Anda di halaman 1dari 4

Nasehat Untuk Ikhwan Dan Akhwat

Senin, 21 Juni 2004 10:31:26 WIB


Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz
Bagian Kedua dari Tiga Tulisan [2/3]
Selayaknya, seorang mukmin dan mukminah senantiasa memperhatikan timing yang
tepat dalam beramar ma'ruf nahi mungkar. Janganlah berputus asa apabila ditolak
pada hari itu. Sebab bisa jadi akan diterima besok lusa. Seorang mukmin dan
mukminah janganlah berputus asa dalam mengingkari kemungkaran, tetapi
hendaklah terus menerus dilakukannya. Hendaklah selalu menegakkan amar ma'ruf
dan an-nasihah untuk hamba-Nya disertai dengan husnudhan dan mengharap
besarnya pahala yang ada di sisi Allah. Selanjutnya Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman : "Artinya : Mereka menegakkan shalat dan membayar zakat".
Demikianlah karakteristik mukminin dan mukminat, mereka selalu menegakkan
shalat dan menjaga ketetapan waktunya. Bagi laki-laki melaksanakan shalat di
masjid secara berjamaah bersama para ikhwan yang lain. Mereka bergegas menuju
masjid tatkala mendengar muadzin berseru : "Hayya 'alash shalaah hayya 'alal-
falaah". Mendengar seruan muadzin itu mereka akan bersegera ke masjid di setiap
saat. Menjadi kewajiban bagi setiap mukmin untuk takut kepada Allah dalam
meninggalkan shalat berjamaah, serta berhati-hati terhadap musibah yang banyak
menimpa manusia (musibah tidak shalat berjamaah). Berlindunglah kepada Allah
dari akibat shalat di rumah dan ketinggalan shalat di masjid. Keadaan mereka nyaris
menyerupai keadaan kaum munafik. Ia melaksanakan shalat farhdu di rumah,
padahal Allah telah mengaruniakan kesehatan kepadanya, barangkali juga ia
mengakhirkan shalat Shubuh hingga terbitnya matahari, bahkan sampai waktu ia
akan berangkat kerja baru melaksanakan shalat Shubuh, atau bahkan ia tinggalkan
shalat sama sekali. Ini adalah musibah yang besar dan kemungkaran yang
membahayakan, karena shalat adalah tiangnya Islam. Barangsiapa menjaga berarti
menjaga agamanya, barangsiapa menyia-nyiakannya tentulah ia akan lebih menyia-
nyiakan hal yang lain, barangsiapa meninggalkannya maka termasuk kafir. Hal ini
didasarkan pada sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berikut : " Artinya :
Perjanjian yang mengikat antara kita dengan mereka adalah shalat, barangsiapa
meninggalkannya maka telah kafir". Kafirnya orang yang meninggalkan shalat adalah
berlaku umum bagi laki-laki dan juga wanita. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
lebih menegaskan lagi dalam sabdanya : "Artinya : Batas antara seseorang (mukmin)
dengan kekafiran atau kemusyrikan adalah meninggalkan shalat". Tidak dibenarkan
bagi mukminin dan mukminat meremehkan perkara shalat. Bagi laki-laki, tidak
boleh menunaikan shalat di rumah dengan meninggalkan jamaah di masjid, bahkan
menjadi kewajiban bagi laki-laki untuk menunaikannya di masjid. Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda : "Artinya : Barangsiapa mendengar adzan kemudian tidak
mendatanginya, maka tidak ada shalat baginya kecuali karena udzur". Telah datang
menghadap Nabi seorang laki-laki lalu berkata :
"Ya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, saya seorang yang buta, saya tidak
mempunyai penunjuk jalan yang dapat menghantarkan saya ke masjid, apakah ada
keringanan bagi saya untuk shalat di rumah ?"
Nabi bersabda : "apakah Anda mendengar panggilan adzan untuk shalat ?" Dia
menjawab : "Saya mendengar". Nabi bersabda : "Datangilah panggilan adzan itu".
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak memberi rukhsah (keringanan) bagi laki-laki
tadi padahal sesungguhnya dia buta, dia tidak memiliki seorang penunjuk jalan yang
membimbingnya ke masjid. Bagaimana dengan laki-laki yang keadaan
penglihatannya sehat ?!!. Telah dikuatkan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam tentang keharusan mendatanngi shalat jamaah di masjid dengan sabdanya :
"Artinya : Sungguh aku ingin sekali perintahkan segera ditunaikannya iqamat untuk
shalat dan akan aku perintahkan di antara kalian agar salah seorang mengimami
shalat, di saat itulah aku ingin pergi bersama para laki-laki yang sudah siap dengan
kayu bakar, menuju rumah kaum lelaki yang tidak shalat berjamaah dan akan aku
bakar rumah-rumah mereka". Hal ini menunjukkan besarnya perintah tersebut,
maka wajiblah bagi kaum muslimin memperhatikan shalat jamaah dan untuk
bersegera mendatangi masjid setiap kali mendengar adzan. Waspadalah dari rasa
malas dan berat hati melaksanakan shalat jamaah, sebab keduanya adalah
merupakan sifat-sifat orang munafik. Na'udzubillah kita berlindung kepada Allah
dari sifat-sifat mereka. Allah berfirman : "Artinya : Sesungguhnya orang-orang
munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila
mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya'
(dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah
kecuali sedikir sekali". [An-Nisaa' : 142]. Wajib atas setiap muslim dan muslimah
untuk memperhatikan masalah shalat karena shalat adalah pilar penyangga Islam,
shalat merupakan rukun Islam terbesar setelah dua kalimat syahadat, barangsiapa
menjaganya berarti telah menjaga agamanya, barangsiapa menyia-nyiakannya
berarti menyia-nyiakan agamanya. --Wala haula wala quwwata illa billah--.
Barangsiapa menjaga shalatnya, menegakkannya dengan khusyuk dan tidak
mendahului imam, maka mereka mendapat kebahagiaan sebagaimana firman Allah :
"Artinya : Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-
orang yang khusyuk dalam shalatnya". [Al-Mukminun : 1-2] Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda : "Artinya : Seburuk-buruk pencurian yang terjadi pada manusia
adalah ; 'manusia yang mencuri dalam shalatnya'. Sahabat bertanya : 'Bagaimana
terjadi pencurian dalam shalat ?'. Nabi Menjawab :'Shalat yang tidak sempurna
rukuknya atau sujudnya". Ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melihat seorang
laki-laki yang buruk dalam melakukan shalat, yaitu dengan tidak menyempurnakan
rukuknya atau sujudnya, maka Nabi memerintahkan laki-laki tersebut agar
mengulangi lagi shalatnya. Nabi bersabda : "Artinya : Apabila engkau menunaikan
shalat, maka sempurnakanlah wudlu, kemudian menghadaplah qiblat, kemudian
bertakbirlah, bacalah apa yang mudah bagimu dari sebagian surat Al-Qur'an,
rukuklah hingga sempurna rukukmu (tumakninah) kemudian beridirilah hingga
lurus tegak, kemudian sujudlah hingga tumakninah sujudmu, kemudian angkatlah
kepalamu dari sujud hingga engkau tumakninah dudukmu, kemudian sujudlah
hingga tumakninah sujudmu dan kemudian lakukanlah hal itu dalam seluruh
shalatmu". Kebanyakan manusia melakukan shalat dengan mematuk (gerakan
terlalu cepat seperti ayam mematuk makanan). Tidak diragukan lagi bahwa
perbuatan itu adalah mungkar. Barangsiapa melakukan shalat dengan mematuk
maka batal-lah shalatnya berdasarkan hadits tersebut diatas. Shalat wajib dilakukan
secara tumakninah dalam hal rukuk, sujud, i'tidal setelah rukuk, antara dua sujud
dan berhati-hati untuk tidak mendahului imam. Apabila imam bertakbir janganlah
segera langsung takbir tapi tunggulah hingga suara takbir imam selesai. Apabila
imam berseru "Allahu Akbar" untuk rukuk maka janganlah langsung rukuk,
tunggulah hingga imam lurus rukuknya dan berhenti, setelah itu lakukan rukuk.
Demikianlah pula dalam sujud, janganlah mendahului imam, jangan pula bersamaan
dengan imam, tidak boleh bersamaan dengan imam tidak boleh pula mendahului
imam. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Artinya : Sesungguhnya
aku adalah imam kalian maka janganlah kalian mendahuluiku dalam rukuk dan
sujud, ketika berdiri atau ketika mengakhiri shalat" "Artinya : Sesungguhnya
seseorang itu diangkat menjadi imam untuk diikuti maka janganlah kalian
menyelisihinya, apabila imam takbir ikutilah kalian takbir dan janganlah kalian
takbir hingga imam terlebih dahulu takbir dan apabila imam rukuk maka rukuklah
kalian dan janganlah kalian rukuk hingga imam terlebih dahulu rukuk, apabila imam
mengucap 'Sami 'allahu liman hamidah' berucaplah, 'Rabbana wa lakal hamdu'.
Apabila imam sujud maka sujudlah dan janganlah kalian sujud hingga imam terlebih
dahulu sujud". Perkara ini sesungguhnya telah jelas --bagi setiap yang ingin
melakukan shalat sesuai dengan tuntunan Allah-- akan tetapi sebagian manusia
tidak sabar melakukannya, mereka cenderung bersegera dan mendahului imam
dalam gerakan shalat --Wal iyadu billah-- Wajiblah bagi kita untuk mewaspadai hal
itu.

[Disalin dari buku Akhlaqul Mukminin wal Mukminat, dengan edisi Indonesia
Akhlak Salaf, Mukminn & Mukminat, oleh Syaikh Abdul Azin bin Abdullah bin Baaz,
hal 42-50, terbitan Pustaka At-Tibyan, penerjemah Ihsan]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=840&bagian=0

Anda mungkin juga menyukai