Anda di halaman 1dari 3

NAMA : FENDY PRABOWO

NIM ` : CAC 108 003


M.K. : AGROGEOLOGI

Planet bumi sebagai tempat kehidupan manusia, binatang, hewan dan makhluk
lainnya mempunyai peranan yang strategis dalam menata kehidupan. Bumi dengan segala
perilakunya dapat memberikan pengaruh nyata terhadap pola kehidupan. Oleh karena itu
pemahaman tentang planet bumi mulai dari bagaimana teori pembentukannya, komposisi,
bahan penyusunnya serta peristiwa-peristiwa yang dapat terjadi di permukaan maupun
di dalam bumi sangat penting untuk diketahui agar manusia dalam memanfaatkan
potensi yang ada di dalam maupun di luar bumi sesuai dengan kaidah-kaidah pelestarian
alam.
Agrogeologi secara singkat berarti ilmu yang mempelajari batuan dan mineral dibumi
yang kaitannya dengan pembudidayan tanaman dalam pertanian. Pertanian merupakan suatu
kegiatan yang berkaitan dengan upaya penangkapan energi matahari, yang kemudian
disimpan dalam karbohidrat sebagai fotosintesis dan proses-proses lainnya. Secara alami
budidaya pertanian merupakan suatu upaya yang tergantung kepada kondisi dan keadaan
spesifik dari bumi. Interaksi pertanian dengan bumi sejak lama telah dimengerti orang,
misalnya dalam bidang ekologi telah dipelajari nteraksi antara mahluk dengan alam
sekitarnya, termasuk di dalamnya hubungan antara tanaman dengan habitatnya.
Agrogeologi sebagai prinsip yang sederhana. Agrogeologi awalnya merupakan studi
tentang proses terjadinya pupuk alami dari proses pembusukan atau kerusakan dari batuan
karang vulkanis atau sejenis batu basal sebagai akibat tekanan iklim yang menghasilkan
unsur penting seperti karbon, hidrogen, oksigen, fosfor, kalium, kapur, belerang, besi, seng,
dan tembaga. Agrogeologi adalah kajian terhadap produk material mineral dari proses alami
yang bermanfaat dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian,
peternakan, dan perikanan.
Pola penyebaran Pada mulanya, tanah dipandang sebagai lapisan permukaan bumi
(natural body) yang berasal dari bebatuan (natural material) yang telah mengalami
serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam (natural force), sehingga membentuk regolith
(lapisan berpartikel halus). Konsep ini dikembangkan oleh para geologis pada akhir abad
XIX. Pandangan revolusioner menegenai tanah dikembangkan oleh Dokuchaev di Rusia pada
sekitar tahun 1870, berdasarkan hasil pengamatannya terhadap :
1. Perbedaan-perbedaan berbagai jenis tanah dijumpai suatu jenis tanah yang sama jika
kondisinya relatif sama,
2. Masing-masing jenis tanah mempunyai morfologi yang khas sebagai konsekuensi
keterpaduan pengaruh spesifik dari iklim, jasad hidup (tanaman dan ternak), bahan
induk, topografi dan umur tanah
3. Tanah merupakan hasil evolusi alam yang bersifat dinamis sepanjang masa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa terjadinya tanah dari batuan induk, menjadi bahan induk
tanah, berangsur-angsur menjadi lapisan tanah bahwa yang akhirnya membentuk tanah atas
memerlukan waktu lama sekali sampai berabad-abad.
Adapun yang menyebabkan batu-batuan induk itu menjadi lapisan tanah dan menjadi
tanah yang baik karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi, yakni sinar matahari, air,
hawa, tumbuh-tumbuhan, makhluk hidup dan jasat hidup yang lain di dalam tanah
Dinamika dan evolusi alam ini terhimpun dalam definisi bahwa tanah adalah bahan
mineral yang tidak padat (unconsolidated) terletak di permukaan bumi, yang telah dan akan
tetap mengalami perlakuan dan dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik dan lingkungan yang
meliputi bahan induk, iklim (termasuk kelembaban dan suhu), organisme (makro dan mikro)
dan topografi pada suatu periode waktu tertentu. Satu penciri beda utama adalah tanah ini
secara fisik, kimiawi dan biologis, serta ciri-ciri lainnya umumnya berbeda dibandingkan
bahan induknya, yang variasinya tergantung pada faktor-faktor pembentuk tanah tersebut.
Pengertian ini disebut sebagai definisi pedologis (pedo = gumpalan tanah) karena lebih
menitikberatkan ilmu tanah sebagai ilmu pengetahuan alam murni dalam hal :
1. Asal mula dan pembentukan tanah yang tercakup dalam bidang kajian genesis tanah,
dan
2. Nama-nama, sestematik, sifat kemampuan dan peyebaran berbagai jenis tanah yang
mencakup dalam bidang kajian Klasifikasi dan Pemetaan Tanah. Hasil kajian tanah
secara padalogis ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan dasar dalam pemanfaatan
masing-masing jenis tanah secara efisien dan rasional. Kajian Padalogi antara lain
meliputi Agrogeologi, Fisika, Kimia dan Biologi Tanah, Morfologi dan Klasifikasi
Tanah, Survei dan Pemetaan Tanah, Analisis Bentangan Lahan, Ilmu Ukur Tanah,
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah.
Secara vertikal tanah berdifferensiasi membentuk horizon-horizon (lapiasan-lapisan)
yang berbeda-beda baik dalam morfologis seperti ketebalan dan warnanya, maupun
karakteristik fisik kimiawi, dan biologis masing-masingnya sebagai konsekuensi bekerjanya
faktor-faktor lingkungan terhadap bahan induk asalnya maupun bahan-bahan eksternal,
berupa bahan organik sisa-sisa biota yang hidup di atasnya dan mineral nonbahan-induk yang
berasal dari letusan gunung api, atau yang terbawa oleh aliran air. Susunan horizon-horizon
tanah dalam lapisan permukaan bumi stebal 100-120 cm disebut sebagai profil tanah.
Masing-masing komponen tanah tersebut berperan penting dalam menunjang fungsi
tanah sebagai media tumbuh, sehingga variabilitas keempat komponen tanah ini akan
berdampak terhadap variabilitas fungsi tanah sebagai media tumbuh.
Lebih sederhana lagi, hasil penelitian Straaten menyebutkan Agrogeologi merupakan
Geologi yang melayani Pertanian (agriculture). Bagaimana memanfaatkan proses geological
dan bebatuan/material untuk memperbaiki kondisi pertanian, khususnya kondisi tanah yang
semakin kehilangan zat haranya. Agrogeologi perlu semakin dikembangkan, karena kini tak
kurang dari 1,2 miliar penduduk dunia hidup dengan penghasilan kurang dari satu dollar
Amerika Serikat (AS)-sekitar Rp 8.300-per hari. Kondisi ini terjadi karena makin banyak
orang yang tidak mempunyai tanah atau tanahnya sudah tidak layak lagi ditanami. Sedangkan
di Indonesia sendiri menurut penelitian Robiyanto, agrogeologi memang banyak
berkembang, akan tetapi pengembangan Agrogeologi di Indonesia semestinya lebih
mendapat tempat lagi karena kekayaan di bidang pertambangan dan pertanahan (Geologi) di
era otonomi daerah mempunyai nilai yang tinggi dan strategi. Pemerintah kabupaten/kota
harus mempunyai peta Geologi dan tahu bagaimana memanfaatkan kekayaan tersebut,
sehingga dengan mengerti dan memahami ilmu agrogeologi, kita akan mengerti secara umum
mengenai proses-proses terbentuknya batuan/mineral atau kekayaan batuan/mineral yang
dapat dimanfaatkan untuk mendukung pertanian, dan secara khusus atau tidak langsung kita
dapat mengetahui tingkat kesuburan tanah didaerah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai