Anda di halaman 1dari 14

Keajaiban Kekuatan Pikiran Kisah Nyata

Tentang Mengubah Hal-hal Mustahil


Menjadi Mungkin dan Terlaksana
View Full-Size ( Serambi )
Image Rp.39.000,00 
Rp.32.175,00
You Save: 17.50%

Detail Buku
Penulis : Dr. Joseph Murphy
Penerbit : SERAMBI
Tahun Terbit : November 2009
ISBN : 978-979-024-174-9
Jumlah Halaman : -
Berat Buku : -
Cover : - 
: Dimensi : -
Sinopsis
Seorang lelaki tua berhasil menerbangkan rumahnya dengan menggunakan
balon gas. Keajaiban itu bisa kita temui dalam FILM ANIMASI. Dalam
buku ini, kita akan membaca KISAH NYATA yang lebih menakjubkan,
salah satunya tentang seorang terpidana mati yang bebas dari maut setelah
mempraktikkan teknik KEAJAIBAN KEKUATAN PIKIRAN. 

Dr. Joseph Murphy merupakan seorang pakar paling terkenal dalam bidang
kekuatan pikiran bawah sadar. Murphy memaparkan teknik-teknik “mind-
focusing” yang revolusioner. Teknik-teknik ini telah membantu ribuan
orang mempelajari hukum kekuatan pikiran dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Karena buku ini memadukan pemahaman mendalam
tentang agama dan penemuan psikologi modern, kita akan mencapai
tingkatan baru dalam kecerdasan spiritual yang akan membuat kita
memperoleh kesehatan baru, kebahagiaan baru, kesejahteraan baru, dan
kehidupan baru dalam kepuasan jiwa yang mengagumkan. 

Dalam keseluruhan bab yang ditulis dengan cermat dalam bahasa yang
sederhana, praktis, dan bersahaja ini, Murphy membahas persoalan yang
biasa kita hadapi sehari-hari:

 Kesehatan
 Karier
 Keuangan
 Keluarga
 Percintaan
DR. JOSEPH MURPHY menulis, mengajar, memberikan bimbingan, dan
berceramah untuk ribuan orang di seluruh dunia selama hampir lima puluh
tahun. Setelah bertahun-tahun meneliti dan mempelajari agama-agama besar
di dunia, dia meyakini bahwa Kekuatan Mahabesar di balik itu adalah Sang
Kuasa di dalam diri Anda!
Fokus? Atau Prioritas?
Posted on January 7, 2008 by sic

Judul Buku: The Medici Effect

Penulis: Frans Johannsson


Terjemahan, November 2007.
Serambi
“Aduuuh… mikirnya jangan loncat-loncat dong. Pengennya banyak banget sih?
Fokus dong!”
Sering enggak dapat komentar seperti itu? Kalau iya, jangan dulu kecil hati. Sesuatu yang
dinilai sebagai implementasi sikap yang tidak fokus itu, bisa jadi merupakan bagian kecil upaya
otak Anda mencari area titik temu. Hm, apa tuh?
Well, yang dimaksud Frans Johansson dalam bukunya, The Medici Effect ialah area
persilangan ilmu dan atau budaya. Jika aliran Rock dipadu dengan klasik, maka hasilnya ialah
album Tubular Bells yang terjual 16 juta copy dan melambungkan nama pemusik Mike Oldfield
sekaligus juga Richard Branson yang sukses berat dengan Virgin Groupnya , hingga saat ini.
Jika teknik arsitektur berpadu dengan ilmu ekosistem alam, maka hasilnya ialah Eastgate,
komplek pertokoan di Harare Zimbabwe yang melambungkan nama Mick Pearce sebagai
inovator perintis bidang arsitektur baru yang meniru konsep alam. Eastgate bukan sekadar
pertokoan biasa. Pearce menjadikannya istimewa karena ia mampu menjaga suhu stabil
pertokoanpada kisaran 23-25 derajat celcius TANPA ACkarena meniru cara kerja
rayap mendinginkan sarang-sarang mereka.
Johansson memaparkan pada kita, betapa luasnya kemungkinan tercipta jika saja kita mau
memasukkan ide secara serampangan ke dalam otak, dan lepas dari asosiasi-asosiasi
penghalang yang menetap di bawah alam sadar kita.
Well, membaca The Medici Effect mengingatkan saya pada sebuah point penting dalam tulisan
Friedman-Worls is Flat – bahwa : Tidak penting apakah kamu ialah seorang generalis (banyak
bisa tapi setengah-setengah) atau spesialis, karena yang dibutuhkan dunia dalam peradaban ini
ialah manusia yang adaptif, yang cepat menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman sehingga
cepat juga mengambil keuntungan. Dalam buku ini Johansson banyak mengetengahkan
contoh-contoh kesuksesan bisnis berkat optimisasi titik temu.
Namun, Johansson juga secara tegas menentukan batas “seberapa serampangan” agar kita
bisa memaksimalkan area titik temu antar bidang. Menurutnya, kedalaman tentang suatu
bidang tetap diperlukan. Namun perlu membuka diri bagi informasi-informasi baru dan
mencatatnya hingga waktu yang dibutuhkan memunculkan ide itu tiba. (Termasuk lulus s1
matematika dan jadi wartawan enggak ya?   )
Johanssen juga mencatatkan beberapa tips, bagaimana memunculkan ide titik temu. Termasuk
didalamnya ialah bagaimana menghasilkan banyak ide secara aktif, dan memperlakukan sesi
brainstorming yang optimal (ia menjelaskan hasil penelitian yang menunjukkan jumlah ide
kreatif hasil braisntorming yang dikerjakan secara berkelompok hanya setengah dari ide yang
dihasilkan dari brainstorming personal)
Ia memaparkan, saat ini kita akan lebih sering bertemu fenomena munculnya inovasi dari area
titik temu. Karena menurut Johansson, kebangkitan titik temu didorong oleh tiga faktor, yaitu
perpidahan orang, konvergensi ilmu pengetahuan dan lompatan pemanfaatan komputer. Ya,
tidak ada lagi ilmu yang tunggal, karena semua nya kini berarah pada ilmu lintas disiplin.
Jadi, pesan yang saya dapat dari buku ini barangkali : jangan terlalu bangga dulu sih kalo
menjadi orang yang FOKUS. Salah-salah malah mematikan area persilangan ide yang
platinum. Mungkin lebih pas kalau yang dituntut ialah prioritas. Karena itu mengacu pada target
pencapaian dan waktu, bukan tentang apa yang dipikirkan otak.
Resensi Buku Nonfiksi

Judul : Bengkel Kreativitas


Penulis : Jordan E. Ayan
Penerbit : KAIFA
Cetakan : II, November 2002
Tebal : 312 halaman

Sebuah permainan menyenangkan menelusuri ladang kreatifitas yang kaya. Buku Bengkel Kreatifitas
Ayan ini ditakdirkan untuk membuat pola pikir penikmatnya menjadi lebih menarik dan orisinal. Bengkel
Kreatifitas adalah sebuah survey ide untuk melejitkan kreatifitas yang mengasikkan dan menyenangkan.
Antisiasme Jordan Ayan sulit dibantah dan setiap penikmat buku ini akan mendapatkan strategi yang
sesuai. Bengkel Kreatifitas adalah buku panduan untuk membebaskan semangat kreatif yang penuh
inspirasi sekaligus praktis. Masa dapan adalah milik mereka yang mampu membentuknya. Buku unik
Jordan Ayan ini akan menunjukan cara membentuk masa depan, yaitu dengan menyediakan kunci untuk
membuka ide-ide cemelang. Didalam buku ini kita mendapatkan sepuluh cara untuk menemukan ide-ide
pamungkas melalui pergaulan, lingkungan, perjalanan, permainan, alam bawah sadar, seni, teknologi,
berfikir, bacaan, dan jiwa kreatif.
Setelah membaca buku ini penulis berharap, bila anda merasa anda bukan tipe orang yang kreatif, maka
anda pasti akan merubah pikiran setelah membaca buku Bengkel Kreatifitas ini. Jordan Ayan akan
mengajak anda untuk menjadikan seluruh dunia anda menjadi bengkel guna menempa kembali
kraetifitas anda. Perkakas yang akan anda temukan dalam bengkel ini bukanlah palu atau obeng,
melainkan sepuluh strategi yang dapat anda gunakan untuk membongkar, memasang, merakit, dan
mengembangkan daya kretif anda. Baik anada ingin lebih kreatif dalam mengembangkan ide-ide baru
ditempat kerja anda, maupun mencari inspirasi untuk kegiatan pribadi, seperti menulis atau melukis,
buku ini akan membantu anda meluaskan wawasan dan menyulut semangat kreatif anda.
Memaknai Kembali Niti Sastra
Judul : Niti Sastra, Kebijaksanaan Klasik Bagi Manusia Indonesia Baru

Penulis : Anand Krishna

Kata pengantar : Sri Sultan Hamengku Buwono X

Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama

Cetakan : I, April 2008

Tebal : xvii + 316 halaman

Harga : Rp. 50.000,-

Sekedar membaca kata pengantarnya saja sudah membuat bulu roma merinding. Kenapa?
Karena ditulis oleh pewarih sekaligus pelaku dan pelestari (peng-nguri-uri) budaya Nusantara di
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tercinta ini. Siapa lagi kalau bukan Sri Sultan Hamengku
Buwono X. Secara apik Ngarso Dalem melukiskan budaya Jawa itu menyimpan aroma khas
yang menggoda banyak orang. Tak akan habis-habisnya membicarakan budaya Jawa, terutama
aspek-aspek falsafah hidup Jawa. Tak akan membosankan karena penuh makna dan banyak
timbunan simbol filosofi yang merangsang keingintahuan kita. Percikan-percikan falsafah hidup
Jawa menyelinap halus dalam karya susastra lama (hal x vi).

Nah Niti Sastra merupakan satu di antara begitu banyak harta-karun yang terpendam di
Jawadwipa ini. Ironisnya kenapa kita justru melupakan warisan leluhur tersebut? Dengan lebih
sering meng-copy paste budaya dari luar. "Niti" berarti "pedoman perilaku", sedangkan "Sastra"
sinonim dengan senjata ampuh alias alat yang ampuh guna menjalani kehidupan secara bermutu.
Kakawin ini ditulis pada masa kejayaan Majapahit sekitar lima abad silam.

Anand Krishna menggunakan aneka rujukan guna mengapresiasi susastra klasik tersebut.
Misalnya, Bibliotheca Javanica 54 (R. Ng. Dr. Poerbatjaraka, 1933), terjemahan dalam bahasa
Jawa oleh R.M. B Djajahendra (Balai Pustaka, 1960), terjemahan dalam bahasa Indonesia oleh
Padmodihardjo dan Resowidjojo (Depdikbud, 1978) dan last but not least karya monumental Sir
Stamford Raffles - The History of Java - yang menyajikan Niti Sastra dengan versi bahasa
Inggrisnya.

Ternyata leluhur kita begitu piawai mengolah rasa, pikiran, bahkan sampai pada urusan profan
tata negara. Ambil contoh soal ukuran keberhasilan seorang pemimpin (hal 76). "Anak manusia
tergantung pada induknya; ikan tergantung pada kedalaman airnya; burung di langit
tergantung pada sayapnya; seorang pemimpin tergantung pada kepuasan mereka yang
dipimpinnya" (bab II)) Kontekstualisasinya kini berarti kepuasan rakyatlah yang menjadi tolok
ukur keberhasilan pemimpin. Baik itu dari tingkat RT sampai level Nasional sekalipun. Bila
masyarakat justru menderita akibat salah urus (miss-management) para birokrat maka lebih baik
lengser keprabon saja. Saatnya memberikan kesempatan pada generasi muda yang lebih bugar,
berani dan pro rakyat untuk tampil ke atas panggung.

Secara lebih mendalam, buku ini juga mengulas perihal kesehatan mental. Tapi bukan secara
parsial berdasarkan diagnosis medis ala Barat melainkan holistik berbasis budaya lokal (hal 226).
"Berhati-hatilah selalu terhadap enam musuh: keinginan yang berlebihan; amarah;
keserakahan; keterikatan; rasa iri dan keangkuhan. Janganlah sekali-kali meremehkan kekuatan
mereka. Berhati-hatilah supaya pikiranmu tetap jernih, akal tetap sehat" (bab IV). Oleh sebab
itu - menyitir petuah Raden Ngabehi Ronggowarsito - "Senantiasalah eling lan waspodo…"
Berada di bawah maupun di atas "Aku" tetap seimbang. Sang Aku itulah "Purwaning Dumadi".
Para ilmuwan pun telah memverifikasi bahwasanya 80 persen penyakit kronis dewasa ini lebih
disebabkan oleh faktor pikiran (stress, trauma, dendam, depresi, dlsb). Sehingga rumusan
matematis ialah: kejernihan budi berbanding lurus dengan kesehatan holistik seseorang.

Lantas apa nada-nada-nya (tanda-tanda) seseorang itu sehat lahir - batin? mantan pengusaha
garmen yang banting setir menjadi aktivis spiritual lintas agama paska sembuh dari belitan
Leukemia tersebut menandaskan, "Seorang bijak bukanlah ia yang menjelek - jelekkan orang
lain hanya untuk memperoleh perhatian (hal 227)." Wilder yang mem-"fitna" spirit Islam
ataupun "oknum" pemuka agama yang mengkafir-kafir atau mensesat-sesatkan sesama putra-
putri Ibu Pertiwi yang berbeda agama, keyakinan dan cara mengabdi Sang Gusti Tan Kinaya
Apa jelas masih perlu menjalani rawat inap.

Seperti 110 buku lebih lainnya, Anand Krishna memiliki gaya penulisan yang khas. Yakni
mampu menyampaikan ajaran luhur secara lugas. Bahasanya mengalir santai, ceplas-ceplos
tanpa menafikan kedalaman maknanya dan…disertai pula dengan humor segar. Tapi khusus
dalam buku ini pria keturunan India kelahiran Surakarta tersebut banyak mencantumkan kutipan-
kutipan pidato Bung Karno. Misalnya mengawali bab VIII (hal 167-177) termaktub, "Kita
sekalian ialah mahkluk Allah. Dalam menginjak waktu yang akan datang, kita ini seolah-olah
adalah buta. Ya benar kita merencanakan, kita bekerja, kita mengerahkan angan-angan kepada
suatu hal di waktu yang akan datang. Tetapi pada akhirnya, Tuhan pulalah yang menentukan.
Justru karena itulah, bagi kita adalah suatu kewajiban untuk senantiasa memohon pimpinan
kepada Tuhan." Putra Sang Fajar – Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

Manusia memang hanya alat-Nya, "Niti Sastra" di tangan DIA yang satu adanya. Buku ini
merupakan sarana refleksif guna mencecap Kasih Maha Maya (Bunda Alam Semesta) sehingga
niscaya kita tak akan mempersoalkan perbedaan kolam agama di KTP dengan tetangga sebelah.
FIKIH GAUL
Penulis : Thobieb Al Asyhar
Penerbit : PT Syaamil Cipta Media
Tahun Terbit : 2005
Ukuran : 162 Halaman; 23,5 cm
ISBN : 979-3529-08-7

Buku ini mengupas semua masalah remaja, baik kehidupan sosial, keluarga maupun agama. Semua
dibahas secara jelas dan lengkap. Laki-laki maupun wanita tidak akan kecewa membaca buku ini.
Dengan bahasa yang mudah dimengerti, membuat para pembaca mudah mencerna seluruh bacaannya.
Dilengkapi dengan bahasa yang indah dan gaul, membawa para pembaca masuk ke alam dunia buku
‘Fikih Gaul’ ini.
Buku ini memuat tiga Bab besar. Yang mencakup semua sisi kehidupan. Bab pertama, ‘Be A Cool
Teenager’ membuat kita tahu bagaimana menjadi orang yang menyenangkan untuk keluarga, teman,
maupun cowok/cewek dambaan. Kita bisa semakin sadar betapa buruknya orang yang bohong, nge-
gosip, atau bahkan yang percaya sama yang namanya RB, Ramalan Bintang.
Bab kedua, ‘Be A Funky Teenager’ membuat kita sadar akan gaya hidup (Life Style) yang terkesan funky,
menjadi sebuah kesadaran yang mendalam ketika kita membacanya.Misalnya, disini akan dibahas soal
tato, onani, kebiasaan menyontek, memakai wig, narkoba, hingga masalah aborsi. Begitu lengkap! Buku
ini akan terus mengupas masalah tersebut. Hingga kamu benar-benar menjadi Funky Teenager.
Ini yang ditunggu-tunggu, ‘Be A smart Teenager’ bukan berarti kamu itu bakal jadi cerdas alias bakal
dapat juara satu dikelas. Tetapi buku ini menjadikan remaja yang cerdas menghadapi tantangan global
yang bersifat sakral. Menceritakan ajaran-ajaran pokok Islam, ajaran yang begitu sempurna. Contohnya
seperti Bersuci, Shalat, Puasa, Zakat, Haji, Jihad bahkan makan dan minum. Sungguh komplit, bukan!
Namun, buku ini lebih merujuk ke ajaran Islami. Menunjukkan Islam itu indah yang dapat membuat kita
bisa jadi gaul, tetapi tetap menjaga akidah. Walau demikian, buku ini bebas untuk menjadi kalangan
siapapun, termasuk non-muslim.
Setelah membaca buku ini, ke-percayaandiri-pun akan menjadi meningkat. Membuat kita semakin
yakkin akan semua kegiatan yang akan kita lakukan. Jadi, menjadi gaul bukan berarti tidak ber-akidah,
lo!.
Isi Resensi :
Hafalan Shalat Delisa

Sebuah kisah sederhana namun sarat makna. Pembelajaran shalat pada seorang anak berumur 6
tahun sungguh membuka kesadaran bahwa urusan shalat adalah urusan serius yang harus mulai
ditanamkan pada anak-anak sejak kecil jauh sebelum massa baligh datang. Ujian praktek shalat
layaknya seperti pesta kecil tahunan, ibu-ibu ramai mengantar, sementara anggota keluarga lain
di rumah menanti dengan sambutan yang meriah. Selembar ijazah tanda lulus dan sebuah hadiah
manis dari sang ummi sungguh sangat memotivasi anak. Ide yang sangat menarik, urusan shalat
menjadi urusan yang serius bagi semua, mulai dari ummi, abi, kakak, bu guru, pak ustadz, koh
acan pedagang perhiasan di pasar... dijalin dengan indah, pada jaman dimana orang tua lebih
bangga mengantar dan memotivasi anak pada pesta kemeriahan lomba-lomba kecerdasan, lomba
busana, lomba menyanyi dan sejenisnya. Tere-Liye sang penulis, mengurai cerita ini begitu
runut, sederhana, namun mudah dimaknai. Dimulai dari kesibukan keluarga Delisa yaitu ummi
dan tiga kakak perempuannya serta Delisa si bungsu - sementara abi sang ayah bekerja di tanker
perusahaan minyak internasional berkeleliling dari satu benua ke benua lainnya dan
mengunjungi keluarga setiap tiga bulan sekali -. Ummi, kakak, ustadz, bu guru, semua serius
mengajari Delisa hafalan bacaan shalat. Delisapun serius menghafal bacaan shalatnya. Berlatar
belakang tragedi tsunami, cerita diurai bagaimana perjuangan Delisa menghafal bacaan shalatnya
yang terputus tepat air bah tsunami menghantam Lhok Nga. Kesendirian ... sebuah kata yang
menakutkan bahkan bagi orang dewasa sekalipun. Kakak-kakak Delisa, Ummi Delisa, Ummi
Tiur sahabat Delisa, Ibu Guru Nur .... tidak memperkenankan Delisa ikut ke dalam taman indah
sejuta warna. ”Delisa harus tinggal, Sayang. Delisa harus menyelesaikan hafalan itu, Sayang...”
Delisa sendiri ditinggal orang-orang tercinta, terjerembab di atas semak belukar. Tak ada yang
membantu. Namun.. ”Kau memiliki lebih banyak teman dibandingkan seluruh dunia dan
seisinya...” Delisa bagai malaikat kecil bagi orang-orang disekelilingnya dan orang-orang yang
mengenalnya. Memberi kesadaran. Delisa mengajarkan makna menerima, keikhlasan atas
kehilangan. Banyak hal yang dicintai Delisa telah pergi dari kehidupannya kini, ummi, kakak-
kakak, rumah, sekolah, meunasah, teman-teman, tempat bermain dan segalanya. Namun Delisa
kecil menganggap semua kepergian ini dengan sederhana. Benar-benar sederhana. Tidak ada
penolakan. Tidak ada pengingkaran. Bahkan kini Delisa kehilangan hafalan bacaan shalatnya
yang nyaris sempurna sesaat sebelum air bah menghantamnya. Delisa terus mencari hafalan
shalatnya..... Tere-Liye sang penulis juga mengurai jalinan cerita pasca tsunami dengan sangat
indah. Tidak ada kesan menggurui semua mengalir sederhana. Bahwa di balik musibah
terkandung banyak hikmah. Silaturrahim terjalin tanpa batas. Hidayah. Keihkhlasan. Meski
jalinan kisah sang tokoh terlalu sempurna untuk anak kecil berumur 6 tahun, namun buku ini
memberi kesadaran aku benar-benar cemburu... . Hati-hati aku membaca foot note sang penulis –
yang memang membuat buku ini terasa istimewa – dan benar-benar membuat cemburu....
Hafalan Shalat Delisa
Judul : Hafalan Shalat Delisa

No. : ISBN 979-3210-60-5

Penulis : Tere Liye

Penerbit : Republika

Tanggal terbit : 2005

Jumlah Halaman : 248

Berat Buku : –

Jenis Cover : Soft Cover

Dimensi(L x P) : –

Kategori : Islam

Text : Bahasa Indonesia

Harga : Rp 45.900,00

SINOPSIS BUKU Buku yang indah ditulis dalam kesadaran ibadah. Buku ini mengajak kita mencintai
kehidupan, juga kematian, mencintai anugerah juga musibah, dan mencintai indahnya hidayah.
– Habiburrahman El Shirazy
Novelis/penulis Best Seller Ayat-Ayat Cinta

Novel ini disajikan dengan gaya sederhana namun sangat menyentuh. Penulis berhasil
menghadirkan tokoh-tokoh dan suasana dengan begitu hidup. Islami dan luar biasa. Pantas
dibaca oleh siapa saja yang ingin mendapatkan pencerahan rohani.
– Ahmadun Yosi Herfanda
Sastrawan dan Redaktur Sastra Republika

Dramatis, tanpa perlu hiperbolik. Menyentuh, tanpa perlu mengharu-biru. Kecerdasan dalam
kepolosan. Terkadang malu sendiri ketika menyimak si mungil Delisa. Seolah menonton film
dokumenter ketika membacanya lembar demi lembar. Two thumbs up!
– Azhar Kuntoaji
Fotografer; Pembaca Pertama Novel Ini; Penikmat Sastra
Novel tentang bacaan shalat anak 6 tahun dengan latar bencana tsunami ini sangat mengharukan.
Nilai keikhlasan dengan halus di jalin pengarangnya ke dalam plot cerita dunia kanak-kanak ini.
Saya membacanya dengan rasa sentimental, karena selepas tsunami saya pernah bolak-balik ke
Lhok Nga itu
– Taufiq Ismail
Resensi : Hafalan Shalat Delisa

December 15th, 2009 § 7 Comments

Jenis Buku : Novel

Judul : Hafalan Shalat Delisa

Pengarang : Tere – Liye

Penerbit : Republika

Tahun terbit, Cetakan ke- : 2008, Cetakan ke-7

Jumlah Halaman : 270 halaman

Novel yang dikarang Tere – Liye ini sebenarnya dilatar belakangi oleh kejadian Tsunami 2004 di
Aceh. Saat itu, sang pengarang yang kebetulan menonton berita, melihat berita tentang seorang
anak perempuan Aceh yang kakinya terpaksa diamputasi karena bencana tersebut. Setelah itu,
maka ia bersumpah untuk membuat novel yang bertemakan kehjadian tsunami tersebut, yang
akhirnya terwujud dalam novel ini.

Novel ini diawali oleh kisah tentang kehidupan sebuah keluarga yang bahagia, harmonis serta
religius. Dalam kesehariannya, keluarga ini diurus oleh Ummi-nya, karena ayahnya bekerja di
Luar Negeri dan baru pulang beberapa bulan sekali. Di keluarga ini, terdapat tradisi, anak yang
telah hafal bacaan shalat maka akan dibelikan hadiah kalung. Dan pada hari Delisa-si putri
bungsu- sedang ujian bacaan shalatlah, semua petualangan, ujian dan kisah – kisah yang
mengharukan dimulai.

Tsunami yang terjadi pada hari itu, merubah hidup Delisa 180 derajat. Saudara – saudaranya
meninggal, Ibunya hilang bersama kalung hadiahnya. Kalung indah dengan liontin “D” untuk
Delisa. Belum lengkap, kaki si kecil Delisa pun terpaksa diamputasi. Tapi yang mengherankan,
bagaimana Delisa yang baru berusia 6 tahun, tetap ingat dan memikirkan bacaan shalatnya,
berusaha menghafalnya. Yang nantinya, segera setelah ia hafal dan melakukan shalat pertamanya
dengan bacaan shalat yang lengkap , menghantarkan ia pada hal yang sangat menakjubkan.
Yang menarik dari novel ini adalah, adanya bait – bait puisi yang disertakan pada setiap akhir
bab cerita,-kadang saat peristiwa-peristiwa penting- yang seolah – olah menyemangati Delisa
serta menggugah hati kita lebih dalam tentang makna yang terkandung dalam novel tersebut. Ini
juga dilengkapi oleh penggunaan bahasa yang mungkin tidak “sastra” , tetapi “to the point” dan
sederhana, yang membuat pesan lebih tersampaikan ke semua kalangan pembaca. Seolah – olah ,
penulis memang mempunyai maksud yang kuat untuk menyampaikan amanat yang terkandung
dalam novel ini, yang mungkin dikarenakan juga oleh latar belakang penulisan novel ini.

Adapun hal yang menjadi sorotan resensator–kalaupun tidak disebut sebagai kelebihan- adalah
sikap Delisa yang tampak sangat dewasa, melihat usianya yang baru 6 tahun. Sikapnya saat
menerima berbagai cobaan yang dihadapinya tidak cocok dengan umurnya . Nilai plusnya adalah
para pembaca menjadi lebih terharu hatinya karena berkaca pada sikap Delisa dalam menerima
cobaan. Selain itu, terkadang pembaca menjadi rancu mengenai latar dan tempat karena
perubahan yang tiba – tiba. Tetapi untungnya, jalan cerita yang menghanyutkan membuat kita
tidak peduli akan kerancan ini.

Pada akhirnya, dengan segala kandungannya, novel ini wajib dibaca oleh mereka yang sedang
merenungi dan mencari makna dan arti hidup yang sebenarnya. Bahkan bagi para remaja juga
dianjurkan membaca novel ini, karena akan memperkaya nilai – nilai kehidupan dalam proses
pencarian jati diri mereka. Energi untuk ‘hidup’ yang dibawa oleh novel ini sangatlah besar, dan
bisa membuka sudut pandang yang baru tentang kehidupan ini. Resensator pun maklum jika
nantinya, air mata para pembaca jatuh menetes saat membuka lembaran – lembaran novel ini.
Sufi Funky? Mahluk apaan tuh..? Mungkin ada sebagian dari kita merasa asing dengan istilah tersebut.
Sebagai sebuah buku, judul yang diberikan oleh sang penulis cukup mengusik minat para pecinta buku.
Kok bisa nyufi tapi teteup Funky?

Buku ini ditulis oleh seorang darah muda aktifis dakwah yang sudah malang melintang di dunia anak
muda. Dialah Thobieb Al Asyhar, yang menulis buku ini untuk menggugah dan memotivasi anak muda
(baca: remaja) untuk dapat menemukan jati diri mereka agar lebih islami. Remaja yang dapat
membingkai dirinya dengan semangat keislaman tanpa harus meninggalkan atribut anak gaul atau anak
muda jaman sekarang. Sebagai mantan aktifis kemahasiswaan di kampus, tentu problematika kehidupan
usia remaja tidak luput dari perhatiannya.

Kebetulan sekali saya mendapat buku ini dari seorang rekan yang meminta saya bersama-sama penulis
membedah buku tersebut di salah satu kegiatan remaja mesjid di Bekasi. Sebuah kesempatan yang
tentu tidak akan saya sia-siakan begitu saja. Bukankah kita perlu membantu adik-adik kita untuk lebih
kenal islam sebelum mereka mengenali hal-hal lain yang dapat mengkontaminasi pola pikir dan gejolak
muda mereka?

Sebagai buku saku yang berisi tips-tips dan mengupas lengkap kebiasaan-kebiasaan anak muda, saya
merasa buku ini sangat padat dan bisa dibaca berulang-ulang kali tanpa kita harus merasa bosan. Karena
isi tiap-tiap babnya memang benar-benar merefleksikan sisi-sisi anak muda. Buku ini ditulis dalam
format seakan-akan penulis sedang ngobrol dengan pembaca. Simak saja kutipan berikut ini yang saya
ambil dari halaman 42: "...Nah, kamu sekarang jadi tahu kan bahwa mulut bukan sekedar alat untuk
mengunyah makanan dan nyeruput minuman saja, tapi juga sangat menentukan arah hidupmu.."

Nah, berminat untuk membaca lebih lanjut ? Bukunya bisa dipesan lewat pojokbuku.com. Selamat
membaca ! :

Anda mungkin juga menyukai