Anda di halaman 1dari 14

Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Hukum

Dalam Sidang Pertama Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan


Indonesia (BPUPKI) yang berlangsung pada tanggal 29 mei 1945 s/d 1 juni 1945,
Pancasila diterima sebagai dasar Negara dari suatu Negara yang akan didirikan.
Melalui proses yang terjadi dalam sidang BPUPKI, suatu panitia kecil yang diketuai Ir.
Soekarno dengan melibatkan wakil-wakil dari kelompok Islam dan Nasionalis,
disepakati sebuah konsesnsus nasional yang kemudian dikenal dengan Piagam
Jakarta (Jakarta Charter) yang oleh Dr Sukiman disebut gentleman agreement. Piagam
inilah yang kemudian menjadi cikal-bakal Pembukaan UUD 1945, yang ditetapkan oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945, yang
didahului dengan Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945.

Dengan ditetapkannya Undang-Undang Dasar 1945 Negara Kesatuan Republik


Indonesia telah memiliki konstitusi, yang didalamnya terdapat pengaturan tiga
kelompok materi-muatan konstitusi, yaitu : Adanya perlindungan terhdap hak asasi
manusia ; Adanya susunan ketatanegaraan Negara yang mendasar ; Adanya
pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang juga mendasar. Seperti
kita ketahui UUD 1945 berlaku untuk seluruh wilayah Negara Indonesia dalam dua
kurun waktu : pertama : 17 agustus 1945 sampai 27 desember 1949 dan kedua : 05 juli
1959 sampai sekarang. Dalam pada itu ketika berlakunya konstitusi Republik Indonesia
Serikat pada tanggal 27 desember 1949 sampai 17 agustus 1950, UUD 1945 hanya
berlaku dalam wilayah Negara Bagian Republik Indonesia, sedangkan antara 17
agustus 1950 sampai 05 juli 1959 berlaku UUDS 1950.

UUD 1945 dinyatakan berlaku kembali, setelah Konstituante RI tidak berhasil


(menetapkan) Undang-Undang Dasar yang tetap untuk diberlakukan di Negara
Indonesia, sehingga dengan demikian posisi UUD 1945 dimaklumatkan sebagai  UUD
tetap dengan menggantikan posisi UUDS 1950. Karena tidak berhasilnya konstituante
RI membuat UUD dan Negara dinyatakan dalam keadaan darurat, maka pada tanggal
5 juli 1959 dikeluarkan Kepres RI no 150/1959 tentang Dekrit Presiden kembali ke
Undang-Undang Dasar 1945 (Lembaran Negara Republik Indonesia no 75 tahun
1959). sesuai dengan UUD 1945 yang terdiri dari Pembukaan, Batang Tubuh dan
Penjelasan, Pancasila tercantum dalam pembukaan alinea ke empat, dengan
rumusan :

1.      Ketuhanan Yang Maha Esa

2.      Kemanusian Yang Adil Dan Beradab

3.      Persatuan Indonesia

4.      Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan


/ Perwakilan

5.      Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Pembukaan UUD 1945 yang didalamnya terdapat rumusan Pancasila merupakan


bagian UUD 1945 atau merupakan bagian hukum positif. Dalam kedudukan yang
demikian, mengandung segi poitif dan segi negative. Segi positifnya ialah, Pancasila
dapat dipaksakan berlakunya (oleh Negara), sedangkan segi negatifnya ialah,
Pembukaan dapat diubah oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat sesuai ketentuan
Pasal 37 UUD 1945. Dalam pada itu, apabila Pembukaan berada di luar UUD 1945,
Pancasila tidak dapat dipaksakan berlakunya, sedangkan substani yang terdapat di
dalamnya tidak dapat diubah berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Pasal 37
UUD 1945, keluarlah ketetapan MPR-RI No. XVIII/MPR/1998 Tentang Pencabutan
Ketetapan MPR-RI No.II/MPR/1978 Tentang Pedoman Penghayatan dan Pengalaman
Pancasila (Eka Prasetia Pancakarsa) dan Penetapan Tentang Pengesahan Pancasila
Sebagai Dasar Negara.

Sebagai Pertimbangan dapat dikemukakan, bahwa Pancasila sebagaimana yang


dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, perlu ditegaskan posis dan
peranannya dalam kehidupan bernegara. Yang perlu dikemukakan ialah bahwa
Ketetapan MPR-RI No.II/1998 tersebut mempunyai catatan Risalah/Penjelasan yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kettapanini sebagai berikut : Bahwa
dasar Negara yang dimaksud dalam Ketetapan ini didalamnya mengandung makna
idialogi nasional sebagai cita-cita dan tujuan Negara. Dengan demikian, selain sebagai
dasar Negara, Pancasila mngandung makna sebagai ideologi nasional; dan sebagai
ideolgi nasional Pancasila merupakan cita-cata dan tujuan negara.

Arti Pengembangan Hukum

Hukum sebagai aturan tingkah laku dapat tertulis dan dapat pula tidak tertulis. Yang
dimaksud dengan hukum tertulis ialah serangkaian aturan tingkah laku manusia yang
diterapkan oleh instansi yang berwenang, sedangkan hukum tidak tertulis ialah
serangkaian aturan tingkah laku manusia yang berupa hukum adat dan konvensi.
Sebagaimana ditentukan dalam Ketetapan MPR-RI No.II/MPR/2000 Tentang Sumber
Hukum dan Tata Urutan Pengaturan Perundangan, Pasal 2, tata urutan peraturan
perUndang-Undangan Republik Indonesia ialah :

1.      Undang-Undang Dasar 1945

2.      Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

3.      Undang-Undang

4.      Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)

5.      Peraturan Pemerintah

6.      Keputusan Presiden

7.      Peraturan Daerah

Sejak adanya Perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945, materi-muatan konstitusi hanya dapat diatur dalam UUD 1945 dan
Perubahan terhadapnya. Ini berarti bahwa materi-muatan konstitusi tidak dapat diatur 
dalam peraturan PerUndang-Undangan yang lebih rendah, apakah itu yang bernama
Ketetapan MPR atau Undang-Undang dan peraturan lainnya. Oleh karna itu sebaiknya
ketetapan  MPR  mengatur kebijakan (beleidsregeling) yang akan diatur lebih lanjut ole
Presiden dalam membuat berbagai macam keputusan. masalah berikutnya yang perlu
diberikan catatan ialah Peraturan Pemerintah pengganti  Undang-Undang, yang dalam
ketetapan MPR-RI No   III / MPR / 2000  berada di bawah Undang-Undang. seperti
diketahui, istilah peraturan pemerintah (sebagai) pengganti Undang-Undang terdapat
dalam Pasal 22 ayat (1) UUD 1945. dalam ayat (1) tersebut dikatakan : Dalam hal
ihwal kepentingan yang memaksa,  Presiden berhak menetapkan peraturan
pemerintah sebagai pengganti Undang-Undang. berdasarkan ketentuan tersebut,
dalam hal ihwal kepentingan yang memaksa atau dalam keadaan darurat Presiden
dapat membuat dan mengeluarkan peraturan yang berisi materi - muatan Undang-
Undang. akan tetapi, karena situasi yang genting atau dalam keadaan darurat, tidak
mungkin dituangkan dalam bentuk Undang-Undang.
Seperti diatur dalam Pasal 5 ayat (1) Perubahan Pertama/o Pasal 20 dan pasal 21,
peraturan yang diberi nama Undang-Undang merupakan produk bersama DPR dan
Presiden. Dengan demikian, Presiden dan DPR adalah pembentuk Undang-Undang
(wetgever). Suatu ketika, Negara dalam keadaan genting (darurat) ; dalam situasi
genting tersebut diperlukan adanya sebuah Undang-Undang (materi – muatan yang
diatur dengan Undang-Undang). Kalau ditempuh prosedur biasa, akan diperlukan
waktu yang lama, sedamgkan keadaan sudah demikian rupa yang memerlukan
pengaturan segera. Melihat hal-hal tersebut, pembuat Undang-Undang Dasar
(grondwetgever) memberi hak kepada Presiden untuk menetapkan Peraturan
Pemerintah (sebagai) Pengganti  Undang-Undang itu harus dicabut. Dari uraian di atas
hukum tertulis meliputi berbagai macam bentuk, mulai dari Undang-Undang Dasar
1945 sampai dengan  Peraturan Daerah. Yang menjadi petanyaan ialah, apa yang
dimaksud dengan pengembangan. Perkataan pengembangan berasal dari kata
kembang. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, perkataan kembang mempunyai
bermacam arti : membuka lebar-lebar, membentangkan ; menjadikan besar (luas,
merata, dsb) ; Menjadikan maju (baik,sempurna,dsb) Dalam pada itu perkataan
pengembangan, mengandung arti proses cara, perbuatan pengembangkan.

Apa bila arti-arti tersebut dihubungkan dengan tulisan ini, ialah mengembangkan dalam
arti menjadikan maju, baik atau sempurna. Dengan demikian pengembanga hukum
mengandung arti menjadikan hukum tertulis maju, baik atau sempurna, baik dilihat dari
prosesnya atau caranya, maupun dilihat dari substansinya. Kalau hal itu di hubungkan
dengan Undang-Undang atau peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang,
proses atau cara pembuatan atau penetapanya harus maju, baik atau sempurana.
Kalau semula, rencana Undang-Undang selalu berasal dari pemerintah,maju baik tau
sempurna berarti, DPR dapat mengajukan usul inisiatif rancangan Undang-Undang.
Kalau dulu Presiden berhak tidak mengundangkan Undang-Undang, maju baik atau
sempurna mengandung Arti : Dlam hal rancangan Undang-Undang yang telah disetujui
bersama tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak
rancangan Undang-Undang tersebu disetujui, rancangan Undang-Undang tersebut sah
menjadi Undang-Undang dan wajib diundangkan (Perubahan Kedua UUD 1945, atas
Pasal 20)

Pancasila Sebagai Paradigma

Seperti telah dikemukakan diatas, proses perumusan Pancasila sebagai dasar telah
melibatkan berbagai komponen bangsa yang menjadi anggata, baik di BPUPKI
maupun di PPKI. Walaupun setelah jatuhnya Soeharto sebagai Presiden RI kedudukan
Pancasila sebagai dasar Negara dipermasalahkan oleh berbagai kelompok
masyarakat, ternyata substansi yang terdapat dalam Ketetapan MPR-RI No.
XVIII/MPR/1998, yaitu Pancasila sebagai dasar Negara dan Pancasila sebagai idiologi
Nasional, merupakan cita-cita dan tujuan Negara yang masih dipertahankan.Yang
menjadi pertanyaan ialah apa makna Pancasila Sebagai Paradigma atau dapatkah
Pancasila menjadi kerangka atau pola berpikir bangsa Indonesia? Seperti telah
dikemukakan, Pancasila adalah dasar Negara, artinya ia adalah landasan kehidupan
berbangsa dan bernegara bangsa Indonesia. Ini berarti bahwa setiap gerak langkah
bangsa dan negara Indonesia harus selalu dilandasi oleh sila-sila yang terdapat dalam
Pancasila, yaitu : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebikjaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Dalam
pada itu makna idiologi nasional mengandung arti cita-cita dan tujuan Negara.

Oleh karena itu sebagai negara hukum, setiap perbuatan, baik dari warga masyarakat
maupun dari pejabat-pejabat harus berdasarkan hukum, baik yang tertulis maupun
yang tidak tertulis. Hukum tertulis yang akan dibentuk (ditetapkan) juga harus
berlandaskan dasar Negara, seperti tercermin dalam sila-silanya. Dengan demikian
subtansi hukum tertulis yang dikembangkan harus merupakan perwujudan atau
penjabaran sila-sila yang terkandung dalam Pancasila. Sekurang-kurangnya subtansi
produknya tidak bertentangan dengan Pancasila, dalam istilah hukum politik bahwa
subtansinya merupakan perwujudan/penjabaran nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila merupakan karakter hukum responsive, artinya untuk kepentingan rakyat
dan merupakan perwujudan aspirasi rakyat.
UNDANG - UNDANG DASAR REPUBLIK INDONESIA 1945

Pembukaan

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan


oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan
1
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah


kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat 2
Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan
oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas,
maka rakyat Indonesia menyatakan dengan
3
inikemerdekaannya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara


Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia 4
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
UUD 1945

BAB I
BENTUK DAN KEDAULATAN

Pasal 1
(1) Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik.
(2) Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh
Majelis
Permusyawaratan Rakyat.

BAB II
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

Pasal 2
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan
golongan-golongan, menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-
undang.
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima
tahun di ibukota negara.
(3) Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan
suara yang terbanyak.

Pasal 3
Majelis Permusyawaratan Rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar dan
garis-garis besar dari ada haluan negara.
BAB III
KEKUASAAN PEMERINTAH NEGARA

Pasal 4
(1) Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
menurut Undang-Undang Dasar.
(2) Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil
Presiden.

Pasal 5
(1) Presiden memegang kekuasaan membentuk undang- undang dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-
undang sebagaimana mestinya.

Pasal 6
(1) Presiden ialah orang Indonesia asli.
(2) Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat dengan suara yang terbanyak.

Pasal 7
Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama masa lima
tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali.

Pasal 8
Jika Presiden mangkat, berhenti, atau tidak dapat melakukan kewajibannya
dalam masa jabatannya, ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis
waktunya.

Pasal 9
Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah
menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat sebagai berikut:
Sumpah Presiden (Wakil Presiden):
"Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik
Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan
seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan
segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta
berbakti kepada Nusa dan Bangsa.
"Janji Presiden (WakilPresiden):
"Sayaberjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden
Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-
baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan
menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan
seluruslurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa."

Pasal 10
Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat,
Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.

Pasal 11
Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang,
membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.
Pasal 12
Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya
keadaan bahaya ditetapkan dengan undang-undang.

Pasal 13
(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.
(2) Presiden menerima duta negara lain.

Pasal 14
Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi.

Pasal 15
Presiden memberi gelaran, tanda jasa ,dan lain-lain tanda kehormatan.

BAB IV
DEWAN PERTIMBANGAN AGUNG

Pasal 16
(1) Susunan Dewan Pertimbangan Agung ditetapkan dengan undang-
undang.
(2) Dewan ini berkewajiban memberi jawab atas pertanyaan Presiden dan
berhak memajukan usul kepada pemerintah.

BAB V
KEMENTERIAN NEGARA

Pasal 17
(1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.
(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diperhentikan oleh Presiden.
(3) Menteri-menteri itu memimpin departemen pemerintahan.

BAB VI
PEMERINTAHAN DAERAH

Pasal 18
Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk
susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan
memandang dan mengingati dasar permusyawaratan dalam sistem
pemerintahan negara, dan hak-hak asal-usul dalam daerah-daerah yang
bersifat istimewa.
 
BAB VII
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Pasal 19
(1) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat ditetapkan dengan undang-undang.
(2) Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.

Pasal 20
(1) Tiap-tiap undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat.
(2) Jika sesuatu rancangan undang-undang tidak mendapat persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi
dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.
Pasal 21
(1) Anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak memajukan
rancangan undang-undang.
(2) Jika rancangan itu, meskipun disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat,
tidak disyahkan oleh Presiden, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan
lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.

Pasal 22
(1) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak
menetapkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang.
(2) Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut.
(3) Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus
dicabut.

BAB VIII
HAL KEUANGAN

Pasal 23
(1) Anggaran pendapatan dan belanja ditetapkan tiap-tiap tahun dengan
undang-undang. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui
anggaran yang diusulkan pemerintah, maka pemerintah menjalankan
anggaran tahun yang lalu.
(2) Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang.
(3) Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang.
(4) Hal keuangan negara selanjutnya diatur dengan undang-undang.
(5) Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan
suatu Badan Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan
undang-undang. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.

BAB IX
KEKUASAAN KEHAKIMAN

Pasal 24
(1) Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
lain-lain badan kehakiman menurut undang-undang.
(2) Susunan dan kekuasaan badan kehakiman itu diatur dengan undang-
undang.

Pasal 25
Syarat-syarat untuk menjadi dan diperhentikan sebagai hakim ditetapkan
dengan undang-undang.

BAB X
WARGA NEGARA

Pasal 26
(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai
warga negara.
(2) Syarat-syarat yang mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan
undang-undang.
Pasal 27
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.

Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan
dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

BABXI
AGAMA

Pasal 29
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masingmasing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.

BAB XII
PERTAHANAN NEGARA

Pasal 30
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan negara.
(2) Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.

BAB XIII
PENDIDIKAN

Pasal 31
(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang.

Pasal 32
Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia.

BAB XIV
KESEJAHTERAAN SOSIAL

Pasal 33
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Pasal 34
Fakir miskin dan anak-anakyang terlantar dipelihara oleh negara.

BAB XV
BENDERA DAN BAHASA

Pasal 35
Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.

Pasal 36
Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia.

Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei 1945 sampai 16 Juni


1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
( BPUPKI ) yang beranggotakan 21 orang, diketuai Ir. Soekarno dan Drs.
Moh. Hatta sebagai wakil ketua dengan 19 orang anggota yang terdiri dari
11 orang wakil dari Jawa, 3 orang dari Sumatera dan masing-masing 1 wakil
dari Kalimantan, Maluku, dan Sunda Kecil.

Badan ini kemudian menetapkan tim khusus yang bertugas menyusun


konstitusi bagi Indonesia merdeka yang kemudian dikenal dengan nama
Undang-Undang 1945 ( UUD ‘45 ). Para tokoh perumus itu adalah : dr.
Radjiman Widiodiningrat, Ki Bagus Hadikoesoemo, Oto Iskandardinata,
Pangeran Purboyo, Pangeran Soerjohamidjojo, Soetardjo Kartohamidjojo,
Prof. Dr. Mr. Soepomo, Abdul Kadir, Drs. Yap Tjwan Bing, Dr. Mohammad
Amir ( Sumatera ), Mr. Abdul Abbas ( Sumatera ), Dr. Ratulangi, Andi
Pangerang ( keduanya dari Sulawesi ), Mr. Latuharhary, Mr. Pudja ( Bali ), A
H. Hamidan ( Kalimantan ), R.P. Soeroso, Abdul Wachid Hasyim dan Mr.
Mohammad Hassan ( Sumatera ).

Anda mungkin juga menyukai