MAKALAH
DISUSUN OLEH :
Npm : 10110411
Kelas : 1KA34
DISUSUN OLEH:
Ahmad Ramdhani
NPM : 10110411
Kelas : 1 KA 34
Program Sistem Informasi
Universitas Gunadarma Kampus “J” Kalimalang
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Dosen : H. Muhammad Burhan Amin
Topik Tugas : Peran Kebudayaan Dalam membentuk kepribadian
Kelas : 1 KA 34
Penyerahan Tugas : Maret 2011
PERNY ATAAN
Dengan ini kami menyatakan bahwa seluruh pekerjaan dalam tugas ini kami
buat sendiri tanpa meniru atau mengutip dari tim / pihak lain.
Apabila terbukti tidak benar, kami siap menerima konsekuensi untuk
mendapat nilai 1/100 untuk mata kuliah ini.
Penyusun
NPM Nam a Leng kap Tanda Tangan
10110411 Ahmad Ramdhani
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan petunjuk dan kekuatan kepada saya untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam tak lupa dijunjungkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah
memberikan keteladanan sikap maupun tingkah laku kepada kita semua dalam kehidupan.
Terselesaikannya makalah ini dengan judul “Peran Kebudayaan Dalam Membentuk
Kepribadian” ini merupakan hasil kerja keras yang tidak terlepas dari dukungan, doa,
semangat maupun sumbangan-sumbangan ide dari semua pihak yang turut membantu
terselesaikannya makalah ini. Saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Bapak H.Muhammad burhan amin selaku dosen pembimbing mata kuliah Ilmu
Budaya dasar yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan motivasi untuk membuat
makalah ini.
Orang tua tercinta, yang senantiasa memberikan kasih sayang dan doa yang senantiasa
mengiringi langkah, sehingga saya mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan makalah
ini.
Teman-teman atas dukungannya, dan semoga apa yang kita inginkan dapat tercapai.
Serta semua pihak yang tak bisa saya sebutkan yang telah membantu terselesaikannya
makalah ini.
Saya menyadari penulisan dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari
itu saya harapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk kita semua dan dapat menambahkan ilmu pengetahuan baru bagi kita
semua.
Jakarta,Maret 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar.............................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ iii
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Tujuan......................................................................................... 1
1.3. Sasaran ………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 3
BAB III PENUTUP ................................................................................. 6
Kesimpulan............................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa Latin yaituColere yang memiliki arti
mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang (menurut Soerjanto Poespowardojo 1993).
Selain itu Budaya atau kebudayaan berasal daribahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Adapun menurut istilah Kebudayaan merupakan
suatu yang agung dan mahal, tentu saja karena ia tercipta dari hasil rasa, karya, karsa,dan
cipta manusia yang kesemuanya merupakan sifat yang hanya ada pada manusia.Tak ada
mahluk lain yang memiliki anugrah itu sehingga ia merupakan sesuatuyang agung dan mahal.
Menurut Koentjaraningrat budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil
karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan miliki diri manusia
dengan cara belajar. Kebudayaan dapat dibagi menjadi 3 macam dilihat dari keadaan.
Jenis-jenisnya antara lain :
Hidup-kebatinan manusia,
Angan-angan manusia,
Kepandaian manusia,
Kepribadian (personality).
1.2 tujuan
Ilmu budaya dasar sebagai salah satu usaha mengambangkan kepribadian mahasiswa dengan
cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai
budaya. Untuk bisa menjangkau tujuan tersebut Ilmu Budaya Dasar diharapkan dapat:
Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperluas pandangan mereka tentang
masalah kemansiaan dan budaya serta mengembangkan daya kritis mereka terhadap
persoalan-persoalan yang menyangkut kedua hal tersebut.
1.3 sasaran
Pendidikan kebudayaan yang terintegrasi dapat dibentuk melalui sistem pendidikan formal
yang ada. Sistem pendidikan terintegrasi ini dapat diaplikasikan sebagai sebuah sistem
pembelajaran yang berlanjut serta semakin komprehensif. Misalnya, pengetahuan budaya
ditanamkan sejak sekolah dasar hingga tingkat universitas. Ini dapat diaplikasikan sebagai
sebuah mata kuliah terintegrasi dimana perkuliahan mengenai budaya diharapkan mampu
meningkatkan pengetahuan para mahasiswa sebagai agent of change untuk lebih
meningkatkan kemampuannya dalam melihat peluang yang ada di bidang pariwisata dan
budaya ini.
Dengan inilah diharapkan pengetahuan budaya bangsa mampu menjadi sasaran pariwisata
yang apik bagi bangsa sendiri dan bangsa lainnya. Pada akhirnya, peningkatan pengetahuan
budaya bangsa melalui pendidikan budaya yang terintegrasi mampu menjadi investasi
tersendiri bagi bangsa Indonesia kedepannya.
BAB II
PERMASALAHAN
Tentu kita memiliki hasrat sebagai bagian dari anak bangsa, dan keinginan bersama untuk
memiliki bangsa yang beradab. Untuk itu, kita teruskan diskusi yang mungkin terlihat remeh,
namun menunjukan bahwa: “Kitapun peduli terhadap nasib bangsa, dan menyadari bahwa hal
ini harus berubah”. Demi kebaikan bangsa, dan demi kebaikan kita juga.
Kebudayaan yang beragam seakan menjadi suatu cirri khas kehidupan di dunia ini .Begitu
juga dengan berbagai kebudayaan yang kita anut sekarang . Kebudayaan adalag norma dan
nilai yang kita pegang dalam menjalankan kehidupan sehari-hari . Budaya menjadi identitas
bangsa . Suatu kumpulan masyarakat akan menghasilkan budaya yang berbeda. Budaya itu
pula yang nantinya akan mempengaruhi hasil-hasil kemajuan zaman .
Dengan mobilitias yang tinggi , tak heran jika sekaran budaya saling berkaitan . Berbagai
macam kebudayaan saling berinteraksi satu sama lainnya . Dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara , budaya tidak lepas dari peran masyarakat yang menganutnya. Ada kecenderungan
percampuran budaya yang biasa disebut sebagai akulturasi kebudayaan.
Ketika bangsa Indonesia yang semakin maju ini berkembang , maka kebudayaan pun turu
berkembang . Kebudayaan kita mengalami mobilisasi yang sangat cepat . Pengarug
globalisasi dan liberalism menjadi salah satu penyebab kejadian ini . Namun tidak dapat
dipungkiri , akulturasi kebudayaan yang ada sekarang sebenarnya adalah buah pikiran kita .
Hasil pemikiran kita yang dipakai sebagai acuan. Pemikiran yang berdasar pada keinginan
akan suatu kesempurnaan . Dan untuk mencapainya , maka tidak segan kita akan mengambil
factor dari luar dari kebudayaan kita .
Ketika pencampuran budaya terjadi , maka norma dan nilai ( budaya ) yang kita anut pun
akan ikut berubah . Begitu juga dengan perspektif kita dalam melihat segala sesuatu hal .
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah kebudayaan yang telah bercampur masih kita
anggap sebagai kebudayaan ? . Jika dilihat dari segi evolusi , memang semua kebudayaan
harus berevolusi . Evolusi sendiri adalah salah satu cara untuk beradaptasi terhadap
lingkungan sekitar. Namun apabila evolusi secara perlahan mengubah budaya secara
keseluruhan , apakah pernyataan ini dapat kita benarkan ? .
Salah satu yang menjadi headline surat kabar beberapa waktu yang lalu adalah kasus Prita
Mulyasari . Beliau dapat dikatakan sebagai korban akulturasi kebudayaan . Ketika budaya
kita masih membatasi pernyataan pendapat dan berbicara , banyak lapisan masyarakat yang
tidak suka akan keadaan seperti ini . Saat itu , dengan embel-embel demokrasi , maka
kebebasan berbicara pun diproklamirkan . Kebudayaan kita yang biasanya terarah ( baca
tertekan ) dalam menyampaikan pendapat , langsung berubah menjadi kebudayaan yang blak-
blakan atai ceplas-ceplos .
Muncul sebuah jalan keluar untuk menyelesaikan permasalahan tersebut . Sebuah substansi
dari luar diambil sebagai embrio awal . Kebebasan kita dalam berbicara pun memakai dasar
berupa substansi yang datangnya dari luar . HAM ( Hak Asasi Manusia ) dianggap sebagai
dasar paling kuat untuk menopang hak kebebasan untuk berbicara. Berikutnya adalah
kenyataan bahwa ke kebudayan yang kita anut pada awalnya telah bertransformasi dengan
subtansi dari luar. Hal ini menyatakan bahwa produk yang dihasilkan oleh kebudayaan pun
akan berubah .
Ketika kita menganut kebudayaan yang sudah berevolusi ini , timbul semacam rasa bangga
dan puas karena merasa telah mencapai tingkat penghidupan yang lebih tinggi . kebudayaan
yang tadinya tidak fleksibel dengan keinginan para penganutnya telah berevolusi menjadi
kebudayaan substansial yang erat kaitannya dengan nilai-nilai dan norma asing .
Pada akhirnya , kebudayaan yang telah kita paksa untuk berubah ini pun memberikan efek
yang tidak diperhitungkan. Pada awal mula kebudayaan untuk bebas berbicara memberikan
angin segar bagi warga . Masyarakat yang tadinya ( tertekan ) untuk menyatakan pendapat
dan kritik merasa lebih leluasa . Jika melihat dari prosesnya , maka kebanyakan dari warga
Indonesia adalah manusia yang tidak pragmatis . Namun pada kenyataannya , individu
Negara ini kebanyakan adalah manusia pragmatis yang mementingkan hasil akhir . Begitu
juga mereka yang memaksa kebudayaan untuk berevolusi , tidak memikirkan efek dan proses
terjadinya suatu permasalahan , namun lebih melihat segala sesuatunya dari prespektif hasil
akhir atau solusi .
Kasus Prita Mulyasari boleh jadi dikatakan sebagai suatu hasil akhir dari kebudayaan yang
telah berakulturasi . Budaya bebas berbicara yang kita inginkan telah didapatkan .
Kesemuanya didapatkan dengan mengadopsi substansi asing (HAM ) yang terkesan kuat jika
digabungkan .Namun kita hanya melihat pada penyelesaian masalah di tingkatan yang rendah
. Kita tidak memperhitungkan produk akhir kebudayaan baru tersebut . Siapa sangka ,
kebudayaan bebas berbicara sendiri menjadi salah satu bumerang bagi kebebasan
berpendapat . Intervensi pragmatisme para pemimpin bangsa telah mengarahkan kita pada
kebebasan yang terkekang . Sungguh ironis , kebudayaan yang tadinya berubah ( kita ubah )
untuk menyesuaikan berbagai permasalahan malah menjadi senjata yang mengenai tuannya
sendiri .
Sebagai bangsa yang besar, marilah kita bersama-sama mengembangkan cara berpikir .
Jangan melihat segala sesuatunya dari hasil akhir . Namu lihatlah proses yang terjadi . Ini
penting karena proses cenderung menentukan apa yang dihasilkan kedepannya . Bagaimana
kita tahu apa yang akan dihasilkan , jika prosesnya saja tidak tahu , betul tidak ? . Begitu juga
dengan kebudayaan yang kita miliki . Jangan asal memasukkan substansi asing yang ada .
Pikirkan dahulu matang-matang apa yang akan kita dapatkan kedepannya . Toh
sesungguhnya , nenek moyang kita dapat hidup dengan aman , nyaman dan tentram dengan
kebudayaan yang mereka miliki tanpa intervensi dari pihak manapun .
BAB III
KESIMPULAN
Manusia ditakdirkan oleh Allah Swt, hidup dalam lingkungan yang berbeda-beda. Dari
lingkungan yang berbeda-beda itu lahir peradaban manusia yang sangat beragam. Peradaban
dalam kehidupan yang beragam kadang menimbulkan persinggungan antar peradaban.
Persinggungan antar peradaban yang terjadi bisanya menghasilkan kompromi-kompromi
yang menggugah akal pikiran manusia menciptakan kompromi peradaban Dari beragam
kebudayaan yang ada di muka bumi ini, sebagian kalangan memilahnya atas Kebudayaan
Barat dan Kebudayaan Ketimuran.
Lebih spesifik bahwa Kebudayaan Barat yang menjadi tuntunan kehidupan manusia yang
meng-kultuskan pemuasan material belaka, sehingga dijuluki sebagai Kebudayaan
Materialisme. Sedangkan Budaya Ketimuran yang dilandasi ajaran agama, misalnya Ajaran
Agama Islam pada umumnya menyeimbangkan antara pemuasan material dan pemuasan
spiritual.
Perilaku Budaya Ketimuran lebih mengutamakan Adab Sopan Santun dalam mengejar
kepentingan material. Artinya dalam urusan yang berhubungan dengan materi selalu
menjadikan ajaran agama sebagai saringannya. Tidak menghalalkan segala cara untuk
mendapatkannya. Dan ini pula yang seharusnya menjadi Pola Perilaku kehidupan
barmasyarakat, berbangsa, dan bernegara di seantero wilayah Nusantara.yang permanen.
Nah, kompromi peradaban yang permanen itulah yang disebut budidaya (budaya).
DAFTAR PUSTAKA
http://www.anakui.com/2010/07/19/pendidikan-kebudayaan-terintegrasi-meningkatkan-sasaran-
pariwisata/
http://muda.kompasiana.com/2010/06/27/pendidikan-kebudayaan-terintegrasi-meningkatkan-
sasaran-pariwisata/
http://exalute.wordpress.com/2009/03/29/definisi-kebudayaan-menurut-para-ahli/
http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-budaya-kerja-dan-tujuan-manfaat-penerapannya-pada-
lingkungan-sekitar