bom.
Ukuran bom beraneka ragam. Yang kecil dapat ditenteng dan dilemparkan dengan
tangan, seperti granat, atau ditembakkan dengan senjata altileri. Tapi, bom umumnya
dijatuhkan dari pesawat terbang. Kepala ledak (warhead) peluru kendali pada
hakikatnya tergolong bom juga.
Kebanyakan bom memiliki sumbu untuk memicu ledakan. Sumbu sentuh meledakkan
bom ketika bom menyentuh sasaran. Sumbu kedekatan meledakkan bom ketika bom
menghampiri permukaan tanah. Sumbu kedekatan ini bekerja berdasarkan
bertambahnya tekanan udara ketika bom itu mendekati tanah. Namun secara garis
besar ada dua macam bom: bom biasa dan bom nuklir.
Bom Biasa
Lebih rinci lagi, terdapat lima macam bom biasa, yaitu: (1) bom serbaguna, (2) bom
kendali, (3) bom anti-lapis baja, (4) fragmentasi, dan (5) pembakar.
Bom Serbaguna. Bom ini berisi RDX atau TNT (trinitrotoluena) sebagai bahan
peledaknya. Bom jenis ini biasa dijatuhkan dari pesawat yang terbang tinggi. Efek
merusakanya didasarkan pada ledakan dan tekanan balik ketika udara tersedot lembali
untuk mengisi kehampaan. Kecepatan pecahan bom secepat peluru, dengan
gelombang kejut yang bisa melewati tanah, air, maupun bangunan.
Bobot bom serbaguna umumnya berkisar antara 100 sampai 1.000 kilogram.
Panjangnya dua sampai empat meter. Tapi, ada juga bom serbaguna yang seberat
6.800 kilogram. Jenis ini biasanya dijatuhkan di atas hutan untuk menyiapkan
pendaratan helikopter supaya aman.
Bom Kendali. Bom ini diarahkan ke sasaran dengan peralatan elektronik. Ada yang
berisi kamera TV yang diarahkan pada sasaran. Pilot mengikuti target pada monitor TV
dalam pesawat terbang. Bila ada penyimpangan, pilot dapat mengoreksi jatuhnya bom
dengan kendali jarak jauh. Ada pula bom yang telah menyimpan gambar sasaran dalam
memorinya dan dapat memandu diri. Bom dapat juga dipandu pengindera laser.
Bom Anti-Lapis Baja. Bom ini digunakan untuk menyerang kapal perang yang tebal
lapisan bajanya. Hidung bom ini keras dan tebal, sehingga dapat menembus lapisan
baja itu. Setelah menembus, barulah bom itu meledak di dalam kapal.
Bom Fragmentasi. Bom ini berguna untuk membunuh dan melukai pasukan musuh di
lapangan terbuka dan merusak pesawat, kendaraan, dan peralatan ringan. Bom ini
berisi batangan atau pecahan logam, yang akan pecah menjadi kepingan tajam, ketika
bom meletus. Ada juga bom kelompok yang terdiri dari ratusan bom kecil dalam wadah
ringan. Setelah lepas dari pesawat, wadahnya terbuka dan bomnya menghambur pada
medan yang cukup luas. Ada yang meledak dan ada pula yang berperan sebagai
ranjau (ini menunggu picu kedua untuk meledak).
Bom Pembakar. Bom ini berfungsi untuk mengawali kebakaran. Bom ini diisi bensin
atau termit, yakni campuran alumunium dan oksida besi. Bobot bom berkisar antara 1,6
sampai 500 kilogram. Salah satu jenis bom pembakar adalah bom napalm, yaitu bom
yang terbuat dari bensin yang dibuat seperti selai yang lekat. Setelah bom meledak,
selai ini tersebar dan melekat di mana-mana sambil membakar tempat yang dilekatinya.

Bom-bom lain, misalnya bom yang kimia yang menyeburkan asap atau gas racun, bom
anti kapal selam (yang meledak di dalam air setelah mencapai kedalaman tertentu),
bom propaganda yang menyebarkan selebaran, dan bom suar yang memancarkan
cahaya untuk untuk pemotretan malam hari.
Bom Nuklir
Bom nuklir merupakan bom yang memiliki daya ledak yang maha dahsyat. Ledakannya
berasal dari peristiwa-peristiwa pembelahan (fisi) dan penggabungan (fusi) inti-inti
atom. Efek yang ditimbulkannya merupakan akibat pelepasan energi yang sangat
besar, dalam waktu yang sangat singkat. Termasuk dalam jenis ini antara lain bom
atom dan bom hidrogen.
Bom yang berasal dari pembelahan inti atom disebut bom atom. Dasar pelepasan
tenaga atom adalah pembelahan inti yang berlangsung dengan reaksi berantai. Bom
atom memerlukan waktu kurang dari 1/100.000 detik untuk melakukan pembelahan inti
dalam jumlah besar, sehingga terjadi pelepasan tenaga sangat besar.
Peristiwa pembelahan inti adalah proses ketika sebuah neutron menabrak suatu inti
berat. Akibat tabrakan ini, terjadi pembelahan menjadi dua inti yang lebih kecil dan
beberapa butir neutron, dengan disertai pelepasan energi (panas) yang sangat besar.
Neutron-neutron ini kemudian menabrak inti-inti lain yang akan membelah lebih lanjut.
Untuk terjadinya peledakan suatu bom atom, dalam reaksi berantai yang terjadi harus
terpenuhi kondisi-kondisi berikut: (1) nomor atom unsur induk lebih besar dari 90, (2)
setelah menangkap neutron, inti itu seketika membelah menjadi dua bagian yang
hampir sama massanya, (3) adanya massa kritis yang bisa menghasilkan neutron
sebagai neutron pemula dalam reaksi berantai, (4) jumlah massa sebelum reaksi lebih
besar dari jumlah massa sesudah reaksi, (5) dalam setiap reaksi, jumlah neutron yang
terjadi harus lebih banyak dari jumlah neutron yang bereaksi.
Bahan bom atom lazimnya adalah uranium-235 atau plutonium-239. Pada prinsipnya,
bom atom terdiri dari dua massa yang masing-masing lebih kecil dari massa kritisnya.
Tapi, bila digabung menjadi satu massa akan melebihi massa kritis tersebut. Bila
hendak diledakkan, kedua massa tersebut digabungkan rapat-rapat sehingga terjadilah
rentetan pembelahan inti yang mengakibatkan peledakan yang sangat dahsyat.
Sebagai contoh, bom atom generasi awal yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki
(1945) memiliki daya ledak sekitar 20.000 ton TNT.
Jenis bom yang lain adalah bom hidrogen. Bom jenis ini mendapatkan tenaga dari fusi
inti-inti atom hidrogen berat (deutron). Reaksi penggabungan ini memerlukan suhu yang
sangat tinggi untuk memulainya. Untuk itu, pada bom hidrogen digunakan bom atom
kecil untuk mengawalinya.
Ledakan bom hidrogen jauh lebih dahsyat daripada ledakan bom atom. Daya ledaknya
diukur dalam megaton (juta ton) TNT. Ledakan bom ini akan menghasilkan bola api
dengan garis tengah beberapa kilometer disertai timbulnya awan cendawan yang tinggi
sekali.
Di samping bom atom dan bom hidrogen, dikenal pula bom kobalt. Neutron yang
banyak dihasilkan pada ledakan bom hidrogen dimanfaatkan untuk mengubah kobat
biasa (Co-59) menjadi kobalt-60 yang radioaktif. Bom kobalt dibuat dengan
menyelubungi sebuah bom hidrogen dengan wadah yang terbuat dari kobalt biasa yang
tebal. (Jajang Jamaludin/ dari berbagai sumber)
Ilmu dan teknologi adalah sebuah alat yang bermanfaat dan berpengaruh bagi umat
manusia, yang dapat menghantarkannya ke jalan kesempurnaan dan keutamaan.
Selain itu, ilmu dan teknologi merupakan suatu sarana untuk menyejahterakan dan
memuliakan manusia, baik dari sisi material, maupun spiritual. Namun demikian, bila
ilmu dan teknologi ini berada di tangan negara-negara yang ekspansif dan arogan,
pemanfaatan ilmu dan teknologi ini akan disimpangkan demi ambisi dan kepentingan
pribadinya, sehingga dapat mengancam keamanan, kedamaian, dan kesejahteraan
umat manusia.
Pemimpin besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei, dalam
salah satu khutbahnya yang disampaikan beberapa waktu yang lalu, menyatakan, "Ilmu
dan akal merupakan fasilitas yang pemanfaatannya memiliki dua sisi, yaitu untuk
mengabdi bagi nilai-nilai kemanusiaan dan dapat juga dimanfaatkan untuk memuaskan
nafsu kebinatangan. Karena itu, nilai dari ilmu dan akal bergantung kepada siapa yang
menguasainya."
Bukti dari pernyataan Rahbar tersebut dapat kita lihat pada fenomena yang terjadi
dewasa ini di dunia. Saat ini, teknologi canggih dikuasai oleh Barat, tetapi sayangnya
pemerintah Barat dalam banyak hal telah menggunakan teknologi canggih tersebut
untuk menipu dan memperdaya negara-negara Dunia Ketiga. Rahbar dalam membahas
masalah masalah kondisi iptek di dunia dewasa ini mengatakan, "Apabila pengelolaan
iptek berada di tangan manusia-manusia yang haus dunia, ekspansionis, serta arogan,
akibatnya adalah sebagaimana yang kita semua saksikan di dunia. Dewasa ini, ilmu
dan teknologi dijadikan alat oleh negara-negara adidaya untuk menjajah, memonopoli
ekonomi, menistakan, merampas, serta menyebarkan kejahatan, penyelewengan
seksual, dan narkotika di negara-negara lain."
Pada saat yang sama, negara-negara Barat yang menguasai ilmu dan teknologi itu juga
mencegah tersebarnya ilmu dan teknologi itu ke negara-negara Dunia Ketiga, terutama
negara-negara Islam. Tujuannya adalah negara-negara Dunia Ketiga tetap lemah dan
selalu bergantung kepada Barat. Dalam hal ini, Ayatullah Khamenei menjelaskan,
"Salah satu perkembangan di negara-negara Dunia Ketiga yang dengan keras
dihalang-halangi oleh Barat adalah perkembangan ilmu karena negara-negara adidaya
mengetahui bahwa ilmu adalah sumber kekuatan dan kekuasaan."
Salah satu cabang iptek tingkat tinggi adalah teknologi nuklir, yang seperti teknologi
canggih lainnya, saat ini berada di tangan negara-negara Barat. Negara-negara Barat
tersebut sejak awal telah memanfaatkan teknologi nuklir untuk memproduksi berbagai
senjata pembunuh massal. AS sebagai negara pertama yang menguasai teknologi
nuklir telah menggunakan teknologi tingkat tinggi ini untuk memproduksi bom atom.
Pada akhir Perang Dunia Kedua, kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang telah menjadi
sasaran bom atom yang dijatuhkan oleh AS sehingga mengakibatkan ratusan ribu
orang tak berdosa terbunuh atau luka-luka.
Terjadinya tragedi besar ini tak lain adalah karena teknologi nuklir berada di tangan
pemerintahan yang tidak memiliki komitmen kemanusiaan, seperti AS. Pemimpin
Revolusi Islam dalam hal ini menandaskan, "Apabila orang-orang yang menemukan
energi nuklir itu adalah orang-orang bertakwa dan berbudi luhur, dan apabila orang-
orang yang memanfaatkan energi nuklir tersebut adalah hamba-hamba Allah yang
saleh dan bertakwa, sudah pasti tragedi Hiroshima dan Nagasaki tidak akan terjadi."
Sayangnya, penguasa teknologi nuklir dewasa ini adalah negara-negara Barat,
terutama AS. Meskipun dunia menyaksikan bahwa negara-negara Baratlah yang
mempelopori penggunaan energi nuklir untuk pembuatan senjata massal, namun
mereka pula yang paling gencar melarang negara-negara lain untuk memproduksi
senjata serupa dengan kedok keamanan dunia. Rahbar mengatakan, "Klaim negara-
negara Barat dalam rangka pencegahan produksi senjata nuklir sama halnya seperti
klaim seorang menyelundup besar yang mengumumkan bahwa dirinya tengah
berperang melawan penyelundupan."
Salah satu manuver terbaru negara-negara Barat dalam mencegah negara-negara lain
menguasai teknologi nuklir adalah serangan propagandanya terhadap Republik Islam
Iran.
Negara-negara adidaya tak henti-hentinya menuduh Iran sedang memproduksi senjata
pembunuh massal. Padahal para pejabat Iran berkali-kali menyatakan bahwa
negaranya berusaha menguasai teknologi nuklir untuk tujuan damai dan Iran sama
sekali tidak berniat untuk memproduksi senjata pembunuh massal. Ayatullah Khamenei
dalam hal ini menandaskan, "Teknologi nuklir yang tengah dikembagkan oleh Iran
adalah untuk kepentingan damai. Republik Islam Iran yang ditegakkan di atas dasar
agama dan fiqih, sedikitpun tidak berniat untuk memanfaatkan senjata-senjata
pembunuh massal."

Lebih lanjut, Rahbar mengatakan, "Sewaktu mereka menggunakan bom atom, maka
korbannya bukan hanya orang-orang yang menjadi musuh, melainkan juga orang-orang
yang tidak terlibat dalam permusuhan itu. Hal seperti jelas bertentangan dengan akidah,
jalan, dan metode umat Islam." Rahbar Revolusi Islam kemudian menyebutkan bahwa
iman kepada Allah dan persatuan merupakan senjata yang paling ampuh dan paling
kuat dalam menghadapi musuh. Rahbar dengan tegas mengatakan, "Kita tidak
membutuhkan bom atom. Dewasa ini terbukti bahwa kita telah berhasil mengalahkan
musuh kita bukan dengan bom atom. Bukankah Amerika Serikat selama 25 tahun
terus-menerus melancarkan berbagai usaha untuk memerangi Iran, namun usaha
mereka selalu gagal. Apakah kita mengalahkan Amerika dengan bom atom atau
dengan tekad, semangat, komitmen, iman, kesadaran dan persatuan kita"
Ayatullah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei juga menyatakan bahwa memiliki senjata
nuklir tidak menjamin kemenangan dan keberhasilan. Rahbar berkata, "Kemenangan
atau kekalahan bukan terletak pada senjata-senjata atom dan nuklir. Apakah Uni Soviet
dulu tidak memiliki bom nuklir Jumlah bom-bom nuklir Uni Soviet mungkin lebih banyak
daripada yang dimiliki AS. Namun, tetap saja Uni Soviet akhirnya runtuh dan bubar."
Selanjutnya, Rahbar Revolusi Islam menyebut rezim Zionis sebagai contoh lain dalam
masalah ini. Menurut Rahbar, sebagaimana yang diakui Badan Energi Atom
Internasional, Rezim Zionis memiliki 200 hingga 300 hulu ledak nuklir yang kini
tersimpan di gudang-gudang mereka. Namun, Rezim ini selama bertahun-tahun tidak
mampu menghentikan perlawanan dan perjuangan rakyat Palestina, yang hanya
memiliki senjata berupa batu, namun disertai dengan semangat, iman, dan komitmen.
Republik Islam Iran memiliki keyakinan bahwa pengendalian keamanan dan politik
sama sekali tidak membutuhkan senjata nuklir. Sebagaimana yang berkali-kali telah
dinyatakan oleh para pejabat Iran, negara ini hanya berusaha menguasai teknologi
nuklir untuk tujuan damai. Iran bahkan sukarela menggabungkan diri pada berbagai
konvensi dan UU internasional yang menentang produksi senjata nuklir, di antaranya
Perjanjian NPT. Namun, di saat yang sama, UU internasional menyatakan bahwa hak
untuk mengembangkan teknologi nuklir demi tuuan damai dimiliki oleh semua negara di
dunia, termasuk Iran.
Ayatullah Khamenei mengatakan, "Apabila para petinggi Eropa dan negara-negara lain
komitmen terhadap apa yang mereka nyatakan, bahwa mereka mencemaskan Iran
akan memproduksi senjata nuklir, kami tegaskan bahwa kami sama sekali tidak berniat
untuk membuat senjata nuklir. Namun, jika mereka mencemaskan fakta bahwa bangsa
Iran berusaha menguasai teknologi nuklir dan mereka berniat untuk menghentikan
program ini, sekali lagi kami tegaskan bahwa bangsa Iran sama sekali tidak akan
menyerah."
Ayatullah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei lebih lanjut menjelaskan bahwa salah satu
tujuan pemanfaatan teknologi nuklir di Iran adalah untuk menyediakan bahan bakar
reaktor atom Busher yang terletak di selatan Iran. Negara-negara Barat berusaha
mencegah Iran untuk menguasai teknologi nuklir agar Iran senantiasa bergantung
kepada mereka dalam suplai bahan bakar reaktor nuklir tersebut.
Dalam menanggapi pernyataan para pejabat Amerika yang menyatakan bahwa Iran
memiliki sumber-sumber minyak yang kaya sehingga tidak memerlukan energi nuklir,
Rahbar menandaskan, "Negara-negara Barat itu mengatakan, pakailah minyak kalian
sampai minyak itu habis dan di saat itu, datanglah kepada kami. Ketahuilah, bangsa
Iran tidak mau menerima ketergantungan, karena itu kami harus bergerak ke arah
teknologi nuklir guna memproduksi listrik. Inilah kebutuhan negara kita."
Rahbar Revolusi Islam selanjutnya menjelaskan bahwa sumber kecemasan utama AS
dan berbagai negara Barat sesungguhnya adalah dikuasainya teknologi nuklir oleh para
ilmuwan Iran, bukan karena masalah senjata nuklir. Menurut Rahbar, apabila bangsa
Iran mampu mencapai puncak teknologi nuklir ini, seruan kebenaran yang disampaikan
bangsa Iran ke seluruh dunia berkaitan dengan kebebasan, kemerdekaan, dan
kemuliaan Islam akan lebih banyak diterima oleh kaum muslimin dunia. Akibatnya,
Barat akan kehilangan hegemoninya di dunia dan usahanya untuk mencengkeramkan
kekuasaan imperialisnya di seluruh dunia akan menemui kegagalan.

Dampak

Risiko kanker

Aplikasi medis dari teknologi nuklir dibagi menjadi diagnosa dan terapi radiasi,
perawatan yang efektif bagi penderita kanker. Pencitraan (sinar X dan sebagainya),
penggunaan Teknesium untuk diberikan pada molekul organik, pencarian jejak
radioaktif dalam tubuh sebelum diekskresikan oleh ginjal, dan lain-lain.

Ketika mereka terkena radiasi, mereka mengalami kerusakan pada gen mereka.
Semakin dekat mereka dengan pusat ledakan, semakin parah dampak yang mengenai
mereka.

Diperkirakan 90-120 ribu penduduk Hiroshima tewas, dari total 330 ribu jiwa.
Sementara di Nagasaki, diperkirakan 60-80 ribu tewas dari 250 jiwa. Korban meninggal
karena terkena bom itu sendiri dan luka bakar dari ledakan yang seolah melelehkan
kulit. Demikian pula efek radiasinya yang mematikan.

Radiasi Langsung. Radioaktif langsung dipancarkan mengenai kulit/tubuh manusia.

Radiasi tak langsung. Terjadi lewat makanan dan minuman yg kena ge. radioaktif
melalui udara, air, dll.
Keduanya akan menyebabkan : dapat mengubah fungsi sel bahkan membunuhnya.
Terjadi penggandaan sel lalu menimbulkan kanker. Kerusakan pd sel telur dan testis
dan akhirnya jadilah bayi2 yg lahir tdk normal.

Setelah bom tersebut meledak, tiga dampak desktruktifnya mulai terlihat jelas. Pertama,
energi panas yang tersebar menyelimuti kota Hiroshima dan sekitarnya dalam radius
satu kilometer menjadi bak bara api. Kemudian terjadi pemanasan hingga jutaan derajat
yang berlangsung dalam hitungan detik. Dalam radius satu kilometer segala sesuatu
menjadi abu. Sedang pada radius empat kilometer, bangunan dan manusia
terpanggang api. Pada radius delapan kilometer, manusia dan bangunan mengalami
luka bakar parah.

Setelah itu, muncul gelombang ledakan dengan kecepatan 1.000 kilometer perjam pada
radius dua kilometer yang menerbangkan segala sesuatu. Dari 90 ribu bangunan di
kota Hiroshima, 62 ribu bangunan hancur lebur. Tiba giliran dampak negatif ketiga dari
ledakan bom yang terjadi pada tahun 1945. Dampak itu hingga kini masih belum
terkuak secara detail. Dampak buruk radiasi radio aktif dari bom atom menyebabkan
kanker dan berbagai penyakit darah.

Bom atom yang membumihanguskan kota Hiroshima memiliki kekuatan setara dengan
ledakan 13 ton TNT. Ledakan bom tersebut menewaskan 80 ribu warga Hiroshima dan
menciderai 70 ribu orang lainnya yang kebanyakan akhirnya tewas setelah bertahan
hidup beberapa hari. Selain itu, ledakan bom tersebut menyebabkan penderitaan ribuan
warga Jepang yang harus merasakan derita penyakit kanker dan penyakit lainnya
akibat radiasi atom yang mematikan. Sebagian korban yang selamat menderita
penyakit akut yang harus dirasakannya selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
Belum lagi, beberapa tahun setelah terjadinya tragedi ini ribuan anak cacat terlahir di
Hiroshima dan harus merasakan penderitaan sepanjang hidupnya.

Anda mungkin juga menyukai