Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

RESUME

PENGELOLAAN DAS

Komponen DAS

Oleh :

NAMA : FENDY PRABOWO


NIM : CAC 108 003

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
2010
PENGELOLAAN DAS

Pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) secara merupakan sebuah pendekatan


holistik dalam mengelola sumberdaya alam yang bertujuan untuk meningkatkan kehidupan
masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam secara berkesinambungan. Di daerah dataran
tinggi curah hujan yang jatuh akan mengalir dan berkumpul pada beberapa parit, anak sungai,
dan kemudian menuju ke sebuah sungai. Keseluruhan daerah yang menyediakan air bagi
anak sungai dan sungai-sungai tersebut merupakan daerah tangkapan air (catchment area),
dikenal sebagai daerah aliran sungai (DAS).
DAS dapat diartikan daerah yang dibatasi oleh topografi secara alami sehingga semua
air hujan yang jatuh diatas das tersebut akan mengalir melalui titik pembuangan (outlet) yang
sama, atau daerah aliran sungai (das) adalah wilayah tangkapan air mulai dari hulu sampai
dengan hilir yang merupakan satu kesatuan tata air sebagai penyangga kehidupan yang utuh
DAS merupakan unit hydro-geologis yang meliputi daerah dalam sebuah tempat
penyaluran air. Air hujan yang jatuh di daerah ini mengalir melalui suatu pola aliran
permukaan menuju suatu titik yang disebut outlet aliran air. Untuk tujuan pengelolaan dan
perlindungan, das dibagi menjadi tiga bagian, yaitu das bagian hulu, das bagian tengah dan
das bagian hilir. Daerah hulu merupakan daerah yang berada dekat dengan aliran sungai yang
merupakan tempat tertinggi dalam suatu das, sedangkan daerah hilir adalah daerah yang
dekat dengan jalan ke luar air bagi setiap das dan daerah tengah adalah daerah yang terletak
di antara daerah hulu dan daerah hilir.
DAS memiliki aspek sosial yang kompleks. Sebagian penduduk yang memiliki tanah
di das atau yang bergantung pada sumber das tidak tinggal di dalam das tersebut. Dengan
kata lain ada petani yang tinggal di luar das, yang merupakan pemilik lahan pertanian yang
terletak dalam suatu das atau penduduk yang memanfaatkan sumber daya alam ini. Ada
petani yang tidak memiliki lahan garapan, dan ada petani yang memiliki lahan di beberapa
das. Aspek sosial ini sangat berperan dalam pembentukan sebuah lembaga yang mengelola
program das. Oleh karena itu, kompleksitas ini sangat penting untuk dipahami sebelum
sebuah lembaga terbentuk.
Komponen Pengelolaan DAS.
Program pengelolaan DAS terpadu adalah sebuah paket yang menyatukan semua
komponen DAS berdasarkan prioritas masyarakatnya. Program ini memiliki komponen-
komponen sebagai berikut:

1. Pengembangan Sumberdaya Alam: Lahan, Hutan dan Air


Penduduk yang tinggal dalam DAS dan menggunakan sumberdaya alam tersebut
merupakan bagian penting dari program pengelolaan DAS. Mereka merupakan sumber
utama dan perlu menginvestasikan dananya demi kemajuan pengelolaan DAS. Program
ini harus bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan komitmen penduduk akan
perlunya perlindungan sumberdaya alam agar saling menguntungkan. (Peternak harus
memberi makan dan memelihara sapi yang dimiliki agar dapat diperas susunya; hal ini
sama dengan kebutuhan untuk memelihara dan melindungi sumberdaya alam agar dapat
menghasilkan jasa-jasanya, termasuk jasa-jasa lingkungan). Disamping itu,
pengembangan keahlian, kearifan dan rasa percaya diri penduduk dalam mengelola dan
meningkatkan sumberdaya alam sangat dibutuhkan. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberi dukungan bagi kelompok dalam membina kelembagaan yang mengembangkan
visi/misi mereka, sebuah strategi untuk memenuhi visi mereka.

2. Tindakan pengendalian untuk meminimumkan laju degradasi dan memperbaiki


sumberdaya alam
Tindakan ini termasuk pengendalian lahan yang dapat ditanami (baik milik pribadi
yang ditanami ataupun lahan tidur milik pribadi), lahan tidur, aliran air dan kelembagaan
sosial. Tindakan ini juga meliputi perbaikan sumberdaya alam seperti pohon, tanaman
semusim, hutan, air permukaan, dll.

3. Pengelolaan Sumberdaya Alam: Lahan, Hutan dan Air


Pengelolaan sumberdaya alam sama pentingnya dengan menumbuhkannya. Jika
tidak dilakukan maka akan menyebabkan degradasi. Misalnya:
a. Pengelolaan tanah yang efektif memerlukan pengelolaan kesuburannya
secara terpadu untuk mempertahankan tingkat produktivitas tanaman
pangan. Talud saja tidak cukup.
b. Pengelolaan air yang meliputi kegiatan untuk meningkatkan penggunaan air
tanah (green water) dan air permukaan (blue water) secara efisien seperti
pengontrolan irigasi yang berlebihan, penggunaan sistem irigasi drip
(menetes) atau pot (lubang didalam tanah), penanaman bersistem tadah
hujan, penanaman yang tidak membutuhkan banyak air dll.
c. Pengelolaan sumberdaya alam seperti hutan lestari, penampungan limbah
organik, penampungan air hujan dll, meliputi penyusunan strategi yang
melibatkan penduduk yang mengelola sumberdaya alam tersebut
(perlindungan hutan dengan menggunakan dana dan proyek tidaklah cukup).

4. Diversifikasi Mata Pencaharian


Dalam sebuah pendekatan pengelolaan DAS terpadu, peningiatan pendapatan
rumahtangga melalui non-pertanian sangat penting untuk dlakukan, karena hal ini dapat
mengurangi tekanan pada sumberdaya alam dan memberi kesempatan pada penduduk
yang tidak mempunyai lahan pertanian atau penduduk sekitar yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari dari kegiatan yang berhubungan dengan pertanian saja. Dalam
situasi pertanian yang tidak menguntungkan, seperti pada daerah rawan kekeringan, hal
ini perlu dilaksanakan oleh penduduk miskin di pedesaan. Kegiatan tersebut meliputi
kegiatan penyuluhan seperti peternakan dan pertanian. Kegiatan ini seperti perdagangan
dan usaha berskala kecil juga cukup membantu. Akan tetapi, beberapa penduduk pada
awalnya kurang terterik untuk melaksanakan kegiatan ini karena kurangnya keahlian,
pengetahuan, rasa percaya diri ataupun modal usaha.
Oleh karena itu, pengenalan potensi untuk mendukung penduduk yang
berkeinginan melaksanakan kegiatan tersebut sangat penting untuk dilakukan. Disamping
itu, perlu diketahui juga strategi rumahtangga pedesaan dalam memenuhi kebutuhan dan
kecukupan pangannya.

Komponen Lingkungan DAS

1.1. Komponen DAS

DAS (Daerah Aliran Sungai), pada hakekatnya merupakan hamparan landsekap yang
dibatasi oleh punggungan bentuk medan (topografi), sehingga setiap titik air yang jatuh akan
mengalir melalui satu outlet (satu aliran). Berdasarkan alur-alur/cabang sungai, dibedakan
menjadi (a) Sub DAS, yaitu cabang aliran sungai yang membentuk bagian wilayah DAS, (b)
Sub-sub DAS, yaitu ranting sungai yang membentuk bagian dari Sub-DAS. Berdasarkan
Wilayah Pengelolaannya (WP) DAS, dibedakan menjadi 3 yaitu: (a) WPDAS Bagian Hulu,
(b) WPDAS Bagian Tengah, dan (c) WP DAS Bagian Hilir. Semua aliran air dari hulu,
tengah dan hilir, secara keseluruhan keluar melalui satu outlet yaitu bermuara di perairan laut.

Sungai utama, cabang dan ranting sungai, juga dibedakan berdasarkan komponennya
yang dipelajari menurut koridor sungai, atau penampang badan sungai. Bagian penting dari
penutupan vegetasi di tepian sungai yang berperan sebagai penyangga/sempadan sungai
dikenal dengan istilah bantaran sungai, dan berdasarkan Kepres No. 32 tahun 1990,
ditetapkan sebagai Kawasan lindung penyangga sempadan sungai.

1.2. Komponen Struktur Sungai

Sempadan sungai/bantaran sungai adalah lahan pada kanan dan kiri badan sungai
yang ditumbuhi oleh vegetasi alami spesifik (riparian) dan dipengaruhi oleh batuan dasar
sebagai bagian dari struktur sungai, atau dibedakan sebagai berikut :

(a). Alur Sungai

Alur sungai adalah bagian dari muka bumi yang selalu berisi air mengalir yang
bersumber dari aliran limpasan, aliran sub surface run-off, mata air dan air bawah tanah (base
flow).

(b). Dasar dan Gradien sungai

Dasar sungai dari hulu ke hilir memperlihatkan perbedaan tinggi (elevasi), dan pada
jarak tertentu atau keseluruhan sering disebut dengan istilah “gradien sungai”; yang
memberikan gambaran berapa presen rataan kelerengan sungai dari bagian hulu kebagian
hilir. Besaran nilai gradien berpengaruh besar terhadap laju aliran air. Dasar sungai
merupakan batuan dasar yang keras, umumnya tidak rata sering terendapkan material yang
terbawa oleh aliran sungai (endapan lumpur). Tebal tipisnya dasar sungai sangat dipengaruhi
oleh batuan dasarnya.

(c). Bantaran sungai

Bantaran sungai merupakan bagian dari sungai, merupakan lahan pada kanan dan kiri
sungai, terletak mulai batas datar tebing sungai menjauh dari badan sungai ke arah daratan.
Peranan fungsinya cukup efektif sebagai penyaring (filter) nutrien, menghambat aliran
permukaan dan pengendali besaran laju erosi. Bantaran sungai merupakan habitat
tetumbuhan yang spesifik (vegetasi riparian), yaitu tetumbuhan yang komunitasnya tertentu
mampu mengendalikan air pada saat musim penghujan dan kemarau. Berdasarkan Kepres
No. 32 tahun 1990, di wilayah perkotaan ditetapkan minimal 50 meter pada kanan dan kiri
badan sungai, sedangkan di luar daerah perkotaan ditetapkan 100 meter.

(d). Tebing/jering sungai

Bentang alam yang menghubungkan antara dasar sungai dengan tanggul sungai
disebut dengan “tebing/jering sungai”. Tebing sungai umumnya membentuk lereng atau
sudut lereng, yang sangat tergantung dari bentuk medannya. Semakin terjal akan semakin
besar sudut lereng yang terbentuk. Tebing sungai merupakan habitat dari komunitas vegetasi
riparian, kadangkala sangat rawan longsor karena batuan dasarnya sering berbentuk cadas.

(e). Tinggi aliran normal

Keadaan rataan tinggi air sungai saat musim hujan normal.

(f). Tinggi air semu

Batas tinggi air saat debit mencapai puncak. Di lapangan ditandai dengan plastik atau
bekas lumpur yang menempel pada pepohonan. Kadangkala, tinggi air semu mencapai batas
flood plain topografi (dataran banjir topografi). Hal tersebut seperti yang telah terjadi pada
tahun 2002 di daerah Bukit Duri (Tebet) Jakarta Selatan.

Komponen lingkungan hidup dalam DAS

Komponen lingkungan hidup dalam DAS, ditelaah berdasarkan penggunaan


lahan/tanah.Pada dasarnya penggunaan tanah dibedakan menjadi: (a) hutan, (b) permukiman,
(c) kebun/pekarangan, (d) perkebunan, (e) pesawahan, (f) kawasan tandon air, dan
sebagainya.

Walaupun pemahaman terhadap komponen lingkungan hidup di sekitar sungai (tepian


sungai) sama pengertiannya dalam DAS, akan tetapi jangkauan wilayahnya lebih sempit,
yaitu antara 100-500 meter pada kanan dan kiri badan sungai. Pengertian komponen
lingkungan hidup pada tepian sungai meliputi (a) badan sungai, (b) bantaran sungai, dan
hamparan lahan sejauh minimal 100 meter dari kanan dan kiri sungai.
Konsep Perencanaan Pengelolaan DAS

Konsep Perencanaan Pengelolaan DAS, dengan ciri-ciri sebagai berikut :

(1) hutan masih dominant,

(2) satwa masih baik,

(3) lahan pertanian masih kecil,

(4) belum ada pencatat hidrometri, dan

(5) HPH disiapkan untuk beroperasi.

Secara singkat, sebagai suatu ekosistem alami yang mudah dikenali, komponen DAS
terdiri dari unsur bio-fisik yang bersifat alami dan unsur-unsur non-biofisik. Unsur biofisik
terdiri dari, vegetasi, hewan, satwa liar, jasad renik, tanah, iklim dan air. Sedangkan unsur
nonbiofisik adalah manusia dengan berbagai ragam persoalannya, latar belakang budaya,
sosial ekonomi, sikap politik, kelembagaan serta tatanan masyarakat itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai