Anda di halaman 1dari 15

© 2005 Duma M S Hutahaean Posted: 3 July, 2005

Makalah individu
Filsafat Sains, t.a. 2004/2005
Program MM, Pasca Sarjana
Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta

Dosen: : Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng

PROSES PEMBELAJARAN YANG MEMOTIVASI


PRESTASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH

Oleh:
Duma M S Hutahaean

BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH

Tujuan siswa belajar adalah untuk memperoleh prestasi belajar yang optimal
sesuai dengan kecerdasan intelektual yang dimilikinya.
Akan tetapi kemampuan, cara belajar demikian pula kepribadian siswa yang satu
dengan yang lainnya sangat berbeda. Ada siswa yang kecerdasan intelektual dari
hasil test IQ nya kurang, sedangkan kesungguhan siswa dalam belajar baik, ternyata
prestasi belajarnya tetap kurang memuaskan. Ada pula siswa yang kecerdasan
intelektualnya cukup baik dan tidak menunjukkan kesulitan dalam belajar, memperoleh
prestasi belajar yang optimal sesuai dengan kecerdasan intelektualnya. Bahkan ada
siswa yang kecerdasan intelektualnya sangat superior, tetapi secara akademik
memperoleh prestasi belajar yang tidak optimal bahkan jauh di bawah potensi yang
dimilikinya. Mengapa siswa berpotensi akademik sangat superior ini tidak dapat
memunculkan prestasi sesuai kecerdasan intelektualnya?

1
Kita tahu bahwa hasil belajar siswa ditentukan antara lain oleh gabungan antara
kecerdasan intelektual siswa dengan kebutuhan belajar. Motivasi ditentukan oleh
kebutuhan. Jadi salah satu faktor penyebab tidak munculnya potensi siswa sesuai
kecerdasan intelektualnya, karena tidak diperolehnya motivasi dalam diri siswa yang
menjadi sumber motivasinya.

Seringkali proses pembelajaran di sekolah kurang memperhatikan masalah


motivasi ini. Guru cenderung mengajar/mendidik hanya untuk menyelesaikan target
kurikulum tanpa memperhatikan kebutuhan-kebutuhan siswa dalam proses
pembelajaran. Mungkin juga siswa sendiri yang kurang terpanggil motivasinya bahwa
belajar itu penting.

Jika seseorang termotivasi, maka muncullah tenaga yang luar biasa, sehingga
tercapai hal-hal yang semula tidak terduga. Untuk itu perlu diciptakan proses
pembelajaran yang tepat agar siswa dapat belajar atau mengeluarkan potensi
belajarnya dengan baik sehingga memperoleh prestasi yang maksimal.

Oleh karena itu dalam makalah ini, kami ingin membahas lebih jauh tentang
proses pembelajaran yang memotivasi prestasi belajar siswa di sekolah.

2. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang masalah di atas, maka dalam makalah ini kami rumuskan
masalah yaitu :
Bagaimana proses pembelajaran yang memotivasi prestasi belajar siswa di sekolah?

2
BAB II
LANDASAN TEORI

1. KONSEP BELAJAR

Sejumlah ahli memberi batasan yang berbeda tentang belajar, atau terdapat
keragaman dalam cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar. Diantaranya
Hilgard dan Marquis berpendapat bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu yang
terjadi dalam diri seseorang melalui latihan dan pembelajaran, sehingga terjadi
perubahan dalam diri. James L. Mursell mengemukakan belajar adalah upaya yang
dilakukan dengan mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri dan memperoleh
sendiri.

Belajar menurut pandangan B.F. Skinner (1958) adalah suatu proses adaptasi
atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Menurut Skinner
dalam belajar ditemukan hal-hal berikut : (1) kesempatan terjadinya peristiwa yang
menimbulkan respons belajar; (2) respons si pelajar; dan (3) konsekuensi yang

3
bersifat menggunakan respons tersebut, baik konsekuensinya sebagai hadiah maupun
teguran atau hukuman.

Belajar menurut Benjamin Bloom (1956), individu menggunakan kemampuan


pada tiga ranah (aspek) yaitu : (1) ranah kognitif mencakup kemampuan intelektual
mengenal lingkungan yang terdiri atas enam macam kemampuan yang disusun
secara hierarkis dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analysis, sintesis dan penilaian; (2) ranah
afektif, mencakup kemampuan-kemampuan emosional dalam mengalami dan
menghayati sesuatu hal yang meliputi lima macam kemampuan emosional disusun
secara hierarkies yaitu : kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian
nilai dan karakterisasi diri; (3) ranah psikomotor yaitu kemampuan-kemampuan
motorik menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan terdiri dari gerakan refleks,
gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan jasmani, gerakan-gerakan
terlatih dan komunikasi nondiskursif.
Taksonomi tujuan-tujuan dari Bloom ini disebut dengan “Taksonomi Bloom”.

Menurut Jerome S. Bruner (1960), proses belajar dapat dibedakan dalam tiga
fase yaitu : (1) informasi; (2) transformasi dan (3) evaluasi.
Sedangkan menurut Robert M. Gagne (1970), belajar adalah seperangkat proses
kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi dan
menjadi kapabilitas baru. Jadi belajar adalah perubahan yang terjadi dalam
kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya
disebabkan oleh proses pertumbuhan saja.

Menurut Carl R. Rogers (ahli psikoterapi), guru perlu memperhatikan prinsip


pendidikan dan pembelajaran, karena :
(1) menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar, siswa tidak harus
belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya; (2) siswa akan mempelajari hal-hal yang
bermakna bagi dirinya; (3) pengorganisasian bahan pengajaran berarti
mengorganisasikan bahan dan ide baru, sebagai bagian yang bermakna bagi siswa;
(4) belajar yang bermakna bagi masyarakat modern berarti belajar tentang proses
belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerja sama dengan melakukan
pengubahan diri terus menerus; (5) belajar yang optimal akan terjadi, bila siswa
berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar; (6) belajar mengalami

4
dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi dirinya sendiri dan (7) belajar mengalami,
menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-sungguh.

Bertitik tolak dari berbagai pandangan sejumlah ahli tersebut mengenai belajar,
meskipun diantara para ahli tersebut ada perbedaan mengenai pengertian belajar,
namun baik secara eksplisit maupun implisit diantara mereka terdapat kesamaan
makna, yaitu definisi maupun konsep belajar itu selalu menunjukkan kepada “Suatu
proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau
pengalaman tertentu”. Hal-hal mendasar dalam pengertian belajar adalah belajar itu
membawa perubahan tingkah laku karena pengalaman dan latihan; perubahan itu
pada dasarnya diperolehnya kecakapan baru dan perubahan itu terjadi karena usaha
yang disengaja.

2. KONSEP PEMBELAJARAN

Konsep pembelajaran menurut Corey adalah suatu proses dimana lingkungan


seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah
laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap
situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.
Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu
seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru.

Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk


mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir
siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru
sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
Pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu : (1) Dalam proses pembelajaran
melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa
sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses
berpikir; (2) Dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya
jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat
membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.

Proses pembelajaran menurut Dunkin dan Biddle berada pada empat variabel
interaksi yaitu : (1) variabel pertanda berupa pendidik (guru); (2) variabel konteks

5
berupa siswa (peserta didik), sekolah dan masyarakat; (3) variabel proses berupa
interaksi peserta didik dengan pendidik dan (4) variabel produk berupa perkembangan
peserta didik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Proses pembelajaran
akan berlangsung dengan baik jika pendidik mempunyai dua kompetensi utama yaitu :
(1) kompetensi substansi materi pembelajaran atau penguasaan materi pelajaran dan
(2) kompetensi metodologi pembelajaran.

Menurut Knirk dan Gustalon, pembelajaran merupakan suatu proses yang


sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi. Pembelajaran tidak
terjadi seketika, melainkan sudah melalui tahapan perancangan pembelajaran.
Teknologi pembelajaran melibatkan tiga komponen utama yang saling berinteraksi
yaitu guru (pendidik), siswa (peserta didik) dan kurikulum. Hal ini menggambarkan
bahwa interaksi pendidik dengan peserta didik merupakan inti proses pembelajaran.

Dengan demikian pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh


guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang
baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan
evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar.

3. PENGERTIAN MOTIVASI

Banyak teori motivasi yang telah dikembangkan. Dari teori-teori motivasi yang
ada, ada yang lebih menekankan pada “Apa” yang memotivasi seseorang yaitu
motivasi kebutuhan.

Abraham Maslow Bapak psikologi modern berpendapat bahwa kondisi manusia


berada dalam kondisi mengejar yang berkesinambungan. Jika satu kebutuhan
dipenuhi, langsung kebutuhan tersebut diganti oleh kebutuhan lain. Setiap individu
dimotivasi oleh kebutuhan yang belum dipuaskan, yang dapat digolongkan ke dalam
urutan prioritas, yaitu lima tingkatan kebutuhan manusia sebagai berikut : (1)
Kebutuhan fisiologis, yang merupakan kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital
yang harus dipenuhi; (2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan, yang mencakup
kebutuhan untuk dilindungi dari bahaya dan ancaman fisik; (3) Kebutuhan sosial, yang
mencakup memberi dan menerima persahabatan, cinta kasih, kerjasama, rasa
memiliki; (4) Kebutuhan penghargaan, yang mencakup faktor-faktor internal seperti :
kebutuhan harga diri, kepercayaan diri, kompetensi serta yang mencakup faktor-faktor

6
eksternal seperti kebutuhan untuk dikenali dan diakui, kedudukan atau status dan; (5)
Kebutuhan aktualisasi diri yaitu mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki,
pengembangan diri secara maksimum, kreativitas, ekspresi serta kebutuhan estetis
yang ada di puncak hierarki.

Sementara itu Herzberg menyatakan bahwa faktor motivasi mencakup faktor-


fakor yang berkaitan dengan dorongan yang timbul untuk mencapai tujuan yang
datang dari dalam dirinya yang merupakan faktor intrinsik yang meliputi : (1) tanggung
jawab; (2) kemajuan; (3) pembelajaran itu sendiri; (4) pencapaian dan; (5) pengakuan.
Sedangkan faktor-faktor ekstrinsik meliputi : (1) administrasi dan kebijakan lembaga;
(2) penyeliaan; (3) imbalan; (4) hubungan antar pribadi dan (5) kondisi belajar.
Sedangkan David Mc. Clelland mengemukakan teori motivasi berprestasi yang
meneliti kebutuhan untuk berprestasi, berhubungan dan berkuasa.

Dari berbagai pandangan sejumlah ahli ini, motivasi kebutuhan merupakan


sekelompok kebutuhan yang berorientasi pada kebutuhan yang terdapat dalam diri
seseorang yang menjadi sumber motivasinya.

Dengan demikian motivasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau


meningkatkan dorongan dalam diri seseorang untuk mewujudkan perilaku tertentu
yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Dan motivasi mempunyai
karakteristik : (1) sebagai hasil dari kebutuhan; (2) terarah kepada suatu tujuan; (3)
menopang perilaku.

4. PRESTASI BELAJAR

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang dicapai
dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan lain-lain. Sedangkan prestasi belajar
merupakan penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui
mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan
oleh guru.

Prestasi itu tidak sama dengan mptivasi. Jika motivasi merupakan salah satu
faktor dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi prestasi seseorang, prestasi
adalah evaluasi dari hasil perilaku seseorang termasuk didalamnya bagaimana baik

7
dan buruknya seseorang menyelesaikan tugas-tugasnya. Berarti motivasi dan prestasi
memiliki hubungan yang ditunjukkan pada formula berikut ini :

P = f (K x M x S x U)

dengan : P = Prestasi
K = Kemampuan
M = Motivasi
S = Kesempatan/Peluang
U = Usaha
f = fungsi

Dengan demikian prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan, ketrampilan dan


sikap siswa sebagai evaluasi dari proses pembelajaran di sekolah yang dipengaruhi
oleh faktor kemampuan, motivasi, kesempatan dan usaha.
BAB III
PEMBAHASAN

Prestasi belajar siswa ditentukan antara lain oleh gabungan antara kecerdasan
intelektual dan motivasi belajarnya.
Jadi motivasi merupakan hal yang penting untuk meraih prestasi, karena motivasi
merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan dorongan yang
menumbuhkan perilaku tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Ini berarti bahwa
meskipun siswa memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi, jika tidak diikuti dengan
motivasi yang tinggi untuk mencapai prestasi belajar yang optimal sesuai dengan
kecerdasan intelektualnya, maka prestasi belajarnya akan kurang memuaskan. Oleh
karena itu agar tercapai prestasi yang maksimal, perlu diciptakan proses pembelajaran
yang dapat memotivasi siswa guna memenuhi kebutuhan ekstrinsik maupun
instrinsiknya.

Peran guru dalam memotivasi siswa agar berprestasi pada mata pelajaran yang
diajarnya sangatlah besar. Oleh karena itu guru perlu menciptakan beberapa bentuk
pembelajaran yang dapat memotivasi siswa belajar, diantaranya :

1. MEMBUAT PELAJARAN BERMAKNA

8
Membuat pelajaran bermakna dapat ditempuh dengan jalan mengaitkan materi
pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Mengaitkan materi pelajaran dengan nilai-
nilai hidup di masyarakat akan melatih siswa berfikir kreatif dan inovatif serta
menimbulkan rasa keingintahuan yang tinggi untuk hal-hal yang lebih menantang.
Perlu juga ditunjukkan kepada siswa bahwa materi pelajaran itu bermanfaat bagi
kehidupannya di kemudian hari. Hal ini sesuai dengan teori belajar dari Carl R. Rogers
dan Taksonomi Bloom.

Sebagai contoh, seorang guru sering menyampaikan materi pelajaran tentang


Perang Diponegoro hanya sampai pada tahap pengetahuan (ingatan) dari aspek
kognitif saja, misalnya “kapan terjadinya Perang Diponegoro”. Para guru kurang
menanamkan nilai-nilai pada tahap “mengapa Pangeran Diponegoro diangkat sebagai
pahlawan? Mengapa seorang “Munir” yang memperjuangkan Hak Azasi Manusia tidak
dianggap sebagai pahlawan?
Sampai dengan tahap penilaian (evaluasi) dari aspek kognitif inilah seharusnya materi
pelajaran itu diajarkan, agar dikemudian hari siswa dapat berpikir kreatif dalam
kehidupannya di masyarakat.

2. MEMBANTU SISWA MENENTUKAN TARGET

Keberhasilan studi seorang siswa ditentukan oleh kemauannya sendiri, sebab


yang mengetahui tentang kemampuan seorang siswa adalah siswa itu sendiri. Ini
berarti sangat sulit bagi orang lain di luar dirinya untuk menentukan agar siswa dapat
menyelesaikan tugas-tugas belajarnya dengan hasil yang memuaskan. Jadi pada
prinsipnya yang menentukan target pencapaian prestasi belajar adalah siswa sendiri.
Hal ini sesuai dengan teori motivasi umum, yang mendorong individu berperilaku
untuk mencapai suatu tujuan.

Oleh karena itu peran guru terhadap siswa adalah memberi bantuan, motivasi,
membangkitkan semangat dan memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan siswa dalam
rangka mencapai target-target yang disusun oleh siswa sendiri untuk mencapai
prestasi belajar yang maksimal.

3. MENGGUNAKAN PROSES PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

9
Pembelajaran yang efektif apabila menempatkan siswa sebagai subyek didik
dan bukan sebagai obyek. Guru lebih berperan sebagai fasilitator saja dalam posisi
“tut wuri handayani” dan harus lebih banyak memberi peluang kepada siswa untuk
berinteraktif dalam proses pembelajarannya serta mengembangkan suasana
demokratis.

Agar materi ajar lebih mudah diserap oleh siswa serta belajar itu menjadi suatu
hal yang menyenangkan serta memberi semangat, guru harus menggunakan metode
dan media yang bervariasi, disesuaikan dengan tujuan pembelajaran serta
perkembangan kemajuan informasi dan teknologi. Hal ini sesuai dengan teori
pembelajaran dari Dunkin dan Biddle.

Agar proses pembelajaran lebih berhasil, materi, metode dan media


pembelajaran perlu disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif siswa, sesuai
dengan teori perkembangan kognitif dari Jean Piaget.
4. MENUMBUHKAN RASA AMAN DALAM BELAJAR

Tiap siswa menghendaki rasa aman, perlindungan diri dari kegelisahan atau
tekanan yang diterimanya. Siswa akan lebih bersemangat dalam belajar apabila guru
mampu menimbulkan suasana belajar yang disertai rasa aman. Hal ini sesuai dengan
teori kebutuhan dari Maslow.

5. MENCIPTAKAN HUBUNGAN YANG HARMONIS DENGAN SISWA

Hubungan antar pribadi yang baik, antara guru dengan siswa dan antar siswa,
akan menimbulkan kepuasan belajar bagi siswa yang akan memotivasi siswa untuk
belajar lebih baik lagi. Karena setiap individu ingin menjadi anggota kelompok sosial.

Ketika berlangsung proses pembelajaran, sebaiknya guru menyempatkan diri


untuk mengenal siswa pribadi lepas pribadi secara lebih mendalam, berkomunikasi
secara terbuka dengan siswa untuk hal-hal yang dianggap penting dalam kehidupan
mereka.

Adanya hubungan yang hangat antara guru dan siswa serta antar siswa akan
terjalin rasa persaudaraan, rasa memiliki dan hormat menghormati serta saling

10
pengertian dalam derajat yang tinggi. Hal ini sesuai dengan teori kebutuhan dari
Maslow, Herzberg dan David Mc. Clelland.

6. MENUMBUHKAN HARGA DIRI SISWA

Kebutuhan harga diri terungkap dalam keinginan untuk dipuji, didengar,


dihargai pandangannya serta diakui prestasinya. Semua orang ingin dihargai karena
kerja keras dan prestasi yang telah dicapai.

Penghargaan yang diberikan kepada siswa, misalnya pemberian hadiah bagi


siswa berprestasi, akan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar lebih baik lagi,
yang penting hadiah yang diberikan kepada siswa benar-benar mendorong motivasi
belajarnya.

Demikian pula hukuman yang diberikan kepada siswa yang tidak mentaati
peraturan belajar dengan hukuman yang mendidik dan proporsional juga akan
menimbulkan motivasi untuk taat pada peraturan belajar. Hal ini sesuai dengan teori
kebutuhan Maslow dan Herzberg dan teori belajar Skinner.

7. MEMBERI KESEMPATAN UNTUK PENGEMBANGAN DIRI SISWA

Bila siswa belajar dalam suasana yang memberikan kejelasan tentang masa
depannya, hal ini cenderung akan memberikan kepuasan belajar yang akan
memotivasinya untuk belajar lebih baik lagi. Pengembangan diri misalnya :
kesempatan belajar lebih lanjut, pelayanan pembelajaran berdasarkan kemampuan
akademis siswa, kompetisi secara sehat, pembelajaran pengayaan, dan lain-lain.
Pengembangan diri ini mencakup kebutuhan untuk menjadi kreatif dan dapat
merealisasikan potensinya secara penuh. Hal ini sesuai dengan teori kebutuhan
aktualisasi diri dari Maslow.

8. MENYALURKAN MINAT DAN BAKAT SISWA

Agar siswa termotivasi dalam belajar, apa yang menjadi minat dan
kegemarannya harus mendapat penyaluran.
Hal ini juga sebagai kebutuhan keseimbangan kerja otak. Di satu sisi siswa harus
bekerja keras dalam belajarnya, di sisi lain bakat dan minat siswa perlu disalurkan

11
melalui kegiatan ekstrakurikuler , misalnya : PMR, Seni Musik, kepramukaan, seni
drama, dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan teori kebutuhan aktualisasi diri dari
Maslow.

9. TANAMKAN OPTIMISME

Guru harus menanamkan jiwa optimisme kepada siswa, yakni sikap yang
berkeyakinan bahwa semua yang sudah diupayakan dengan baik, nantinya akan
berhasil. Hal ini sangat mendorong motivasi siswa untuk mengupayakan segala
sesuatu dengan baik agar diperoleh hasil yang maksimal.

Misalnya seorang yang cacat fisik, umumnya mereka banyak yang pesimis
karena keberadaannya sehingga mereka hanya dapat melakukan sesuatu yang
menurutnya dapat dilakukan. Tetapi jika mereka mempunyai optimisme yang kuat,
bukan tidak mungkin mereka akan mencapai kemampuan melebihi kemampuan orang
pada umumnya, seperti Tony Malendes yang tidak memiliki tangan tetapi dia dapat
memainkan gitar menggunakan kakinya, melebihi kemampuan gitaris pada umumnya.
Dengan demikian, jika kita memiliki optimisme yang tinggi, pasti akan berhasil.

10. MEMBERI TELADAN

Perilaku guru secara langsung atau tidak langsung, mempunyai pengaruh


terhadap perilaku siswa yang sifatnya positif maupun negatif.
Perilaku guru dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dan sebaliknya dapat
menurunkan motivasi belajarnya. Sehubungan dengan itu, maka sangat diharapkan
agar perilaku guru dapat menjadi sumber keteladanan bagi para siswanya. Dengan
contoh-contoh yang dapat diteladani, para siswa dapat lebih meningkatkan motivasi
belajarnya dan pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi belajar mereka.

12
BAB IV
PENUTUP

1. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan kami dapat disimpulkan :


1. Pembelajaran akan berhasil jika dilakukan proses yang memotivasi siswa untuk
berhasil dalam belajar.
2. Motivasi timbul karena adanya kebutuhan yang mendorong individu melakukan
tindakan untuk mencapai tujuan.
3. Untuk dapat membangkitkan motivasi siswa, guru harus memiliki 2 kompetensi
yaitu : (1) kompetensi penguasaan materi pelajaran dan (2) kompetensi
metodologi pembelajaran.
4. Teori motivasi berprestasi dari David Mc. Clelland menemukan bahwa
sementara orang memiliki dorongan yang kuat untuk berhasil. Mereka
bergairah untuk melakukan sesuatu lebih baik dan efisien dibandingkan hasil
sebelumnya.
Untuk itu peran guru harus secara terus menerus mendorong siswa berprestasi
agar mencapai keberhasilan yang optimal sesuai kecerdasan intelektual yang
dimiliki.

2. SARAN

Saran kami untuk permasalahan “proses pembelajaran yang memotivasi


prestasi belajar siswa di sekolah” perlu dilakukan pendalaman melalui penelitian
lapangan.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Denny Richard. 1995. Sukses Motivasi . Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

2. Nursito. 2002. Peningkatan Prestasi Sekolah Menengah .


Jakarta : Insan Cendekia

3. Sagala Syaiful, DR, MPd. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran .


Bandung : Alfabeta.

4. Surya Mohamad. Prof. DR. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran .


Bandung : Pustaka Bani Quraisy.

5. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia .
Jakarta : Balai Pustaka.

14

Anda mungkin juga menyukai